"Yes, akhirnya misi kita berhasil ...," jerit Endah kegirangan lantas ia langsung memeluk Dea dengan erat, "Selamat ya, selamat."
Nafas Dea seketika menjadi sesak akibat pelukan Endah yang terlalu kuat. Badan mungil Dea terjepit ditambah tubuhnya yang tidak terlalu tinggi membuatnya tampak seperti kurcaci kejepit engsel pintu. Gepeng dan demek.
"I ... iya, tapi lepasin gue du ... lu, sesek banget nih, gue bisa mat ... ti," pekik Dea dengan mimik terdzalimi.
"Iya, gue lepasin," tutur Endah melepaskan pelukannya. Ia menatap sahabatnya dengan memasang wajah licik, "De ...."
"Apa?" sahut Dea tak menoleh. Ia sibuk merapikan jilbab yang kusut gara-gara si babon hidroponik alias si Endah kampret.
"Gue dapet komisi doooong hari ini?"
"Komisi apaan?"
"Ya elah pake acara sok lupa segala lagi. Ya komisi karena gue udah ngebantu lo deketin si Kevin," sahut Endah kecewa, "Dapet ya ... ya ... please," rintih Endah dengan wajah meminta belas kasihan.
"Iya deh iya, lo dapet komisi," jawab Dea malas. Tapi, benar juga sih kalau Endah, Rama dan Rangga sangat membantu usahanya kali ini. Untung saja si dua curut itu alias si Rama sama si Rangga gak minta komisi. Hahaha, batin Dea.
"Asik gue dapet komisiii ...," teriak Endah sambil joget-joget tak jelas.
Beberapa temannya yang berada di dalam kelas spontan menatap dirinya dengan sorot aneh. Tak terkecuali Rama dan Rangga, pendengaran dua curut itu langsung aktif apalagi dengan yang namanya komisi atau telaktiran. Wah itu hal yang paling mereka sukai dalam sepanjang sejarah.
"Hah?! Ada komisi?" jerit Rama lantas ia berlari tergesa-gesa ke arah Endah dan Dea.
Rangga tak mau kalah. Dirinya langsung berlari lincah di atas meja menghampiri para sahabatnya yang sedang membicara komisi, "Komisiiiiii ... i coming."
Mereka berdua pun sudah berdiri tepat dihadapan Dea sambil mengangkat tangan bak bocah minta jajan, "Ko-mi-si!"
Dea mengernyitkan kening. Kenapa juga dua curut ini ikut-ikutan minta komisi. Tapi, emang dua curut ini berjasa juga sih, "Ya udah deh, kalian berdua dapet komisi juga."
"Yeee ...," teriak mereka kegirangan. Mereka langsung memutar badan dan goyang bang jali pun dimulai.
"Tapi komisinya makan di kafe gue aja ya," tutur Dea menghentikan tarian Rama dan Rangga. Dea menepak bahu kedua curut itu, "Jangan banyak-banyak bisa gulung tikar kalo kalian makan."
Rangga dibuat nyengir sendiri. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal, "Hehehe ... bolehlah tujuh porsi steak sama enam gelas spesial Choco Avocado-nya."
Rama menggetrak kepala anak konyol itu dengan buku tulis bergambar Nenek Tapasya, "Eh onta kutub, lo mau makan apa mau nyedot uang orang, kayak bandit lo."
"Lah, suka-suka gue dooong. Mau kayak bandit, kayak Nenek Tapasya, kayak jerapah leher pendek, masalah buat lo?"
"Gak."
"Terus?"
"Eh udah-udah, ribuuut mulu lo berdua. Mau gue mutalasi?" relai Dea sambil mengepalkan tangannya di depan muka mereka berdua.
"Iya," sahut mereka menundukan kepala. Mereka tak ingin berdebat dengan si Ratu Kompeni ini. Tapi si Dea ini lebih pantes jadi Nenek Tapasya kayaknya dari pada jadi Ratu Kompeni. Lebih kejam, menakutkan dan suka ngancam ngebunuh orang.
Tapi, mereka berdua heran terhadap Dea. Entah anak ini memiliki kepribadian ganda atau emang jago akting. Mereka berpikiran begitu karena sosok Dea saat berhadapan dengan Kevin akan berevolusi menjadi anak polos yang bikin greget, sok imut dan sok alim banget. Tapi pas ketemu dua curut itu, lah boro-boro anak polos yang ada kayak anak kingkong. Galak, kejam dan suka makan orang. Bulu hidung mereka dibuat merinding dengan tingkah Dea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Amor ✔
Humor[SELESAI] Best Humor Love Story 😘 Tentang si Dea gila dan si Kevin yang acuh tak acuh. Ditulis : 30 september 2017