Aku baru saja hendak memakai dasiku saat Seulgi bangun dari tempat tidur dan berjalan menghampiriku dengan sempoyongan.
Dengan cepat aku mendekap tubuhnya agar tidak jatuh. Badannya panas, nafasnya tidak teratur.
"sayang kamu sakit?" tanyaku khawatir
Seulgi tidak menjawab tapi kedua tangannya berusaha membenarkan dasiku. Aku langsung menurunkan tangannya dan menggendongnya kembali ke tempat tidur.
Setelah mengecek suhu tubuhnya, aku pun ikut berbaring disebelah Seulgi yang menatapku heran.
"kamu gak kerja jim?" tanyanya dengan suara serak
"enggak, kamu sakit"
"aku gakpapa kok"
"gakpapa gimana, tadi bangun aja jalannya sempoyongan"
"beneran"
"aku gak bakal kerja kalau kamu belum sehat" kataku sambil mengecup keningnya
"aku cuma flu"
"berhenti bicara apa aku cium?"
Seulgi langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, membuatku tersenyum.
Aku turun dari atas ranjang dan memesan bubur dari kedai langganan kami setelah itu mencari obat flu di kotak obat.
Awalnya Seulgi menolak untuk makan sebelum aku merayu akan melakukan apa saja yang istriku ini mau.
Ia kembali berbaring di atas ranjang setelah meminum obatnya.
"jim" panggilnya
"apa sayang?"
"sini" Seulgi menepuk-nepuk sisi sebelah kanannya yang kosong
Aku tersenyum dan berbaring disebelahnya. Ia memelukku erat sambil menyandarkan kepalanya di dadaku. Ku usap punggungnya pelan.
"cepet sembuh ya" bisikku
Seulgi tersenyum.
"kapan jadwal kamu check up?" tanyaku
"minggu depan" jawab Seulgi dengan mata tertutup
Aku menganggukkan kepala tanda mengerti. Sebelum istriku ini jatuh ke dalam alam mimpi, ku kecup kepalanya dan kubisikkan beberapa kalimat yang membuat pipinya merona, setelah itu ia memukul perutku karena malu.
"aduh sakit" rintihku
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.