"Berarti nanti siang kita jadi yah kumpul di kafe si Dea!" gumam Endah penuh semangat.
"Jadi dooong ...." mereka menjawab dengan kompak. Hari ini Bu Mela tidak masuk ke kelas karena sakit flu. Katanya sih karena kemarin hujan-hujanan selepas rapat dengan kepala sekolah.
Kevin penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Suara mereka rupanya telah mengganggu konsentrasi dirinya untuk menghafal materi biologi yang besok akan diulangankan. Maklum saja, mereka mengobrol di belakang bangku Kevin. Jadi, mau tak mau Kevin harus merasakan gangguan para kecebong yang senang ngerumpi itu
Kevin pun menoleh ke arah mereka. Dengan wajah datar ia bertanya, "Lagi ngomongin apa sih?"
"Rahasia dooong ...," sahut Rangga dengan bibir monyong.
"Hahaha." mereka semua pun tertawa renyah dengan tingkah Rangga yang aneh.
Kevin menghela berat. Ia memutar kepala dan kembali fokus ke buku bacaannya.
***
Tiriring ...
Bel kebahagian para siswa berbunyi keras. Suara itu seperti suara surga yang membuat mereka bisa pergi meninggalkan semua pelajaran yang hampir membuat otak pecah.
Termasuk Dea dan trio curut yakni Rama, Endah dan Rangga. Mereka selalu bersama dimana pun dan kapan pun. Seperti yang mereka bicarakan sebelumnya, sekarang mereka akan ke kafe Amor--kafe milik keluarga Dea untuk merencanakan suatu hal yang sangat penting di sana.
"Ayo berangkat ...!!!" ajak Rangga penuh semangat bak pejuang kemerdekaan.
"Ayo," sahut Dea sambil memasukan beberapa buku pelajaran yang tergeletak di kolong bangku.
"Bentar ya gue ada ritual sakral dulu," tutur Rangga tersenyum picik.
"Iya, terserah lo aja," sahut Dea santai.
Dea tahu apa yang dimaksud ritual sakral si Rangga. Anak somplak yang satu ini selalu mencuri pulpen, penghapus, pensil dan semua alat tulis yang tertinggal di kolong meja atau pun yang jatuh di lantai.
Ritual Rangga ini selalu membuat Mimin stress setiap hari. Bagaimana tidak, ia harus menjadi korban kedzaliman Rangga sehingga semua alat tulisnya yang tertinggal pasti ludes dirampas si Kecebong India. Menurut laporan dari Mimin, ia sudah kehilangan pulpen kurang lebih tiga puluh satu, pensil empat belas, penghapus dua puluh tujuh dan tip-x sebanyak lima belas buah.
Menurut bandit Rangga, semua barang-barang itu, ia akan jual ke anak-anak kelas sepuluh saat jam istrahat di kantin. Hasil penjualannya ia gunakan untuk membeli paket kuota rabu rawit yang murah meriah.
"Alhamdulilah bangku si Mimin emang berkah, tiap hari gue selalu mulu. Sekarang dapet pulpen tiga, penghapus sepotong sama pensil dua. Rezeki anak soleh emang kagak kemana," teriak Rangga sambil mengangkat hasil ritualnya ke arah Dea dengan maksud memberi tahu.
"Ya elah Rangga, kasian noh si Mimin tiap hari kagak jajan gara-gara harus beli alat tulis baru yang lo curi."
"Masa bodo ah, yang penting gue bisa beli kuota, main COC," sahut lelaki itu sambil memasukan hasil curiannya ke dalam tas.
Dea menggeleng heran. Ia penasaran dengan isi otak lelaki itu. Apakah sama seperti orang pada umumnya atau benar kata Rama kalo otak si Rangga itu terbuat dari semur kecebong India. Entahlah, hanya Tuhan dan dia yang tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Amor ✔
Humor[SELESAI] Best Humor Love Story 😘 Tentang si Dea gila dan si Kevin yang acuh tak acuh. Ditulis : 30 september 2017