-waiting-
Seulgi
Jimin bilang hari ini akan pulang lebih awal. Tidak seperti biasanya yang harus pulang malam.
Perasaanku jauh lebih senang ketika mendengarnya. Kurang dari lima belas menit lagi pasti suamiku itu akan tiba dirumah. Biasanya ia pulang sambil membawa kue kesukaanku.
Entah mengapa hari ini aku ingin menunggunya diluar.
Ku ambil mantel tebal musim dinginku yang menggantung di belakang pintu kamar. Dan setelah memastikan tubuhku benar-benar terlindungi dengan baik, aku keluar dari rumah dan menunggunya di depan pagar.
Untung saja hari ini tidak turun salju sama sekali, jadi tidak begitu dingin.
Beberapa tetangga yang lewat menyapaku dengan ramah. Sesekali mereka menanyakan kondisi kandunganku.
"selamat sore nyonya park" sapa Jiae
Jiae adalah anak kecil berumur lima tahun yang menggemaskan dengan pipinya yang selalu merona.
"hai jiae, apa yang kamu lakukan sore-sore begini?" tanyaku
Ia mengangkat sekantung penuh kantong plastik berisi apel, kemudian ia berlari menuju rumahnya setelah melambaikan tangan padaku.
"seul!"
Aku menoleh dan dari kejauhan Jimin tersenyum kearahku.
Aku sedikit berlari menghampirinya tapi tiba-tiba Jimin kembali berseru.
"diam disitu! jangan lari, biar aku yang kesana"
"cepat" balasku
Jimin berlari menghampiriku dan memelukku.
"kenapa kamu menunggu diluar, di cuaca dingin seperti ini?!" tanya Jimin
"kangen"
"apa? coba bilang lagi"
"aku kangen suamiku"
Jimin melepaskan pelukan kami sambil tertawa pelan. Kedua tangannya lalu memegang telingaku.
"lihat, telingamu membeku. dingin sekali kan?"
Aku mengangguk. "iya"
Setelah itu ia mengecup bibirku sebelum mendekapku dalam pelukannya lagi.
"ayo kita masuk kedalam"
"hmm"
"terus kita lakukan sesuatu yang panas untuk menghangatkan tubuhmu" bisiknya
Ck! tidak pernah berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE TOGETHER
Short Story[FINISHED] "I want to feel your hand in mine as we walk through life together" #30 IN SHORT STORY [281017]