"Tanpa bicara. Hanya gestur yang berkata. Tapi bisa membuatmu jatuh cinta."
===============
"ELO? Jadi aktris?" tanya temannya tidak percaya pada buah impian Sandra di pohon harapan kelas. "Mana bisa? Akting lo aja masih jelek banget."
Kemudian, teman Sandra menunjukkan buah impiannya dengan pongah. "Liat dong, impian gue. Jadi pengacara! Keren, kan? Gak kayak lo, impian gue butuh otak dan perjuangan."
Sandra termenung, merasa jelek dan hina karena pilihannya itu. Melihat keminderan Sandra, teman itu akhirnya merasa bangga. Kata-katanya tadi terasa benar dan realistis. Dia merasa merajai semua teman sekelasnya, termasuk Sandra.
"Oh, aktris?" sebuah suara menyelip. "Bagus juga impian lo. Gue mau tuh, jadi aktor. Mungkin kita bisa main film bareng, someway, somehow."
Sandra menoleh dan mendapati kakak kelasnya di belakang mereka. Dia melirik ke arah Sandra sambil tersenyum, matanya ikut tersenyum. Namun mata itu berubah tajam ketika menatap ke arah teman Sandra, seolah mengetahui percakapan tadi. Dan memang, kakak kelas itu tahu. "Perlu lo pahami dan dalami, sandiwara itu perlu ngotak. Katanya mau jadi pengacara, masa gitu doang gak tau?"
Teman itu menunduk takut, tidak bicara apa-apa lagi, sedangkan Sandra tersenyum berterimakasih. Kakak kelas itu membalas senyum Sandra singkat sebelum sebuah suara menginterupsi.
"Den! Udah kenapa, jangan main ke kelas lima terus! Ajarin gue pitagoras, dong!"
Yang laki-laki akhirnya mengangguk malas. "Iya, iya. Mana yang gak ngerti? Lo bentar lagi mau UN, masiiih aja."
Kemudian kakak kelas Sandra pergi berlalu dengan santai, sementara mata Sandra mengikuti.
Pertemuan itu sangat singkat. Tanpa bicara. Hanya gestur yang berkata.
Namun Sandra jatuh cinta.
===============
Author Note
I love this version, honestly, truly, completely.
Thank you for understanding my decision.
I love you.
27-09-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
S: Sadena, Sandra & Sandiwara
Ficção AdolescenteSUDAH DITERBITKAN TERSEDIA DI TOKO BUKU Part lengkap "Mungkin bagimu sandiwara, tapi bagiku ini nyata."