BAB 68 ● REVOLUSI

2.1K 114 21
                                    

Kevin dan yang lain kini tengah dalam perjalanan menuju pesantren yang diduga tempat tinggal Rama dan Khadijah. Mereka tidak habis pikir mengapa ini bisa terjadi, bahkan mereka telah beranggapan kalau dua orang itu telah lenyap di telan bumi karena hilang begitu saja.

Setibanya di sana, Kevin memarkirkan mobilnya di depan pesantren tersebut.

"Yuk turun!" ajak Kevin untuk turun dari mobil. Kebetulan yang datang ke sini ada Dea, Endah dan Rangga. Sedangkan Leo dan Susi sengaja tidak diajak karena pasti akan membawa kerusuhan. Mereka berdua tak perlu diragukan lagi bagaimana hebohnya saat melihat sesuatu yang dianggap unik dan parahnya lagi, hal-hal yang biasa pun mereka anggap unik.

Beberapa santri dan santriwati tampak lalu lalang sambil memeluk kitab suci. Mereka memerhatikan empat orang baru tersebut secara terang-terangan. Banyak di antara mereka yang berbisik dan terkagum dengan ketampanan dan kecantikan empat orang asing tersebut.

"Kita masuk nih?" Kevin menautkan alis sambil menatap Dea, Rangga dan Endah secara bergantian.

"Ya udah, yuk masuk aja!" pungkas Endah santai. Mereka bertiga pun memanggut setuju. Lalu berjalan melewati sebuah lorong besar dan di bagian kanan koridor itu terdapat sebuah meja panjang berisikan lima orang berwajah tak muda lagi. Seperti mereka adalah orang yang tengah piket hari ini. Kevin dan yang lain pun melangkah menghampiri mereka.

"Assalamu'alaikum Pak," sapa Kevin dan yang lain secara serempak.

Lima orang itu menoleh ke satu titik yang sama dengan wajah sedikit kebingungan karena para remaja yang ada di depan mereka seperti bukan santri sini. Itu dapat dilihat dari cara berbicara, wajah dan pakaian.

"Wa'alaikummussalam, ada apa ya dek?" cakap pria yang tepat duduk di depan Kevin.

"Gini Pak, saya mau nanya, apa di sini ada santri yang namaya Rama Yudistira dan Khadijah El-Rozy?"

"Hmm ... saya cari dahulu ya ke administrasi pesantren. Kalian boleh menunggu di kursi koridor dulu."

"Baik Pak."

Kevin dan yang lain saling bertatapan sekilas, mereka segera duduk dan berharap semoga dua orang yang mereka cari benar ada di sini.

Setelah menunggu hampir setengah jam, Bapak yang tadi berbicara dengan Kevin muncul kembali dari balik lorong bersama satu orang santri dan satu orang santriwati, mereka berdua tampak menundukan kepala sambil terus melangkah.

"Ini adek-adek, orang yang kalian cari!" cakap pria tersebut sembari menunjuk orang yang berdiri di belakangnya.

Kevin dan yang lain segera berdiri ketika melihat dua orang itu adalah Rama dan Khadijah. Namun, penampilan mereka berdua benar-benar berubah.

Pupil mata Dea bergerak dari ujung kaki Rama dan Khadijah. Rama yang biasanya menggunakan sneakres keren kini berevolusi menjadi sandal jepit berwarna polos. Begitu juga dengan Khadijah yang sama menggunakan sandal jepit.

Selanjutnya pandangan Dea naik sedikit ke sarung kotak-kotak berwarna biru yang dikenakan Rama. Lelaki itu sekarang terlihat seperti seorang pemuka agama. Dea menggeleng kagum sambil tersenyum lebar.

Tak mau menunggu lama, Dea langsung berlari untuk memeluk sahabat konyolnya itu dengan rasa rindu yang sebentar lagi terhapus, "RAMAAA!!!" teriak Dea seraya membentangkan tangannya.

"Eeh stop!" pekik Rama mengangkat tangannya ke depan, "maaf ukhti ... kita bukan muhrim, tidak baik jika kita bersentuhan. Rasullulah SAW pernah bersabda yang artinya Lebih baik tertusuk duri daripada bersentuhan dengan yang bukan muhrim, Maaf sekali lagi."

Mata Dea langsung terbelalak sempurna. Ini bukan mimpi 'kan? Demi Nenek Tapasya dan Gopi yang sengsara, semua orang sangat tersentak dengan perubahan yang terjadi pada Rama.

Rama yang dahulunya konyol serta tukang gombal, ya kira-kira sebelas dua belas dengan Rangga yang tak kalah sableng. Namun sekarang, entahlah apa yang sesungguhnya berlangsung saat ini?

Semua pun berlari menghampiri kedua orang itu dan menyejajarkan posisinya dengan Dea.

Rangga yang CLBK dengan sohib purbanya langsung jingkrak-jingkrakan sambil goyang bang jali tujuh kali.

"Ya ampun Rama demek, lo ternyata belom mati?! Gue kira lo udah nyungsep ke liang la-."

"Ssst." Rama dengan penuh ketenangan menempelkan jari telunjuknya di bibir lelaki tersebut, "jangan sho'udzon dulu ... itu dosa."

Rangga langsung menjitak kepala Rama bertubi-tubi untuk mengembalikan otak koslet yang dahulu pernah mereka bina. Namun itu tidak berpengaruh karena Rama memang telah berubah.

Rangga menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangan ala-ala orang syok di tipi-tipi. Demi Aceng dan Ikoh, virus apa yang sebenarnya mengjangkit  Rama sang cabe-cabean perempatan jalan?

"Ini lo yang asli 'kan? Bukan robot konspirasi global?" tanya Rangga penuh keheranan sambil menelisik bagian belakang leher dan kepala Rama yang takutnya ada kabel seperti di film. Tetapi Rangga tidak menemukannya. Berarti ini memang Rama sungguhan.

Rangga pun langsung memeluk Rama secara cepat sembari memutarkan tubuhnya seperti drama India, "Ramaaa!!! Akhirnya lo kembali juga, gue udah lumutan kali nungguin lo, lo kenapa sih pergi dadakan? Kayak imigran gelap tahu gak?"

Rama yang merasa risi, mendorong tubuh Rangga secara perlahan sambil menggelengkan kepala dan jemari tangannya tak berhenti memutar bulatan tasbih, "Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik akhi."

Rangga mendengus berat, ia sendiri sudah sangat bahagia namun Rama malah tak mau berpelukan dengannya. Malu dong sama Teletubis yang tiap hari pelukan, tentunya bukan sama doi. Karena teletubis itu mutlak bangsa jomblo yang berusaha membahagiakan diri dengan berpelukan di padang rumput.

Kevin dan Endah pun berjalan lebih dekat dengan keduanya sambil bersalaman.

Kini tinggal Khadijah yang belum mereka salami. Kevin, Rangga dan Endah segera berjabat tangan dengan perempuan tersebut sambil mengucapkan kata-kata maaf dan terima kasih.

Dea hanya berdiri di depan Khadijah dengan kening mengerut. Setelah semuanya bersalaman dan kembali membuat gurauan dengan Rama, Khadijah terlihat tersenyum sinis pada Dea. Namun Dea tetaplah Dea, gadis lugu yang sangat mudah dibodohi.

"Assalamu'alaikum Dea, gimana kabar? Maaf ya kalo waktu itu gue jahat."

"Wa'alaikummussalam, gak papa kok Khadijah 'kan emang jahat dari lahir."

***

Happy New Year 🎁

Apa resolusimu tahun ini?

Crazy Amor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang