BAB 41 ● BANGUN TENDA

2.7K 164 11
                                    

"Ayo turun!" teriak Rangga sambil melompat keluar dari bak truk yang ia tumpangi. Disusul Dea dan yang lainnya, mereka segera membawa semua peralatan kemah ke tengah bumi perkemahan. Semua orang tampak ripuh dengan bawaannya masing-masing.

Setelah berada tengah buper (bumi perkemahan), seorang kakak perempuan bertubuh tinggi dan langsing datang menghampiri mereka yang tengah beristirahat sejenak sambil mengibaskan tangan karena cuaca yang cukup panas.

"Hallo adek-adek," sapa kakak tadi sambil berjalan mendekati mereka.

"Hallo kak." Mereka tampak ketakutan dan langsung berdiri tegak dihadapan kakak jangkung itu.

"Nyari tempat buat bangun tenda ya?"

"Iya kak."

"Kalian dari kelas mana?" tanya kakak perempuan itu.

"Kelas 10 IPA-1 kak," sahut mereka.

"Tunggu sebentar." Kakak perempuan itu tampak mengangguk pelan sambil membuka beberapa lembar kertas yang terjepit di atas papan yang biasa digunakan untuk ujian, "Kelas 10 IPA-1 ... di sebelah barat," ucap kakak tadi setelah beberapa detik diam--mencari tempat mereka di denah kemah.

"Makasih kak," cakap mereka kompak. Mereka pun segera membawa semua peralatan ke sebelah barat buper seperti yang ditunjukan kakak tadi.

Kakak perempuan itu pun pergi meninggalkan mereka untuk kembali ke posko panitia.

Setelah sampai di tempat yang disediakan, mereka mulai membangun tenda dan gapura sebagai tempat tinggal sementara ketika acara kemah ini berlangsung.

"Rangga, tolong bawa tendanya ke sini!" titah Kevin sambil menunjuk ke arah tas berwarna hitam yang berisikan dua buah tenda berukuran kecil.

Rangga pun meraih tas itu dan menyerahkannya kepada Kevin, "Nih."

"Thanks Ga," cakap Kevin sembari mengambil tas itu.

"Hmm ... Leo, Endah, lo berdua bantuin gue buat bikin tenda dan yang lainnya cepet bangun gapura," titah Kevin sekali lagi sambil menatap ke arah kawan-kawannya.

"Siap boss." Mereka pun berpencar mengerjakan tugasnya masing-masing.

Kevin, Leo dan Endah sibuk membuat tenda. Leo dan Endah tampak memegang ujung tenda yang belum stabil karena belum ada penyangga. Sementara Kevin sibuk mencari batu. Ia mondar-mondar penuh kebingungan dengan tangan berkacak di pinggang. Matanya sibuk mencari batu tersebut kemana-mana dan akhirnya tampak sebuah batu yang tergeletak di pinggir anak perempuan yang sedang jongkok.

Kevin pun berjalan menghampiri perempuan itu, "Permisi kak, batu itu boleh saya pinjam sebentar?" izin Kevin sambil berdiri di belakang punggung perempuan tadi.

Namun perempuan itu tak menyahut ucapannya. Dia tampak sedang fokus mengerjakan sesuatu.

Kevin menghela berat sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dengan penuh kesabaran lelaki bermata biru iti kembali meminta izin kepada perempuan tadi untuk meminjam batu sebentar saja, "Kak saya pinjam batunya boleh?" rilih Kevin lebih sopan.

Perempuan itu masih sama seperti tadi. Hanya diam dan acuh terhadap orang yang memanggilnya. Namun bisa saja perempuan itu tidak mendengar atau kurang mengerti apa maksud Kevin karena saking fokusnya dengan kegiatan yang sedang ia lakukan.

Kevin mulai geram dengan tingkah perempuan sombong itu. Dengan tangan mengepal dan mata penuh dendam, ia menghampiri perempuan itu dengan capet.

Kevin pun menarik nafas dalam-dalam untuk menahan emosi yang hampir meletus kepada perempuan itu, "Heh cewe sombong, pinjam batu lo bentar aja. Lo budeg atau kenapa sih?"

Crazy Amor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang