"Terkadang, sukses diawali dari merasa asing dan kesepian."
===============
SUASANA kelas 11-IPA-2 sangat ramai oleh siswa-siswi yang mengobrol pagi ini. Tentu saja, ramai, ini hari pertama mereka sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Banyak yang berkelompok, duduk di beberapa titik meja dan duduk melingkar. Masing-masing kelompok, memiliki 'kepala' yang memberi komando. Namun, ada beberapa anak yang duduk di mejanya sendirian, sibuk dengan ponsel atau apapun, dan terasingi.
Termasuk Sandra. Dia punya beberapa faktor mengapa tidak bisa cocok dengan kelompok manapun:
1. Sandra terlalu serius dan baik sampai-sampai semua orang segan untuk berbicara dengannya
2. Sandra tidak memiliki satu ketertarikan tertentu seperti ikut sebuah fanbase, tentu ketika teman-temannya membicarakan hal ini, Sandra tidak tahu apa-apa
3. Sandra sibuk dengan dirinya dan cita-citanya, sehingga tidak ada waktu untuk bermain meski hanya sekedar hangout, bagi Sandra, uangnya lebih baik digunakan hal lain
Intinya, Sandra totally a loser.
Yang membuat Sandra sedikit canggung, dia duduk sebangku dengan gadis paling populer di sekolahnya, Zanna. Beberapa teman-teman Zanna melingkar di sekitar meja, bahkan menyerempet ke arah Sandra.
"Kemarin gue liburan ke Amrik, sumpah bosen banget," ucap Zanna sambil menggulir layar ponselnya. Mulutnya sibuk mengunyah permen karet. "Abis belanja, ya udah langsung pulang. Lagian di sana gak ada yang bisa diliat."
Sandra berusaha menghapal dialog dan mempraktekannya, tapi obrolan Zanna dan teman-temannya menganggu konsentrasi perempuan berambut semi cokelat itu.
"Gue juga kemarin libur ke Singapur, yah ilah, itu mah Jakarta versi adem aja. Kita makan di sana, terus pulang lagi," sahut temannya dengan bibir berdecak jengkel.
"Eh, lo ganti hape, Na?" tanya temannya yang lain dengan mata sedikit berbinar.
Zanna melirik ponselnya dan mengangguk. "Bosen soalnya, ya udah tadi malem gue ke mall dan beli yang baru."
"Orang kaya mah bebas, ye," balas temannya bercanda.
Zanna mengangguk pongah. "Iye dong."
Sandra bergerak ke luar kelas dan memilih duduk di koridor. Pagi ini, udara masih terasa dingin dan segar, membuat Sandra memejamkan kedua mata dan menghirup oksigen sebanyak mungkin. Kemudian Sandra melihat draft naskah skenario yang ia print di genggaman tangannya.
"Jadi, kamu selingkuh sama dia?" Sandra mulai berdialog. Raut wajahnya berubah muram dan hendak menangis. "K-Kamu jahat sama aku, Re...."
Sandra menghela napas kasar dan bersandar di bangku koridor. "Kurang, kurang bagus. Ayo ulang lagi. One, two, three, action."
"Jadi, kamu selingkuh... sama dia?" Sandra menautkan kedua alis, bibirnya gemetar. "K-Kamu jahat sama aku, Re....."
Sandra menggeleng. "Kurang bagus!"
Sebuah suara menyelinap latihannya. "Gak di rumah, gak di sekolah, latihan mulu kerjaannya. Relax, Woman."
Sandra tersentak dan menoleh ke asal suara. Wajahnya yang kusut kini berubah cerah.
"Hai, kamu," sapa Sandra.
Orang itu tersenyum kecil. "Hai juga."
===============
28-09-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
S: Sadena, Sandra & Sandiwara
Teen FictionSUDAH DITERBITKAN TERSEDIA DI TOKO BUKU Part lengkap "Mungkin bagimu sandiwara, tapi bagiku ini nyata."