18. Peduli?

7.1K 352 0
                                    

Sampai kapan menunggu yang ditunggu oranglain?
-LoveAr-

Deru nafasnya sudah tidak teratur. Dia lari sekencangnya, tidak peduli pada orang yang melihatnya aneh. Hanya satu orang yang dia cari.

Bel sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Sekolah sudah mulai sepi. Dan sahabat-sahabatnya sudah pulang duluan. Arkan sudah tidak tau harus mencari gadis itu kemana lagi.

Dia bertanya kepada sahabat-sahabat Arlina, tapi mereka bilang Arlina pulang duluan. Tapi tidak mungkin jika dia pulang secepat itu, apalagi mobil kak Rio mogok tadi.

Kini Arkan tengah menyusuri koridor taman. Seragamnya sudah lusuh dan rambutnya berantakan, tapi Arkan masih terlihat tampan dengan rambut seperti itu, terlihat tetap keren.

Pantulan bola basket itu terdengar sangat jelas di telinga Arkan. Cowo itu memperhatikan sekeliling, tidak ada yang sedang bermain basket. Kecuali, ada seseorang di lapangan basket.

Arkan segera menghampiri sumber suara itu, Arkan membuka pintu ruangan lapangan basket. dan benar suara pantulan bola basket itu berasal dari lapangan basket yang letaknya tak jauh dari taman.

Arkan menghembuskan nafasnya dan betapa terkejutnya, saat dia melihat seorang gadis yang dia cari sedari tadi ada disana. Gadis itu melempar basket sembarang arah, dan selalu salah sasaran tidak seperti biasanya.

Arkan menggelengkan kepalanya, melihat Arlina sepertinya sangat kecewa dan sakit hati. Arkan semakin teriris hatinya saat mendengar isakkan tangis Arlina. Baju Arlina sangat kotor, karena dia tidak membawa seragam cadangan di lokernya. Untungnya dia membawa kardigan warna hitamnya.

Arkan menghampiri Arlina yang tengah parau itu dengan perlahan.

Arlina melempar bola ke ring dan tidak tepat lagi. Gadis itu sangat hancur, dia bingung dengan perasaannya. Dia memang gadis yang tidak mudah jatuh cinta, tapi dia sangat setia pada pilihannya. Tidak mudah membuang perasaannya pada seseorang.

Tiba-tiba Arkan menggenggam tangan Arlina dan langsung memeluknya. Arlina membulatkan matanya, dia tidak menyadari kapan Arkan datang. Jantungnya bedetak dua kali lebih cepat, hatinya berdesir. Sesak dan jatuhlah air mata itu dalam pelukan hangat Arkan.

Arlina berusaha melepaskan pelukannya tapi Arkan tetap memeluknya dengan erat. Arkan sangat khawatir dan merasa sangat bersalah telah meninggalkan Arlina bersama keempat perempuan tadi.

Angin berhembus sangat tenang, membuat Arlina semakin nyaman dalam pelukannya. Tapi Arlina tidak ingin merasa dipermainkan lagi, dia segera melepas paksa pelukan Arkan dan berniat pergi. Arkan segera mencekal Tangan gadis itu untuk menahannya.

"Lepasin." ucap Arlina lirih.

"Ar dengerin gue." pinta Arkan.

"Lepasin!" bentak Arlina sambil berusaha melepaskan tangan Arkan.

Arlina menghembuskan nafasnya sambil menghapus air matanya.

"Gue harus apa biar lo gak merasa dipermainin sama gue?" tanya Arkan.

"Gak ada hak gue buat minta sesuatu dari lo." jawab Arlina sambil memakai kardigannya dan menggendong tasnya.

"Gue anter lo." pinta Arkan langsung.

Arlina membalikkan badannya menghadap Arkan, mata sayu Arlina membuat hati Arkan tersentuh. Seketika, Arlina berbalik lagi dan pergi meninggalkan Arkan di lapangan basket.

Arkan sekarang tidak tau harus berbuat apa lagi. Baru kali ini dia merasa sangat bersalah. Hatinya terasa pedih melihat gadis itu menangis kecewa karenanya. Ada perasaan aneh yang muncul kembali saat ini, risau dan khawatir.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang