SADENA tidak bisa tenang. Meski begitu, tuntutan pekerjaan yang mampu menyamarkan kegelisahannya, membuat Sadena bisa bersandiwara dengan baik di depan kamera. Dia bahkan bisa tertawa terbahak-bahak bersama Ladit dan dua aktor lain yang memerankan Resta dan Edo. Seolah tidak ada apa-apa. Seolah percakapan tadi malam tidak membuatnya terjaga semalaman.
There's always a price to pay, pepatah itu sangat cocok untuk Sadena sekarang. Karena, dengan Sandra mendapat peran Ratu, Sadena harus mengakui Hana sebagai pacarnya. Mungkin bagimu, mudah saja untuk menolak pernyataan Hana atau mengaku pada Sandra bahwa Hana hanya segelintir upil. Namun, Hana adalah orang terlicik yang pernah Sadena tahu. Dia bisa saja membuat pernyataan bahwa Sandra telah merebut perannya dan bersikap seolah dia yang tertindas. Sadena sudah berpikir jauh dan tindakan sembrono Hana hanya akan membuat projek film ini buruk. Sebisa mungkin, Sadena tidak akan memicu Hana melakukannya.
Termasuk memposting fotonya dengan Hana di media sosial. Sesuai permintaan perempuan itu.
Sadena melihat postingannya sudah mencapai ribuan komentar dari netizen lewat ponselnya, lalu mengesah pelan. Baru kali ini Sadena mengumbar kehidupan pribadi dan tentu saja ini menjadi sorotan publik.
Hana menjadi sorotan publik.
Sesuai yang dia inginkan.
"Kenapa, Den?" pertanyaan dari Ladit membuat Sadena mendongak dari ponselnya. Menghadapi realita.
"Gak apa-apa," jawab Sadena simpel.
"Oooh, gue kira ibunya kucing dari kucing bokap lo lagi melahirkan, jadi lo gegana, Den. Gelisah, galau, merana," tukas Ladit seolah ucapannya senormal pernyataan, 'Selamat pagi'.
Biarkan saja Ladit berkembang.
Pagi ini, syuting dimulai dengan adegan Raja, Resta, Edo, dan Ladit di kantin. Kemarin mereka syuting di lokasi kantin tanpa Ladit, tepatnya ketika Ladit belum pindah ke SMA Adhi Wijaya. Yang kemudian nanti muncul Ratu, hendak membeli batagor, namun lupa membawa dompetnya.
Ratu.
Sadena mengurut pangkal hidungnya. Sadena belum siap bertemu Sandra.
"Oke, ready semuanya.... Scene 27, take 3, action!" DOP berseru lantang dan lokasi syuting seketika hening.
Sadena kembali bersandiwara. Namun, pikirannya berkelana. Menuju percakapannya dengan Budhe tempo hari, di mana Sandra tidak mendengarnya karena sibuk bermain ayunan di halaman belakang.
"Sadena gagal, Budhe," ucap Sadena dengan suara pelan. "Sadena gagal mewujudkan mimpi Sandra. Sadena terlalu egois sampai lupa sama apa yang harusnya Sadena lakukan."
Budhe menatap sendu Sadena. "Apa ada hal yang sekarang bisa Sadena lakukan untuk Sandra?"
Sadena kini mendongak dengan senyum tipis. "Ada," jawabnya pelan. "Ada, tapi menjauhkan Sadena dari Sandra. Mungkin buat selamanya, Budhe."
Dengan mengikuti kemauan Hana, Sandra akan mendapat peran Ratu. Itu satu-satunya hal yang sekarang bisa gue lakukan untuk Sandra, pikir Sadena.
Raut wajah Budhe berubah cemas. "Gak apa-apa?"
"Gak apa-apa," jawab Sadena langsung. Wajahnya berubah cerah. "Selama seminggu ini, Sadena bakal puas-puasin bareng Sandra. Dan setelahnya, Sadena harus jauh dari Sandra, Budhe. Sadena gak mau jadi orang yang menggenggam terlalu erat. Sandra dengan jalan Sandra. Dan Sadena bisa lihat dari jauh."
"Cut!" seruan dari DOP membuat Sadena tersentak.
Dia lupa satu hal.
Sebelum dia benar-benar menjauh dari Sandra, ada satu hal lagi yang harus ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
S: Sadena, Sandra & Sandiwara
Teen FictionSUDAH DITERBITKAN TERSEDIA DI TOKO BUKU Part lengkap "Mungkin bagimu sandiwara, tapi bagiku ini nyata."