31. Sambungan telepon

5.5K 315 11
                                    

Mobil silver milik Juna kini sudah ikut baris di sebuah tempat parkir disalah satu rumah sakit Jakarta. Arlina tidak terlalu asing dengan kota ini, Juna juga tidak terlihat baru melihat kota ini.

Langit sudah mulai menenggelamkan cahayanya, jarak Bandung ke Jakarta dengan kemacetan sebelum dan sesudah tol itu sangat membuat Arlina tidak sabar bertemu bundanya.

UGD.
"Kamar Mawar no.13" ucap seorang petugas di lobi.

"Ayo Na!" ajak Arlina.

Juna mengangguk.

Di depan pintu kamar sudah berdiri seorang laki-laki, cinta pertama yang memberi kasih sayang sepenuh hati.

"Assalamualaikum." ucap Arlina dan Juna bersamaan.

"Waalaikumsalam." jawab Bram.

"Ayah, apa kabar?" tanya Arlina yang langsung memeluk erat ayahnya dengan tangisan pilu.

"Alhamdulillah sehat. Kamu juga baik 'kan?" jawab Bram sambil mengusap punggung putrinya.

"Ohiya. Yah, ini Juna temen Arlin, sodaranya Arkan." ucap Arlina memperkenalkan.

Juna segera menyalami tangan Bram, ayahnya Arlina.

"Arkannya kemana?" tanya Bram. Laki-laki paruh baya itu mencari sosok Arkan.

"Eh. Ar belum ketemu dia, Arlina ketemunya sama Juna duluan. Langsung Ar tarik aja dia buat anterin kesini." jawab gadis itu dengan senyuman samarnya.

"Ehh. Gak baik maksa-maksa orang. Arkan jangan lupa dikabarin ya, nanti khawatir." tambah Bram.

Arlina menganggung.

Juna merasakan ada yang mengganjal dihatinya. Mengingat tadi yang dibicarakan Arlina di mobil, soal Arkan yang egois. Gadis itu membalikkan fakta dan seakan hanya Arlina yang harus peduli. Juna memang tidak berhak ikut campur, tapi dia tetap perlu memberi penjelasan kepada Arkan.

"Ayo masuk." ajak Bram.

Arlina sudah tidak sabar ingin bertemu dengan perempuan yang sangat disayanginya. Mungkin, dia sekarang sangat khawatir dan menunggu Arlina datang. Gadis itu tersenyum saat melihat bundanya yang tengah terbaring di tempat tidur.

"Bundaaaa!" panggil Arlina sambil menangis.

"Anak bunda kenapa ko nangis?" tanya Amanda yang langsung membuka tangannya untuk memeluk Arlina.

Mereka berpelukan, Arlina yang sangat merindukan sosok ini, yang sekarang tengah sakit.

"Bunda maaf, Ar telat. Tadi macet banget soalnya." ucap Arlina masih menangis.

"Ehh, Juna?" tanya Amanda.

Arlina langsung melepaskan pelukannya.

"Bunda kenal?" tanya Arlina.

"Anaknya Endah kan?" tanya Amanda lagi.

"Emang iya?" tanya Arlina.

"Iya tante. Udah lama gak ketemu, eh ketemunya dalam keadaan ini. Semoga lekas sembuh ya tante." jawab Juna sambil menyalami tangan Amanda.

"Kaya nama kepsek Ar." gumam Arlina.

Juna dan Amanda tertawa kecil.

Arlina membulatkan matanya.

"Beneran? Ko gak pernah bilang." ujar Arlina tidak percaya.

Tawa mereka semakin pecah.

"Ini kenapa ketawa-ketawa, serasa seumuran bun?" Bram ikut nimbrung.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang