BAB 4 ● MURKA

7.4K 396 36
                                    

"APAAAA?!"

"KALIAN GAK BISA JAWAB?!"

"BELAJAR APA SAJA KALIAN?!"

"MAKANYA KALO ADA ORANG LAGI NGOMONG DI DEPAN DIAM!"

Teriak Bu Siti yang murka besar kepada Dea dan Endah bak seorang demonstran yang meminta harga BBM diturunkan. Pupil matanya membesar dan membuatnya hampir jatuh. Bibir hitamnya semakin membuat ia terlihat menakutkan. Suasana ruangan membisu. Bu Siti menatap semua anak yang ada di kelas dengan sorot tajam.

"Ada yang bisa membantu mereka?" Tanya Bu Siti sambil menatap keseluruh ruangan.

Semua anak tampak membisu kecuali seekor cowo cupu berkacamata barbie dengan motif hello kitty yang secara tiba-tiba berani mengacungkan tangan. Semua pandangan menjadi tertuju padanya.

"Maju ke depan!" titah Bu Siti.

Anak tadi pun maju ke depan dan berdiri di samping Endah. Dengan ekspresi jijik ia mengusir cowo tadi, "Hush.. hush.. sana atuh kamu teh jangan deketin aku. Jijik tahu!"

"EN--DAH!!" teriak bu Siti kepada Endah yang tak bisa diam pada waktunya. Suara bu Siti yang menggelegar hampir saja menbuat langit menjadi pecah. Bahkan saking kerasnya induk beruang kutub harus merengek karena anaknya terbangun dari bobo manisanya akbiat teriakan Bu Siti. Sadeis.

"Iya bu," Endah langsung tertunduk malu. Bibirnya jebeng.

Bu guru pun kembali bertanya kepada anak-anak sekalian, "Ada lagi yang mau maju kedepan?"

"Saya bu." Ucap Kevin cool.

"Ayo silahkan maju."

Kevin pun melangkah maju. Ia berdiri tegak di samping Dea. Sementara Dea, ia hanya tersenyum bahagia bercampur deg-degan karena bersebelahan dengan cogan yang super antik ini. Umur 17 tahun tapi mukanya itu lo masih kayak baby. Gemes.

"Kamu yang berkacamata berapa jawabannya?" tanya Bu Siti.

"Dua puluh tiga akar delapan ratus miliar dollar Amerika lalu dikalikan ditambahkan dan dikurangi tapi jangan dibagi karena hatiku pasti sakit.''

"Oalah kamu pikir ini pelajaran ekonomi tambah curhat-curhat segala? Keliling lapangan sepuluh putaran! Salsa pantau dia!" perintah bu Siti kepada Salsa yang menjaga para peserta MOS di bagian belakang.

"Siap bu!" ucap Salsa dengan sigap.

Ia pun berjalan menggiring anak tengil ini ke lapangan basket yang berada di samping ruangan tadi.

Semua anak yang ada di dalam ruangan berteriak heboh kepada anak tadi. Anak itu terlihat sangat malu. Ia menutup wajahnya dengan buku tulis berwarna hijau yang ia pegang.

"Asal jawab saja kau!" ketus bu Siti, "Kau yang tampan, silahkan!"

Dengan santai Kevin menjawab, "Tidak tahu bu."

Huhuhuhu....

"DIAM KALIAN!" teriakan Bu Siti membuat kelas membisu seketika.

"Ya sudah, coba tulis jawabannya!"

"Baik bu," Kevin mengeluarkan pulpen dari saku celananya. Kemudian menuliskan angka yang Bu Siti dikte satu persatu.

"Nol, delapan, empat, dua, tujuh, sembilan, lima, enam, enam, satu, enam. Sudah?"

"Sudah bu!"

"Baik nanti kamu WA ibu ya!"

Mata Dea seketika terbelekak sempurna. Mulutnya pun terbuka lebar. Mangap. 'Gila bener deh. Udah galak suka brondong juga!? Parah." Batinnya.

Crazy Amor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang