BAB 28 ● BERUBAH

3.3K 191 32
                                    

Dea kini tengah duduk di kursi ruang tamu. Ia sedang menunggu Endah yang belum pulang sejak setengah jam yang lalu. Sahabatnya itu sedang membeli pakaian muslimah untuk dirinya.

Seperti yang kalian tahu, Dea akan menjalankan misi pertamanya untuk mendapatkan hati Kevin. Dan misi pertamanya ialah merubah penampilan. Merubah dari Dea yang modis dan fashionable menjadi Dea yang berpenampilan tertutup, solehah dan berhijab. Semua ini gara-gara Khadijah. Murid baru yang tengil dan bau kodok itu semakin mempersulit usaha Dea untuk menaklukan hati Kevin yang keras dan dingin seperti es batu.

Ketika Dea asyik melamun, lamunannya tiba-tiba buyar oleh suara salam yang cetar membahana bersamaan dengan terbukannya pintu depan yang tak di kunci, "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," sahut Dea sembari memalingkan wajahnya ke arah pintu depan.

Pandangan Dea seketika fokus ke arah perempuan yang tak lain sahabatnya sendiri yakni Endah Daniati. Perempuan itu ripuh membawa beberapa kantong plastik berwarna putih yang tergantung di kedua tangannnya.

"Belanja apa aja sih, banyak amat?" tany Dea sambil bangkit dari tempat duduknya.

Dea pun berjalan dengan cepat ke arah Endah dan langsung sibuk mengubek-ubek isi kantong plastik tadi, "Busyet mau lebaran neng? Banyak bener belanjaannya?"

Endah menghela nafas panjang. Apa dia harus bersabar untuk kesekian kalinya hari ini. Mulai dari jalanan macet saat perjalanan pulang, ngantri di kasir sampai lumutan ditambah ban mobil yang kempes di tengah jalan. Dan sekarang perempuan aneh ini menambah luapan emosinya dengan sibuk mengubek-ubek isi belanjaan yang bawa, "Bukannya bantu, ini malah sibuk ngubek belanjaan. Awas-awas berat nih," ketus Endah sambil meneloyor kepala Dea agar menjauh dari barang belanjaannya.

"Biasa aja kaleeee ... gak usah pake acara neloyor pala orang. Dasar Mal Lampir," dengus Dea kesal. Ia mengelus keningnya dengan lembut yang tadi diteloyor oleh Endah.

"Udah kagak usah lebay, mending bawa keresek ini ke kamar," ucap Endah sembari menyodorkan salah satu kantong plastik, "langsung bawa ke kamar gue, biar bisa lo pake sekalian."

"Iya, iya."

Dengan malas, Dea mengambil plastik itu dan menjinjingnya sambil berjalan lamban di belakang Endah.

Mereka pun berjalan menaiki satu persatu anak tangga dengan kesusahan. Terutama Dea yang terbiasa hidup lebay sehingga ketika ia disuruh membawa satu kantong plastik  seperti orang yang membawa beban hidup. Padahal ukuran plastiknya kecil.

"Woy berat nih," rintih Dea sembari menghentikan langkahnnya karena sudah tak kuat lagi menaiki anak tangga dengan membawa barang seberat ini. Ia mencoba mengatur nafas dengan mimik memprihatikan sambil memegangi pagar anak tangga, "Lo aja ya yang bawa ini, gue udah gak kuat."

"Eeuh ... dasar cewe lebay, pantesan aja si Kevin kagak mau sama lo, lembek amat kayak mosluka." Dengan ketus Endah meraih keresek dari tangan Dea. Endah pun berjalan cepat menaiki satu persatu anak tangga. Sementara Dea, ia masih tertinggal di bawah dengan ekspresi seperti orang yang tidak memiliki harapan hidup.

"Ya ampun dasar lo Badak lembek, lambat amat sih," celetuk Endah dari atas.

"Gue ca--pek ..." rilih gadis aneh itu sambil menyenderkan kepalanya ke pagar tangga.

"Ya udah kalo gitu, nanti lo samperin gue ke kamar aja ya. Sekalian gue beres-beresin baju muslim lo oke," ucap Endah sembari membalikan badan. Kemudian ia berjalan cepat menuju kamar yang tak jauh dari tangga.

"Ca ... pek ..." rintih Dea sekali lagi. Kemudian gadis itu memutuskan duduk di salah satu anak tangga dengan tubuh sangat lemas seperti orang yang sudah dizalimi.

Crazy Amor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang