Ku anggukkan kepalaku untuk yang ke lima kalinya dan seperti sebelumnya, istriku dengan perut buncitnya itu berjalan senang sambil menggenggam tanganku menuju mobil pick-up yang menjual odeng.
Muka berserinya yang terpancar saat melihat makanan yang di jual di pinggiran jalan taman membuatku tak tega untuk menyuruhnya berhenti makan.
"udah kenyang?" tanyaku
Seulgi yang sedang memegang sesunduk odeng itu hanya mengangguk dan tersenyum.
"kita cari bangku yuk, biar kamu gak capek" ajakku
Lagi-lagi istriku itu hanya tersenyum dan mengangguk.
Suasana taman dekat apartement kami sedikit lebih sepi dari biasanya. Hanya ada beberapa orang yang sedang berolahraga dan sisanya anak kecil yang berlari mengejar bola.
"jimin"
Seulgi menyandarkan kepalanya di lenganku. Ia menautkan jemarinya yang lentik ke jemariku.
"kenapa?"
Hening.
Seulgi tidak menjawab pertanyaanku dan malah menolehkan kepalanya. Pandangan kami bertemu, aku tersenyum dan ia juga ikut tersenyum.
"aku kenyang hehe..."
Aku mendengus kesal dan kucubit pipinya yang semakin tembam itu.
"aku kira mau romantis-romantisan gitu" keluhku
Istriku itu tertawa kencang, membuatku semakin kesal saja.
"jimin" panggilnya lagi
"apa lagi?!"
Kali ini jemari Seulgi menangkup kedua pipiku. Sedetik kemudian bibir kenyalnya bertemu dengan bibirku.
Aku tersenyum senang, tidak biasanya ia menciumku duluan.
"makasih ya" kata Seulgi setelah melepaskan tautan bibir kami
"buat apa?" tanyaku bingung
"makasih udah jadi sahabat, suami, dan calon ayah yang selalu ada buat aku. kamu gak pernah marah kalo aku pingin ini itu, kamu selalu ngertiin aku, kamu selalu ada disamping aku waktu aku butuh kamu"
Mendengar penuturan istriku, rasanya aku ingin menangis saja.
"maaf kalau selama ini aku yang selalu egois, marah-marah ke kamu, dan maaf aku gak bisa jadi seperti yang kamu m—"
Ku lumat bibirnya lembut sebelum ia sempat menyelesaikan kalimat yang tidak suka kudengar itu.
Seulgi adalah orang paling sempurna yang bisa melengkapi hidupku, tidak ada yang lain!
Ia belahan jiwaku. Jika dia pergi, maka aku akan pergi menyusulnya.
Aku tak bisa hidup tanpa istriku.
"jangan bilang itu lagi. kamu selalu bisa jadi apa yang aku mau"
Dahi kami menyatu dan aku bisa merasakan deru napasnya yang kencang.
"i love you seul" kataku
"i love me too jim" balasnya
Aku tertawa mendengar balasan Seulgi.
Ku tarik tubuhnya agar mendekat dengan tubuhku. Satu tanganku melingkar di pinggangnya dan kami tertawa bersama-sama.
"makasih juga udah bikin hidupku terasa lengkap. ada kamu dan setelah ini ada baby park"
"jadi gak sabar" kata Seulgi
"apa kita perlu nambah anggota keluarga lagi?" bisikku
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
entah kenapa aku ngerasa ini gj wkwk. brace yourself, tomorrow is monday.