BAB 31

98.8K 12.3K 1.6K
                                    


MELANGKAH di koridor sekarang menjadi tidak semudah biasanya. Sandra harus tahan dengan tatapan semua orang. Iya, mereka hanya menatap Sandra tanpa mengatakan apa-apa, membuat Sandra perlahan yakin bahwa video Sadena dengan dirinya sudah menjadi viral—sampai sekarang, Sandra belum berani mengecek sosial media. Sandra terlalu takut ketika melihat komentar di Instagramnya mencapai sepuluh ribu. Banyak yang bertengkar di sana, entah mendukung Sandra, Sadena, atau Hana. Bahkan, komentar Sadena, yang "Beautiful," itu kini sudah disukai lebih dari dua ribu orang. Melihat itu, Sandra pening, dan berjanji tidak akan membuka sosial medianya untuk sekarang.

Di kelas, semua temannya mengerubungi, lagi-lagi mempertanyakan pertanyaan yang mencakup 5W-1H, membuat Sandra terpaksa harus menjawab perlahan dan tidak sepenuhnya menceritakan. Semua orang akan heboh kalau tahu Sandra dan Sadena menginap di rumah Bude. Pasti akan ada rumor-rumor miring yang berbeda dari fakta sebenarnya.

Tidak seperti lazimnya, sekarang, semua orang mengerubungi Sandra dan meninggalkan Zanna sendirian di sebelah. Zanna sibuk memainkan pulpen seolah tidak mempedulikan teman sebangkunya sedang diteror pertanyaan. Sebenarnya, ada yang aneh dari komplotan Zanna karena mereka tidak tampak bersama atau mengerubungi perempuan itu. Hingga akhirnya, pada jam pelajaran olahraga, Olip pun menjawab rasa bingungnya.

"Seneng banget, deh, gue," ucap Olip.

Mereka duduk di pinggir lapangan, hanya berdua, sementara yang lain sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sandra mengelap keringat di dahinya, kemudian menoleh ke arah Olip.

"Kenapa?" tanya Sandra.

"Zanna akhirnya enggak bisa nge-sok lagi. Bokapnya ketahuan korupsi dan semua properti keluarganya disita bank. Yah, paling juga, seminggu lagi, dia tinggal di rumah kontrakan," ucap Olip. "Bahkan hape yang dia bangga-banggainnya itu sekarang udah dijual buat biaya hidup. Kasian banget, tapi salah dia sendiri."

Sandra tidak menyukai nada bicara Olip yang sangat puas. Menurutnya, mau sejahat apapun perlakuan seseorang, kita tidak perlu merasa 'menang' karena orang itu mendapat musibah. Meski dia tidak setuju ucapan Olip, Sandra memilih untuk diam dan termenung. Lagi-lagi, ekor matanya melihat ke arah Zanna yang terdiam seorang diri di pojok lapangan.

Meskipun Sandra tahu dia bukan orang yang tepat untuk berada di samping Zanna, Sandra tetap menghampiri perempuan itu dan menyodorkan permen lolipop yang selalu ia bawa ke mana pun. Zanna melihat permen dan wajah Sandra bergantian. Sementara, dari jauh, Olip menahan rasa malunya dan terheran-heran karena sikap Sandra yang tidak ia duga. Olip kira, Sandra akan menimpali ucapannya karena Sandra juga menahan kesal tiap kali didiamkan di kelas oleh Zanna.

"Ngapain lo? Sok baik?" tanya Zanna curiga.

Sandra menaruh kembali permennya di dalam saku celana olahraga, lalu duduk di samping Zanna.

"Ngapain lo!" nada suara Zanna naik beberapa oktaf.

"Selama kurang lebih satu tahun, gue merasa bukan jadi orang yang punya banyak teman. Teman sebangku gue aja, enggak pernah lirik gue," Sandra bercerita sambil menatap ke langit, awan menggantung di sana, menandakan sebentar lagi hujan. "Gue berusaha untuk enggak apa-apa dengan kondisi ini. Seenggaknya, gue punya satu teman. Karena itu, ketika sekarang semua orang melihat ke arah gue, gue enggak akan merasa gue berkuasa, atau merasa mereka teman 'asli' gue. Gue tahu, yang seperti ini, hanya akan berlalu begitu aja."

Zanna kali ini terdiam, meresapi ucapan Sandra, dan merasa bahwa selama ini, Zanna yakin bahwa hidupnya mempengaruhi hidup orang lain. Nyatanya, tidak. Ketika Zanna berhenti 'hidup', orang lain tetap melanjutkan hidup mereka, dan lama kelamaan, melupakan dirinya.

S: Sadena, Sandra & SandiwaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang