BAB 18 ● CIUM

4.6K 258 22
                                    

"Maaf pak, tadi jalanan macet banget," rintih Kevin yang memohon belas kasihan kepada Pak Asep, sang guru BK untuk tidak menghukumnya karena terlambat masuk sekolah.

Pak Asep diam tak menggubris. Lelaki paruh baya itu justru berjalan mengelilingi Kevin sambil membawa sepotong rotan yang siap memukul para pelanggar peraturan sekolah termasuk dirinya.

"Dimana temanmu itu?" tanya Pak Asep sambil menatap Kevin dengan sorot tajam.

Dan yang dimaksud teman Kevin yang tadi ditanyakan Pak Asep adalah Dea. Gadis aneh itu belum masuk ke lapangan dan masih sibuk mengobrak-ngabrik tasnya di parkiran.

"A-anu pak..." gagap Kevin yang takut dengan murka guru killer itu.

"Saya pak," teriak seorang gadis dengan rambut acak-acakan. Ia berjalan melewati koridor dan berjalan menuju lapangan untuk bergabung bersama Kevin dan Pak Asep.

"Maaf pak saya telat," ucap Dea sambil mencium tangan gurunya.

"Kamu tahu hukuman bagi anak yang telat di sini?"

"Saya tahu pak," sahut Dea sambil mengangkat tangannya.

Ia adalah tipe orang yang percaya diri bahkan saking percaya dirinya, Dea dijuluki si muka tembok. Dia tidak takut kepada siapapun kecuali Tuhan dan orang tuanya.

"Apa?" tanya Pak Asep kepada Dea karena tadi ia mengacungkan tangan.

"Jadi, siapa pun yang telat di sekolah ini harus membersihkan toilet  mulai toilet belakang sekolah yang bau azab, toilet paling pojok yang jijiknya nauzubilah, dan toilet cewek yang betebar bau pesing yang memesona," jelas Dea panjang lebar.

Pak Asep menggelengkan kepala.

"Ikut saya ke ruang BK," ajak guru itu sambil berjalan ke ruang BK yang jaraknya tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Kevin dan Dea saling bertatapan. Mereka hanya diam mematung dengan perasaan kesal yang bercampur dengan bingung.

"Ayo!" teriak Pak Asep ketika mereka berdua hanya diam mematung.

"Iya pak," sahut mereka berdua. Mereka menunduk malu. Dengan malas mereka melangkahkan kaki menuju tempat paling menakutkan di sekolah ini yaitu Ruang BK.

*****

"Kevin kamu tahu kenapa masuk ruangan ini?" tanya Pak Asep.

"Tahu pak." Kevin mengangguk pelan.

"Dea kamu tahu kenapa kamu masuk ruang BK?"

"Tahu dooooong..." sahut Dea super PD.

"Kamu merasa bersalah?"

"Gak pak," jawab Dea sambil menggeleng.

"Kok enggak, kenapa memangnya?" heran Pak Asep.

"Saya di sini cuma korban pak, cuma korban. Bapak mau tahu siapa pelaku sebenarnya?"

"Kevin?" duga Pak Asep.

"Bukan pak."

"Siapa memangnya?"

"Pelaku utama dari kasus ini adalah..." bisik Dea membuat Pak Asep dan Kevin menjadi penasaran. Mereka menundukan kepala untuk mendengarkan jawaban rahasia ini.

Crazy Amor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang