BAB 58 ● ENYONG ULTAH ?

2.3K 126 9
                                    

"Aduh gila bener tuh soal matematika, bisa pecah tau gak otak gue?!" Endah tak henti-hentinya mengoech tentang ulangan tadi. Mulai dari selesai ulangan ketika masih di kelas sampai di kantin pun ia tak henti-hentinya mengomel. Rasanya kuping Dea hampir rusak gara-gara sahabatnya yang terus membeo.

"Mau siomay atau baso Pak Mulyadi?" tanya Dea yang menghentikan ocehan Endah.

Endah menghela nafas. Ia memutar bola matanya dengan malas, "Baso Pak Mulyadi aja," cakap Endah dengan nada lesu.

"Ya udah yuk!" Dengan gesit Dea segera meraih tangan sahabatnya itu menuju sebuah bangku kosong yang ada di pojok. Masih mending sekarang ini suasana kantin agak lengang, coba saja lima menit yang akan datang, suasana yang penuh ketenangan ini akan berubah dratis menjadi riuh ricuh seperti pasar dadakan.

"Pak basonya dua ya, gak pake sayur sama seledri, sambelnya sedikit aja." Dea tampak memesan dua mangkok baso sambil memegang lengan Endah. Sahabatnya itu pasti akan hilang kalau tidak dituntun seperti ini.

"Oke, tunggu sebentar ya, nanti bapak kirim ke sana," sahut Pak Mulyadi, tukang baso yang ramah dan murah senyum. Siapapun pasti suka dengan karakter bapak kantin yang satu ini. Bukan hanya ramah, tapi ia juga sering memberikan diskon saat ada yang ulang tahun. Tapi untuk yang ultahnya saja ya, kalau yang lainnya ya bayar sendiri. Bisa gulung tikar Pak Mulyadi kalau semuanya gratisan.

Dea pun berjalan bersama Endah ke bangku pojok. Mereka tampak duduk di bangku panjang yang terbuat dari kayu lengkap dengan meja yang sama panjang dan terdapat kotak sendok, botol kecap dan saus serta benda-benda lainnya yang masih ada hubungan darah dengan baso.

Tidak menunggu lama, Pak Mulyadi bersama dua mangkok baso datang menghampiri mereka, "Ini basonya," ucap Pak Mul sembari meletakan mangkok di hadapan Dea dan Endah.

"Makasih pak." Pak Mul mengangguk sambil tersenyum. Dia pun kembali ke dekat gerobak untuk melayani pelanggannya yang lain.

"Eh Dah, katanya si Leo mau nyamperin kita? Kok anak itu belom dateng juga?" tanya Dea sambil meraih garpu dan sendok dari dalam kotak plastik. Ia pun meletakannya di atas mangkok sambil mengaduk kuah baso yang telah dicampur kecap dan saus sebelumnya.

"Gaa ... taukhu ... tuh!" cakap Endah sambil mengunyah baso panas yang baru di sajikan.

Dea terkekeh lucu. Kawan dekatnya yang satu ini memang unik dan menggeletik, "Telen dulu kali."

Endah tampak mengangguk sambil mengunyah dengan ekspresi bibir kepanasan. Dengan susah payah akhirnya ia berhasil memasukan kunyahan baso itu ke perutnya. Dea tampak menggeleng heran. Semenjak berpacaran dengan Rangg, sifat Endah mulai berubah seperti anak itu. Tengil dan menyebalkan.

"Tadi mau ngomong apa?" tanya Dea yang merasa pertanyaannya belum dijawab secara jelas oleh Endah.

Endah tampak meneguk es teh tawar yang ada didepannya bak pemain kuda lumping. Setelah selesai ia meletakan kembali gelas itu ke atas meja lalu mengahadapkan pandangannya tepat di depan Dea, "Jadi ... si Leo katanya mau acara nembak si Susi, terus minta pertolongan kita."

"Oooh gitu," sahut Dea sambil mengangguk-ngangguk, "terus kenapa dia nembak si Susi?" sambung Dea yang masih bingung dengan pernyataan tadi.

"Elah elo, uh ah oh oh, kiarain ngerti? Nyatanya cuman omongan doang."

"Sensi." Dea tampak membuang muka dengan kesal. Hal-hal seperti ini memang sudah menjadi hal yang biasa bagi Dea dan Endah. Namanya juga persahabatan, kurang seru kalau tidak ada perseteruan.

Di tengah permusuhan itu, Leo tampak berjalan menerobos kerumunan murid-murid yang tengah antre di depan gerobak baso Pak Mul. Dengan ekspresi risih akhirnya, ia berhasil juga melewati gerombolan itu. Leo menghirup nafas lega, matanya mulai menelesik ke segala penjuru kantin untuk mencari bangku yang diduduki oleh Dea dan Endah. Pandangannya tiba-tiba terhenti pada bangku di sebelah pojok.

"Leo sini!" teriak Dea sambil mengibas tangan untuk mengajak lelaki itu duduk setelah yang melihatnya celingak-celinguk di dekat meja depan. Endah spontan menoleh sambil mengunyah baso tanpa henti, ia juga ikut tersenyum dan melakukan hal sama yang dipraktekan oleh Dea.

Leo tersenyum merekah. Dengan langkah penuh semangat, ia berjalan ke arah meja itu. Sesampainya di sana, ia disambut oleh kedua sahabatnya itu dengan ramah.

"Silahkan duduk Leo," ucap Endah mempersilahkan gebetan Enyong itu duduk di sampingnya.

"Thanks." Dea dan Endah tersenyum sambil saling bertatapan. Lalu setelah itu, mereka mengalihkan pandangannya ke orang paling tampan di antara mereka berdua.

"Jadi gini," ucap Leo dengan nada cukup serius, Dea dan Endah pun memandang Leo dengan pandangan menyimak, "gue itu mau nembak si Susi, tapi gue butuh bantuan lo berdua sama yang lain juga."

"Terus kita bisa bantu apa?" tanya Dea sambil menopang dagu di hadapan Leo.

"Lo kan punya kafe."

"Ho-oh, terus?"

"Nah si Susi itu mau ultah, jadi gue boleh gak sewa kafe lo semalem aja. Itung-itung ngasih suprise sekalian nembak."

"Boleh, boleh," jawab Dea sambil memangguk, "Kapan emangnya?"

"Hmm ... tepatnya sih malam minggu bulan ini."

"Oh berarti besok dong?" duga Endah yang tahu kalau sekarang ini mereka tengah ada di akhir bulan.

Dea mengangguk mengerti, "Ya udah deh entar Dea bicara sama Papa, tapi kayaknya buat temen yang mau menghilangkan kejombloannya gak papalah gratis juga."

"Yang bener De gratis?" heran Leo sambil berteriak kegirangan. Dea memanggut sambil tersenyum bahagia. Leo pun langsung berdiri sambil berteriak heboh. Tampak beberapa pasang mata menyorot ke arah Leo. Lelaki itu terlihat menggaruk bagian belakang kepalanya, bukan karena kutuan tapi karena malu. Ia pun kembali duduk.

"Gue balik ke kelas dulu ya?" ucap Leo sangat antusias.

"Ya udah gih sana," sahut Endah dengan nada mengusir.

"Biasa aja kale, tapi baso ini mau gue bayarin gak?"

"Gak usah," sahut Dea tenang.

"Oke kalau gitu, bye."

"Bye."

Leo pun tampak berlari kegirangan. Beberapa orang yang dia terobos tampak terjatuh karena dorongan bahu yang terlalu bersemangat. Sementara Dea dan Endah hanya tertawa renyah sambil kembali menyantap makanan dihadapannya.


-----AMOR----

Crazy Amor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang