Senin pagi ini, para anak-anak berangkat lebih awal karena akan ada upacara bendera. Termasuk Dea dan teman-temannya, mereka sekarang tengah asyik mengobrol di dalam kelas.
"Eh si Rama kok tumben jam segini belum ada di kelas?" heran Rangga sambil melirik arloji yang melingkar di tangannya. Jam sudah menunjukan pukul 06.53 dan itu berarti upacara akan dimulai 7 menit lagi.
"Wah bisa dihukum Fir'aun zaman now tuh anak," sahut Endah menduga-duga.
Dea dan Kevin hanya ikut memanggut.
📣 Kepada seluruh siswa harap masuk ke lapangan ... upacara sebentar lagi dimulai
"Pak Asep udah bersabda tuh, yuk ke lapangan!" ajak Kevin sambil memakai topi dan merapihkan dasi yang melingkar di kerah bajunya.
Mereka pun berjalan beriringan menuju lapangan bersama ratusan anak yang berbondong-bondong masuk lapangan karena jika mereka telat maka mereka harus berhadapan dengan manusia paling antimeanstrem di sekolah ini siapa lagi kalau bukan Pak Asep. Dilengkapi dengan dua benda pusakanya yaitu penggaris besar dan gunting rumput membuat rasa parno anak-anak sempurna seratus persen.
Mereka masuk barisan kelas 10 IPA-1 dan berbaris rapih mengikuti barisan paling depan. Kevin dan Rangga sengaja berdiri paling belakang supaya bisa mengobrol dengan Endah dan Dea sesuka hati.
"Eh si Rama kayaknya bener-bener mau ketemu manusia maut, masa jam segini belum masuk juga," ucap Rangga ketakutan. Ia khawatir jika sahabat tercintanya harus jatuh ke tangan manusia maut yang kejam dan bengis karena bisa-bisa anak krempeng itu mendapat hukuman keras dari Pak Asep.
"Mungkin si Rama kesiangan atau gak dia ada hal mendadak yang penting banget," jawab Dea bijak. Memang benar jika seseorang tidak berangkat sekolah selain alpa dan sakit pasti ada hal penting yang tak bisa ditinggalkan. Entah itu acara keluarga atau pun acara lainnya
"Ya udah tunggu aja tuh anak dateng, upacara bentar lagi mau di mulai, jangan berisik," relai Kevin menghentikan obrolan mereka.
Dea dan yang lainnya langsung diam karena MC sudah mulai membuka acara. Dan sudah menjadi hukum alam jika Pak Asep akan keliling lapangan untuk membunuh sadis siswa yang ribut saat upacara.
Dua puluh menit sudah upacara berlangsung akhirnya kegiatan mingguan ini selesai juga. MC pun menutup acara dan anak-anak langsung berebut keluar lapangan seperti cacing kepanasan.
Dea dan yang lain seperti biasa, mereka akan berjalan beriringan seperti anak bebek. Biasanya Rangga yang akan menjadi pengacau suasana saat mereka berjalan bersama. Namun, sejak kejadian kemarin lelaki jangkung itu kini seperti yang lain. Hanya mengobrol santai seiring dengan alunan langkah kaki.
Endah memulai pembicaraan, "Eh si murid kampret itu kemana ya?"
"Khadijah maksud lo?" sahut Dea sambil menengok ke arah sahabatnya yang paling cantik di antara Kevin dan Rangga.
"Iya lah siapa lagi, masa lo!" desah Endah dengan nada sedikit jengkel.
Sambil berjalan Rangga menyeriangi obrolan mereka, "Hmm ... menurut gue cewe itu kayaknya udah nyerah deh ngejar lo, Kev."
"Syukur kalo gitu, hidup gue agak tenang sekarang."
Dea mengernyitkan kening ketika mendengar ucapan Kevin. Agak tenang, maksud Kevin masih ada orang yang membuat hidupnya kurang tenang. Dea merasa tersindir, "Agak tenang? Emang masih ada gitu yang bikin hidup Kevin kurang tenang?"
"Ada," sahut Kevin dengan jelas. Bibir tipis lelaki tampan itu sedikit terangkat ketika Dea menyadari sindirannya.
"Siapa?" getrak Dea sambil bergerak mendekat, "Dea ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Amor ✔
Humor[SELESAI] Best Humor Love Story 😘 Tentang si Dea gila dan si Kevin yang acuh tak acuh. Ditulis : 30 september 2017