Sebagai anak yang rajin, Kevin selalu berangkat lebih awal ke sekolah. Alasanya hanya dua, yang pertama supaya bisa istrahat sejenak sebelum memulai pembelajaraan hingga siang nanti. Dan alasan yang kedua yaitu menghindari macet. Biasa, Jakarta memang sudah tak aneh dengan yang namanya kemacetan.
Kini, Kevin memarkirkan mobil sport-nya di dekat pohon mangga seperti biasa. Lalu ia keluar dari mobil itu dengan earphone putih menempel di telinga dan kedua telapak tangannya bersembunyi di balik kantong celana. Kemudian lelaki bermata biru itu berjalan dengan tegap sambil memanggut mengikuti aluanan lagu favoritnya.
Tampak beberapa siswi berderet rapih seperti biasa. Mereka tersenyum manis ke arah Kevin sambil melambai tangan dengan genit, "Hai Kevin, selamat pagi," sapa salah seorang gadis berbando pink.
"Hai," sahut Kevin tanpa menoleh ke arah mereka. Ia tetap fokus dengan pandangannya tanpa menghiraukan jeritan dan senyuman para siswi yang ngefans kepadanya.
Setelah melewati koridor sekolah, Kevin segera bergegas masuk ke kelas 10 IPA-1 yang jaraknya tak jauh dari tempat ia sekarang berdiri. Dengan langkah cepat dan cool ia tampak bersemangat masuk ke kelas kesayangannya itu.
"Good Morning!" Sapa Kevin sambil membuka pintu kelas. Tampak hanya beberapa ekor yang telah hadir di waktu sepagi ini.
"Morning kev," sahut mereka sambil menoleh ke arahnya. Mereka tampak sedang sibuk mengisi soal matematika dari Bu Siti yang akan dikumpulkan siang ini.
Dengan langkah cepat Kevin menghampiri bangkunya yang berada posisi paling depan. Kemudian ia melepaskan tali tasnya dan duduk di kursi itu sambil menghela panjang, "Aduuh ... capek juga ya."
Kevin mengusap wajah dengan lemas. Kemudian ia menyenderkan kepalanya ke senderan kursi dengan santai sembari memejamkan mata beberapa saat. Ketika lelaki itu mulai membuka mata, pandangannya tiba-tiba tertuju pada benda berwarna jingga dan ungu berbentuk kota, "Apaan itu?"
Lantas dengan penasaran dia meraih benda itu dari kolong bangku dan meletakannya di atas meja. Matanya terbelakak sempurna ketika melihat benda itu, "Hah?! Coklat mede? Dari siapa ini?" heboh Kevin sambil membuka selembar kertas yang menempel di bungkus coklat berwarna jingga.
Kevin mulai membaca isi surat itu dengan pelan, "Untuk teman spesialku Kevin Alatas, makan ya coklat itu siapa tahu kamu suka. Bye Dea Amor," ucap Kevin menyudahi bacaan itu lalu ia menatap papan tulis di depannya dengan sorot bingung.
"Kok cewe itu tahu kalo gue suka coklat mede? Rangga kali ya yang udah ngasih tahu hal ini?" tanya Kevin entah pada siapa. Ia tampak masih pusing memikirkan darimana coklat itu berasal.
"Bodo ah, kan surat tadi bilang kalo itu dari Dea. Lumayan juga kan udah lama gak ada yang kasih coklat," cakapnya sambil membuka kertas kemasan coklat itu lalu ia melahap makanan tersebut dengan sorot bahagia.
"Hmmm ... sumpah enak banget, jadi waktu gue masih ingusan," gumam Kevin sembari tersenyum-senyum sendiri, "makasih ya Dea, lo baik," ucapnya sendirian.
Dalam waktu kurang dari lima menit, dua bungkus coklat itu ludes dilahap Kevin. Anak ini benar-benar sangat menyukai makanan manis yang digemari semua orang terutama anak kecil. Sambil tersenyum-senyum manis Kevin membuang sampah kemasan itu ke tong sampah yang berada di luar kelas. Setelah selesai, ia kembali ke tempat duduknya untuk mengecek jawaban matematika yang sudah ia kerjakan semalam.
"Trigonometri ... udah-udah, ini bener, ini juga," tutur Kevin seorang diri sambil mengecek satu persatu jawaban materi trigonometri yang banyak membuat pelajar bunuh diri dengan cara meminum pembersih porselen.
Ketika Kevin sibuk mengecek jawabannya, tiba-tiba seorang perempuan berjilbab menyapanya dengan senyuman paling cerah sedunia, "Hai Kevin, lagi ngecek jawaban soal kemaren ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Amor ✔
Humor[SELESAI] Best Humor Love Story 😘 Tentang si Dea gila dan si Kevin yang acuh tak acuh. Ditulis : 30 september 2017