BAB 3 ● SUPER KILLER

10.3K 454 60
                                    

Tririring....

Anak-anak yang mendengar suara bel tadi lansgung berhamburan masuk ke ruangan MOS yang telah disediakan oleh sekolah. Tak terkecuali Dea, ia menjadi orang pertama yang masuk ke ruangan MOS dengan wajah paling bersemangat.

"Asyik gue mau ketemu Kevin, aduh harus make-up dulu nih," Dea dengan gesit mengambil seperangkat alat make-up dari ranselnya. Ia membuka wadah bedak dan langsung tancap gas untuk mempercantik diri.

"Lipstiknya warna apa ya? Kuning atau Merah? Ungu aja deh. Tapi, lebih cool Hitam sih. Eh bentar, mending ijo sih biar terlihat fresh. Tapi ijo kan aneh warnanya? Tahu ah pusing pala babi eh barby maksudnya," Dea sibuk bertanya sendiri dan menjawab sendiri.

"Abu-abu monyet aja neng! lagian mau sekolah kok kayak mau konser dangdut!" celetuk anak laki-laki yang duduk di belakangnya.

Dea langsung memutar badan, pandangan tajamnya menusuk mata anak laki-laki itu, "Apa lo bilang abu-abu monyet? Maskud lo gue kayak monyet? Wah, parah ya lo bilang gue monyet. Asal lo tahu yah, semua makhluk di dunia ini diciptakan oleh Tuhan. Jadi kalo ngehina ciptaan-Nya berarti lo orang yang tak bisa menghargai orang lain. Dan lo bisa masuk neraka! atau gak sekalian aja gue laporin lo ke polisi atas tuduhan tidak menyenangkan biar lo dipenjara lima tahun. Baru tahu rasa lo! Mau hah?!" Jelas Dea panjang lebar yang tak memberi ampun kepada lawan bicaranya

Sementara anak laki-laki tadi hanya bisa diam membisu sambil meneguk ludah. Ia tak berkedip sedikitpun. Dea menatap cowo tadi. Dan,

Brraaaaakk...

Dea menggeprak meja dengan keras dan membuat cowo itu terperenjat. Dea kembali membalikan badannya dan langsung tancap make-up.

Beberapa orang memandangnya dengan sorot aneh. Tapi ia tak peduli, karena yang terpenting ia bisa tampil cantik dihadapan pujaan hatinya yakni Kevin Alatas yang ganteng level dewa.

"Hai Dea," sapa seorang perempuan yang mengenakan hijab.

"Assalamu'alaikum kek. Huy hai huya hai, lu pikir gue bohay!" ketus Dea tak menengok. Ia masih sibuk menggoreskan lipstik merah jambu di bibir mungilnya.

"Iya-iya, assalamu'alaikum tuan putri Dea Amor."

"Wa'alaikummussalam, duhai babu-ku."

"Babu kamu bilang?! Kamu pikir teh saya pembantu?!" Ketus perempuan tadi. Ia langsung duduk disamping Dea. Kebetulan ada satu bangku kosong.

"Eh jangan duduk di sini dong Endah Daniati. Ini tempat duduk milik pangeranku tercinta," gumam Dea sambil mendorong perempuan bernama Endah.

"Dasar kamu mah, jomblo aja mimpi punya pangeran . Ngimpi itu jangan terlalu tinggi entar bis--" belum selesai Endah berbicara. Tiba-tiba Dea menyapa Kevin yang baru datang dan tak memperdulikan cermahan si Endah.

"Hai Kevin, selamat pagi," sapa Dea sambil melambaikan tangannya.

"Hallo Dea, selamat pagi juga," jawabnya sambil tersenyum manis. 'Manis amat si lo Kev, leleh gue' batin Dea. Gereget.

Endah yang merasa tercampakan menggerutu. 'Siapa sih orangnya teh? Pake acara mutus-mutus omongan aku. Dia pikir aku teh alay yang dia bisa putus nyambung putus nyambung kayak kabel jack." Batinnya. Ia pun menoleh ke belakang. Ke arah laki-laki tadi. Dan,

Jreng jreng

Mata Endah menatap Kevin dengan tatapan kagum. Ia tak berkedip. Mulutnya terbuka lebar. 'Waw.. waw.. subhanallah mantu idaman ambu di kampung ini mah!" batin Endah.

Dea mengerutkan keningnya. Melihat teman satu SD-nya ini melongo tak jelas.

"Eh onta, ngapa lo bengong?"

Crazy Amor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang