"Wah, wah ada ibu negara mau lewat nih. Kayaknya kita bakalan dapet kicauan gratis Kev," gumam Rangga saat melihat Dea dan Endah berjalan ke arah mereka.
Kevin tak menggubris perkataan temannya. Ia malah sibuk memainkan handphone sambil menyender di tembok. Memang sudah menjadi favorit Kevin untuk menonton video Young Lex di Youtube. Katanya sih reff kak Young Lex asyik dan bikin happy.
Jarak antara Dea dengan mereka semakin dekat. Endah dan Dea tampak asyik bergurau sambil tersenyum sepanjang jalan, "Hahaha ... yang bener lo De?" pekik Endah dengan mimik kaget.
"Iya doooongs." Dea menyahut sambil tertawa geli.
Dua gadis itu melewati Kevin dan Rangga begitu saja. Mereka tak berbicara sedikit pun pada dua lelaki itu. Mereka tampak asyik tertawa dan saling pukul satu sama lain. Ini tak seperti biasanya, siapa pun di sekolah ini tahu persis sifat perempuan yang bernama Dea. Perempuan yang cerewet, periang dan sedikit oon itu tak berkata sepatah kata pun pada Kevin. Padahal selama empat bulan terakhir perempuan bermata cokelat itu selalu berkicau seperti beo yang kelaparan.
Namun hari ini beda. Sangat beda.
Mata Rangga ikut bergerak mengikuti langkah mereka. Hanya terlihat punggung dua perempuan yang mulai menjauh. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Meski dirinya tahu kalau tingkah Dea yang satu ini pasti untuk mendapatkan perhatian Kevin. Dirinya hanya bisa berpura-pura bodoh agar lelaki bermata biru itu tidak curiga dengan rencana mereka.
"Bosque, nyonya kompeni kok kagak membeo. Sepi juga ya kalo tuh cewe gak berkicau, gak ada hiburan gratis." Rangga menoleh ke arah Kevin. Lelaki itu masih tampak santai dengan earphone-nya.
"Yeah diajak ngemeng malah membisu! Bosque ... bosque," sambung Rangga menggeleng kepala. Hati Rangga menjadi ragu kalau Kevin itu benar-benar cinta kepada Dea. Buktinya sekarang ia tak merespon apapun. Jika Kevin mempunyai perasaan kepada Dea pasti akan langsung syok dengan perubahan perempuan itu.
Tiba-tiba saja Kevin membuka earphone-nya dan membiarkannya tergantung di leher, "Gue cabut ke kelas dulu ya." Lelaki yang sangat suka dengan biologi itu lantas berjalan menuju kelas.
"Eeeeh ... katanya mau ke kantin?" gerutu Rangga menggeleng heran, "apa jangan-jangan bosque sebenernya sakit hati ya, terus dia berubah mood dan lebih milih ke kelas? Mungkin ...."
Rangga berpikir sejenak. Ia mempertimbangkan apakah ia memilih untuk ke kantin menuruti hawa perut yang terus bernafsu ingin makan atau ia lebih baik kejar Kevin dan ikut bersamanya ke kelas. Lelaki konyol itu menggaruk kepalanya kebingungan, "Kantin atau Kevin?" Rangga memutar badan menunjuk ke sebelah kanan tempat kantin berada lalu ia memutar kembali tubuhnya ke arah kiri, tempat kelasnya berada.
"Ah ke kelas aja deh, kasian Kevin," ucap lelaki itu seorang diri. Kemudian dengan berlari Rangga menghampiri kelas 10 IPA-1 yang tak jauh dari tempat ia berdiri sebelumnya.
****"Benerkan kata gue juga apa, si Dea itu pasti bosen ngejar-ngejar lo yang gak ada kepastian. Pasti dia bentar lagi digebet sama cowok lain," cakap Rangga yang duduk di atas meja sembari menasehti Kevin yang tak bergeming sejak tadi. Lelaki bermata biru hanya sibuk pada buku biologinya dan acuh tak acuh terhadap Rangga yang terus menerus menasehatinya sejak tadi seperti ibu kandungnya sendiri.
"Lo itu harus peka man, lo gentel dong. Masa nembak cewe aja susah? Gue sebagai anggota perseritakan cowok-cowok ganteng sejagat raya merasa direndahin." Ucapan Rangga semakin membuat pekak telinga Kevin. Anak somplak yang satu ini terus saja membeo masalah Dea, masalah dirinya yang kurang peka, kurang tegas dan puluhan masalah lainnya yang membuat konsentrasi Kevin menjadi menurun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Amor ✔
Umorismo[SELESAI] Best Humor Love Story 😘 Tentang si Dea gila dan si Kevin yang acuh tak acuh. Ditulis : 30 september 2017