50

4.1K 352 103
                                    

-the end?-

Jimin

Sejak tadi jantungku berdebar kencang. Kakiku tidak bisa diam, aku terus menatap pintu putih yang tertutup rapat di depanku.

Seulgi, istriku sedang ada di dalam sana sekarang. Penantian panjang kami selama sembilan bulan sebentar lagi akan menjadi salah satu momment paling membahagiakan.

Baby park akan lahir.

Aku bisa mendengar suara teriakan istriku dari sini dan itu membuatku semakin gugup.

Aku meremas tanganku, berdoa agar persalinannya berjalan lancar.

"ugh!" decakku

Pintu ruangan bersalin itu akhirnya terbuka. Seorang perawat berjalan menghampiriku dan mengatakan jika aku sudah bisa masuk ke dalam.

God! Seluruh badanku gemetar sangking gugupnya.

"seul"

Raut wajah Seulgi tampak pucat namun ia tersenyum begitu mendengar suaraku.

Oh! Aku bisa melihat istriku itu tengah mendekap bayi kami. Tanpa sadar air mataku menetes, melihat kaki mungilnya yang bergerak-gerak, pipinya yang tembam, bibir tebalnya yang terlihat lucu, semuanya tampak membahagiakan.

Ku kecup dalam kening Seulgi. "sekarang kita sudah lengkap. aku, kamu, dan baby park" bisikku

Seulgi hanya tersenyum lemah.

"makasih sayang, i love you"

"i love you too jim"

Seulgi menyuruhku untuk menggendong bayi kami sebelum dibawa pergi untuk melakukan perawatan lebih lanjut.

Dari dekat, alis, mata, hidungnya mirip dengan Seulgi. Ia hanya mewarisi bibir tebalku dan itu tak masalah.

"kamu mau kasih nama seul?" tanyaku

"park jaehwa, agar ia selalu merasa damai" jawabnya dengan pelan

Aku mengangguk setuju dan kuserahkan Jaehwa yang lucu itu pada salah satu perawat.

Seulgi menggenggam tanganku, tapi aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Nafasnya semakin lemah, matanya makin lama makin terpejam, dan genggamannya semakin mengendor.

"seul" panggilku

Tak ada respon.

"sayang!"

Masih sama.

"seul jangan main-main!"

Kali ini kuguncang tubuhnya pelan.

"sayang, park seulgi bangun" teriakku

Sama saja. Tubuh Seulgi masih sama seperti tadi.

"seul bangun seul"

Beberapa perawat dan dokter yang mendengar teriakanku berbalik dan mengecek keadaannya.

Dokter yang tadi menangani Seulgi berteriak sesuatu yang tidak aku pahami dan semua menjadi tegang, tiba-tiba seorang perawat menarikku keluar.

"apa?!"

"silahkan tunggu diluar mr.park"

"tidak, istriku ada di dalam. biarkan aku masuk!"

"tidak bisa"

Ia terus saja mendorongku dan begitu aku keluar dari ruangan ia mengunci pintunya.

Aku jatuh terduduk di lantai rumah sakit.

"seul, kamu bahkan sudah janji gak akan ninggalin aku"

"seul, kita bahkan baru saja mendapat kebahagiaan"

Aku menangis. Aku tidak bodoh untuk sekedar mengetahui jika tadi dokter itu menyuruh melakukan pacu jantung.

Ku remas rambutku frustasi. Aku tidak bisa kehilangan Seulgi, karena itu sama saja aku kehilangan semuanya.

Pintu ruangan operasi itu akhirnya terbuka, di depannya berdiri dokter tadi. Ia membuka masker dan kacamatanya. Raut wajahnya tampak menyesal.

Jangan katakan...

"maaf-"





Fin.





































huehehehe, btw maaf kalo tulisanku makin lama makin bosenin, aku lg pusing dengan pkm :") haha

kasih tanggapan ya buat story ini.

makasih banyak untuk para readers, i love you so much and see you guys, i have surprise for all of you, wait for it💕

LIVE TOGETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang