"Siapa di antara kalian yang ingin mencalonkan diri menjadi kandidat ketua kelas?" Tanya Bu Siti.
"Saya bu!" Sandra si anak bontot mengacungkan tangannya.
"Siapa nama kamu?"
"Sandra Permata Sari."
"Apa ada lagi?" Tanya bu guru sembari memandang satu persatu muridnya.
Suasana kelas hening. Tak ada yang merespon ucapan Bu Siti.
Namun tiba-tiba, "Saya bu!" Dea mengangkat tangannya sambil tersenyum optimis.
"Nama kamu?"
"Dea Amor!"
Endah yang duduk disampingnya langsung terkenjut. Dalam hidup Dea yang ada dalam dirinya hanya main & bahagia, hanya itu yang Endah tahu. Tapi kesambet apa ni anak kok nyalonin jadi ketua kelas.
Endah berbisik, "Dea kamu teh yakin nyalonin jadi ketua kelas?"
"Yakin dong," jawab Dea dengan PD level dewa. Ia tersenyum optimis mebuat gigi putih yang berbaris rapi mengkilap bak iklan pasta gigi.
"Kamu teh gak gila kan?" Tanya Dea yang masih tak percaya
"Enggak Endah, gue gak gila kok!" sangkal Dea yang mulai geram dengan tingkah aneh sahabatnya.
Tiba-tiba,
Plaaak...
Endah menampar pipi Dea dengan keras.
"Aw gue sakit Dea, lo kenapa sih?" ucap Dea yang kesakitan. Ia memegangi pipi yang memerah akibat tamparan Endah tadi.
"Syukur atuh, berarti kamu teh gak mimpi. Saya kira teh kamu mimpi soalnya kamu itu kan paling anti sama yang kayak ginian, kamu itu palingan cuma main sama selfie-selfie di Instagram." Ucap Endah yang tak tahu malu.
Pembicaraan mereka ternyata sampai ke teling Bu Siti yang super killer itu. Ia melirik mereka berdua dengan tajam. Sementara Dea dan Endah, mereka masih asyik mengobrol dan memperdebatkan sesuatu.
"DEA..!" hardik Bu Siti dengan volume full bak sound system hajatan.
Dea terperenjat. Ia langsung mengalihkan pandangannya ke depan, ke arah Bu Siti.
"I-ya bu," jawab Dea dengan ekspresi cemas.
"Kamu kenapa ngobrol?"
"A-nu bu.. a-nu..?" ucap Dea gagu.
"Anu anu apaan kamu?" Bu Siti menatap Dea dengan tatapan jahat, "Karena kamu ngobrol saat saya berada di kelas, maka kamu saya keluarkan!"
"Ta-tapi bu..!"
"Gak ada tapi-tapian. Ke-luar Se-ka-rang," titah Bu Siti. Menakutkan.
Dea langsung lari tergesa-gesa keluar kelas. Sementara Endah, ia merasa senang karena ia tidak dihukum, "Untung aja aku mah gak dihukum," ucap Endah pelan.
"Kata siapa kamu tidak kena hukuman? Kamu yang duduk bareng Dea, sekarang kamu lari ke lapangan susul Dea di sana dan jangan main-main di sana!" Bu Siti yang bertelinga seperti kelelawar itu mengusir Endah keluar menyusul Dea.
"Baik anak-anak karena calon ketua kelasnya cuma satu jadi secara otomatis Sandra menjadi ketua kelas," tutur Bu Siti.
"Dan... wakil ketua kelasnya adalah kamu Kevin," tunjuk Bu Siti pada Kevin yang duduk di kelas paling depan.
"Saya bu? Ta-tapi.. bu?!"
"Oh sudah tenang saja, jadi wakil itu gak capek kok!" bujuk Bu Siti pada Kevin.
Kevin menghela berat. Ia lebih baik pasrah daripada kena ceramah dari Bu Siti yang paling baik di dunia ini.
Sementara Dea dan Endah, mereka berdua berdiri di tengah lapang basket sembari hormat pada bendera merah putih.
"Ini gara-gara lo sih pake acara ribut-ribut segala di kelas," Dea merasa tak terima. Hukuman ini seharusnya tak menimpa dirinya. Dan sekarang harapan ia menjadi ketua kelas menjadi rusak gara-gara tingkah si Endah.
"Kok nyalahin Endah sih? Kan Endah cuma mastiin kalo Dea itu baik-baik aja atau kesambet setan?!" jelas Endah yang sama tak terima dirinya dituduh bersalah.
"Kesambet apaan? Hantu WC?"
"Bisa jadi, soalnya kamu kan udah ngebersihin WC dua kali!"
"Gak usah dibahas," Dea membuang muka dari gadis menyebalkan itu.
Disaat debat antara Dea dan Endah berlangsung, tiba-tiba Kak Salsa dan Kak Amel si dua kakak iblis itu datang ke lapangan untuk menghukum para anak-anak nakal.
"Psst... ada kakak-kakak OSIS," bisik Endah ke telinga Dea yang membuang muka gara-gara kejadian tadi.
Dea tak merespon. Dia malah semakin membuat muka. Kak Salsa dan Kak Amel semakin mendekat.
"Wohoho...baru beberapa hari masuk aja udah dapet hukuman apalagi ntar mau jadi apa kalian?" tanya Kak Salsa dengan nada sinis ke arah mereka berdua.
Dea langsung menoleh ketika mendengar suara kakak iblis itu yang suaranya sudah familiar di telinganya.
"Kak iblis?" Ucap Dea keceplosan.
"What?! Lo bilang gue kakak iblis?" Kak Salsa atau yang kerap dipanggil Dea Kak Iblis itu terkejut dan merasa tak terima, "Eh junior, lo kagak usah belagu ya. Dulu pas MOS lo udah ancurin hubungan gue sama Kevin. Sekarang lo mau gue timpul pake batu?" Lanjut perempuan itu yang sudah emosi berat.
"Silahkan aja lo timpul, KAKAK IBLIS. Tapi, yang jelas hukum berlaku ya di negara ini. Dan satu lagi tadi kak iblis bilang apa? Hubungan sama Kevin? Halo jangan ngayal ya Kevin mau sama curut iblis kayak gini!" tutur Dea yang semakin membuat Salsa murka.
"Apa lo bilang?" Tanya Salsa geram yang hampir memukul Dea dengan kepalan tangannya. Untung saja Amel--sahabatnya, melerai mereka berdua.
"Jaga ya sopan santun kalian!" ucap kak Amel dingin. Mereka berdua pergi meninggalkan lapangan.
"Hey kak iblis, gue bakalan sopan kalo dia-nya juga sopan!" teriak Dea dengan leher berurat.
Tampak Salsa dan Amel tak memperdulikan teriakan Dea tadi. Mereka hanya berjalan biasa menuju kelasnya masing-masing. Sementara Endah, ia hanya melongo melihat tingkah sahabat anehnya ini yang berani mendebat kakak-kakak OSIS yang super galak.
Tbc,
Wah si Dea berani juga ya...
Baca part selanjutnya yaJangan lupa vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Amor ✔
Humor[SELESAI] Best Humor Love Story 😘 Tentang si Dea gila dan si Kevin yang acuh tak acuh. Ditulis : 30 september 2017