-boy or girl?-
Jimin
Aku dan istriku sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit.
Disebelahku Seulgi tampak terlihat lebih gugup dari biasanya. Sejak tadi jari-jari tangannya tidak bisa diam, dan matanya memandangku gelisah."tenang aja seul" bisikku
"gak bisa jim"
Istriku itu gugup karena hari ini kami akan mengetahui jenis kelamin baby park. Seulgi takut jika hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasiku.
Oh God! Apapun hasilnya selama bayi yang ada di kandungan istriku itu baik-baik saja tidak masalah.
Ku tarik tubuh Seulgi untuk memperdekat jarak kami. Satu tanganku melingkar di pinggangnya dan Seulgi merebahkan kepalanya di dadaku.
"sayang, mau itu perempuan apa laki-laki gak masalah" kataku
Seulgi mendangak menatapku lalu tersenyum. Ku kecup pelan keningnya sebelum seorang perawat memanggil kami untuk masuk kedalam.
Dokter yang menangani istriku ini adalah dokter rekomendasi dari kedua orangtuaku.
"bagaimana keadaanmu hari ini mrs.park? baik? apa ada sesuatu yang menjanggal?" tanya dokter Jung
"tidak ada. aku hanya sedikit gugup" jawab Seulgi
Dokter Jung terkekeh mendengar jawaban istriku. Wanita paruh baya itu bilang wajar jika seorang calon ibu gugup saat ini.
Sebenarnya aku juga gugup tapi sebisa mungkin aku menahan diriku untuk tetap bertingkah wajar dan tidak berteriak saat mengetahui jenis kelamin anakku.
Dokter Jung menyuruh Seulgi untuk berbaring di tempat tidur pasien. Ia lalu mengangkat sedikit kaos yang Seulgi kenakan dan mulai melakukan pemeriksaan dengan usg.
"bagaimana dok?" tanyaku sambil membantu Seulgi untuk duduk kembali setelah dokter Jung selesai memeriksanya
"bayinya sehat?" tanya Seulgi
Dokter Jung tersenyum melihat kami.
"bayinya sangat sehat dan bisa dikatakan bayi kalian memiliki daya tahan yang kuat"
"lalu?" aku bertanya lagi dengan antusias
"selamat, kalian akan memiliki seorang bayi laki-laki"
Laki-laki. Anakku seorang laki-laki.
"yes!" pekikku
Seulgi tertawa mendengarnya.
"sekali lagi selamat, jangan lupa untuk melakukan check up bulan depan" kata dokter Jung
Istriku itu mengangguk mengerti dan kami keluar dari ruang praktik dokter Jung.
"jim"
Tiba-tiba saja Seulgi memelukku. Aku tersenyum, kedua tanganku melingkar di pinggangnya dan kami berpelukkan.
Untung saja koridor di depan ruang praktik dokter Jung sepi.
"makasih" bisik Seulgi
Untuk apa? Seharusnya aku yang berterimakasih.
"aku yang seharusnya bilang gitu sayang, makasih ya udah bikin aku punya keluarga yang lengkap"
"aku gak sabar, pasti mirip sama kamu" kata Seulgi
"aku lebih suka kalau dia mirip kamu, matamu, hidungmu, alismu, semuanya"
Seulgi kembali memelukku dan kali ini lebih erat.
"kelonan aja yuk dirumah seul" bisikku
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE TOGETHER
Short Story[FINISHED] "I want to feel your hand in mine as we walk through life together" #30 IN SHORT STORY [281017]