BAB 49 ● LOMBA BALAP KARUNG

2.8K 148 16
                                    

Siang ini selepas salat dzuhur, perlombaan kembali dilanjutkan. Tersisa dua cabang lomba lagi, yang pertama lomba balap karung dan yang terakhir lomba ngesot berjamaah. Selesai salat, Dea melipat mukena yang ia kenakan di atas sajadah, "Hm ... Endah, nanti dari regu kita siapa yang mau jadi peserta lomba balap karung?" tanya Dea sambil melirik ke arah Endah dan Susi yang telah selesai melipat mukena lebih dulu dari Dea.

"Siapa ya?" pikir Endah sambil berdiri. Perempuan itu meletakan lipatan mukena di dadanya. Susi pun melakukan hal yang sama dengan Endah.

"Bentar ya ngobrolnya, Dea mau selesain ini dulu," pinta Dea sambil menuntaskan kegiatan melipat mukena. Setelah selesai, kemudian gadis itu langsung berdiri sembari memakai sandal jepit berwarna hijau.

"Ayo ke tenda!" ajak Dea dengan penuh semangat.

Endah dan Susi hanya bisa menggeleng heran. Tadi perempuan itu sibuk bertanya tentang lomba balap karung. Eh sekarang, gak ada hujan gak ada angin, gadis nyelonong begitu saja. Dua sahabat Dea itu hanya bisa menghela berat sambil berjalan mengikuti langkah Dea.

Sesampainya di depan depan tenda, Dea segera melepaskan sandal jepit hijau itu dan segera masuk ke dalam tenda. Disusul Endah dan Susi, mereka bertiga pun lengkap berkumpul di tenda regunya.

"Eh tadi Dea lupa mau ngomong ini!" ucap Dea secara tiba-tiba sembari memasukan lipatan mukena tadi ke dalam ranselnya.

"Mau ngomong apa?" sahut Endah tanpa menoleh. Ia sama-sama sibuk memasukan mukena ke dalam ransel.

"Ini loh soal lomba itu," cakap Dea sambil mengubah posisi badannya lebih menghadap Susi dan Endah.

"Lomba balap karung yah?" tanya Enyong sambil bergeser mendekat ke arah Dea.

"Iya bener, soal lomba balap karung iti. Tapi kok Susi bisa tahu? Jangan-jangan Susi paranormal ya?" duga Dea dengan wajah ekspresif, "ajarin Dea dong, ajarin ya, please ...," cerocos Dea tak henti-henti.

Setelah selesai memasukan mukena, Endah membalikan badan sambil sedikit bergeser mendekati mereka, "Susi bukan paranormal. 'Kan lo yang tadi bilang mau bahas tentang lomba balap karung!"

"Enggak ah, Dea belum pernah ngomong kayak gitu," sahut Dea membela diri.

Endah menepak jidat. Seperti penyakit idiot mulai masuk ke dalam otak sahabatnya, "Masa lo enggak inget sih, tadi itu loh pas udah solat dzuhur, lo bilang kalo lo mau bahas lomba balap karung. Iya kan Sus?" cakap Endah sambil mengangkat sebelah alisnya ke arah Susi.

"Alah Dea gak percaya. Lagian emang bener Dea gak pernah bahas itu, Endahnya aja yang sensi!" celetuk Dea dengan sinis dan membuat emosi Endah naik berlipat-lipat.

"Tahu ah terserah lo aja, mau iya kek, mau enggak. Terserah lo, ter-se-rah," jawab Endah sambil melotot dihadapan wajah Dea yang polos.

"Endah jahat sama Dea."

Endah mendadak terkekeh mendengar rengekan gadis itu. Ia menepuk bahu sahabatnya sambil berceramah, "Lagian kenapa sih otak lo itu kadang-kadang bener, kadang-kadang koslet. Lo sering makan terminal listrik ya? Pantesan pas dikelas terminal listrik di kelas suka rusak. Ternyata lo yang makan?"

Susi ikut tertawa mendengar perselisahan dua sahabat unik yang tepat di hadapannya. Sungguh lucu Dea yang polos dan sok pinter harus berdebat dengan Endah yang suka ngotot dan enggak sabaran. Kalo kata Bang Haji, ter-la-lu.

"Dea makan terminal listrik? Sedih amat hidupnya. Dea itu makannya gulai babon, pepes paus, gorila krispi, sup iga banteng, badak goreng, tumis komodo dan makanan lainnya yang pastinya Endah gak mampu buat makan itu. Iya kan Sus?"

Crazy Amor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang