BAB 29 ● REAKSI

3.1K 207 29
                                    

"Gue harus bisa ... har-us bisa," decak Dea sambil menepuk pahanya pelan.

Hari ini Dea benar-benar berubah. Seperti saran dari Endah, dirinya harus memakai pakaian yang tertutup serta mengenakan hijab yang sangat besar seperti terpal hajatan. Rasa gerah dan panas merupakan ujian berat bagi yang baru berhijab. Hal ini juga dirasakan oleh Dea, rambutnya serasa sangat panas dan kurang nyaman. Namun, demi Kevin semua ia lakukan.

Perubahan Dea tidak hanya meliputi pakaian. Tetapi, gadis aneh itu juga merubah gaya hidupnya. Jika sebelumnya ia ke sekolah naik angkot atau ojek online, sekarang ini ia menggunakan mobil BMW berwarna hitam yang terlihat mewah dan elegan.

Namun, bukan hanya penampilan dan gaya hidupnya yang berubah. Tetapi, perasaannya pun sekarang ikut berubah. Hatinya kini dilanda rasa khawatir yang teramat sangat. Khawatir jika penampilan barunya ini justru membuat Kevin ilfeel dan menjadi ia menjadi bahan bully-an di sekolah.

Bersamaan dengan rasa khawatir itu, butiran keringat keluar dari ujung keningnya. Dea menghela berat. Raut wajahnya tampak penuh dengan rasa khawatir dan takut yang berlebihan.

Tak terasa sudah lima belas menit ia duduk di dalam mobil. Pak Hans, supir pribadi Dea yang ditugaskan Ayahnya untuk mengantar jemput Dea ke sekolah itu menghentikan laju mobil dan parkir di parkiran sekolah.

"Sudah sampe non," tutur Pak Hans sambil  memandang Dea dari cermin yang menempel di bagian depan mobil.

"I ... iya pak," sahut Dea pelan.

Dengan lamban Dea menengok ke arah koridor, tampak puluhan anak masuk berbondong-bondong ke sekolah itu. Lantas Dea melirik ke arah pohon mangga yang ada di samping parkiran. Biasanya, kawan-kawannya sering nongkrong di sana sebelum bel masuk berbunyi.

"Gak ada Kevin ...," rilihnya sedih. Dea menundukan kepala.

Pak Hans yang melihat tingkah aneh anak majikannya itu langsung bertanya, "Non Dea belum masuk juga?"

Dea tak menggubris. Dia hanya menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Pak Hans tadi.

"Pulang aja deh pak!" titah Dea dengan wajah putus harapan.

"Lah jangan non! Non Dea harus sekolah biar bisa sukses kayak ayah boss," sangkal Pak Hans penuh motivasi.

Dea menghela berat. Rasanya percuma ia sekolah jika harus seperti ini. Perjuangan yang pedih, perjuangan yang sulit, tuturnya dalam hati.

"Pulang aja deh pak sekarang!"

"Sekarang non?"

"Iya pak," sahut Dea malas.

"Baik kalau Non Dea maunya seperti itu," jawab Pak Hans. Ia segera membanting setir dan melajukan mobilnya ke luar gerbang sekolah.

Kurang dari dua detik mobil Dea melaju, tiba-tiba saja terdengar suara heboh dari arah belakang mobilnya, "DEEAAAAA ...!!"

"Stop Pak, stop, stop," tutur Dea riweh. Dea pun menoleh ke belakang. Didapatinya Rama, Rangga dan Endah berlari ke arahnya seperti orang dikejar setan.

Senyum manis mulai terukir di bibir gadis itu. Teman-temannya sekarang sudah ada dipinggir mobilnya sambil menggetrak-getrak kaca, "Woy Dea buka, woy!"

Dea menepak jidat. Dengan semangat ia membuka kaca mobil itu, "Ya ampun kalian bikin kaget aja lo, pake acara getrak kaca segala ... udah kayak begal tahu?"

"Iya, begal hatiku pada Endah ...," jerit Rama sambil tersenyum alay pada mantan gadis kampungan itu.

"Yups bep's," sahut Endah yang tak kalah alay.

Crazy Amor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang