BAB 48

24K 2.2K 83
                                    


BAB 48

Progress

"Kamu tidak bisa selamanya berbohong padaku. Aku juga berhak menerima seseorang yang menyayangiku seperti aku menyayangimu. Dan aku tahu, sejak awal, orang itu bukan kamu."

RENCANA Sadena mempertemukan Thama dan Sandra ternyata membuahkan hasil. Mamah memberi kabar bahwa Sandra sudah siap untuk kembali bertemu orang-orang, tapi baru sebatas teman sekelas dan guru-gurunya. Di minggu ke-enam, Sandra mulai mau membuka skenarionya lagi, hanya melihat lembaran-lembarannya saja. Di minggu berikutnya, Sandra sudah mau membicarakan tentang perannya di film R sebagai Ratu.

Di minggu ke-delapan, Sandra ingin bertemu Seth, membicarakan tentang perannya, meminta maaf karena proses syuting tersendat karenanya. Seth menenangkan Sandra dengan berkata, kapan pun Sandra siap, Seth akan melanjutkan kembali proses syuting mereka yang tertunda.

Di minggu ke-sepuluh, Sandra pulang ke rumah, naik motor. Sandra takut dengan mobil. Dia menangis ketika Mamah membawanya menuju mobil mereka. Awal-awal harinya di rumah, ia habiskan di kamar. Keluar kalau Mamah memanggil untuk makan malam. Sandra menyesuaikan kembali segalanya secara pelan-pelan.

Di hari ke-tujuh di rumah, Mamah mulai menyinggung tentang Sadena. Sandra hanay tersenyum dan meninggalkan Mamah, menuju kamarnya. Mamah membiarkan Sandra untuk berpikir seorang diri selama tiga hari, lalu bertanya lagi. Kali ini, Sandra menjawab, "Sandra mau lupa hal-hal yang bikin Sandra sedih. Termasuk kalau itu Sadena, Sandra mau lupa juga."

Sadena memahami itu. Dan apakah ironis mengetahui kata-kata Sandra sama seperti yang Sadena katakan padanya dulu? Mengapa dari sekian banyak kata-kata yang Sadena ucapkan, harus kalimat itu yang Sandra ingat?

Akhirnya, minggu kedua setelah Sandra pulang ke rumah, perempuan itu siap untuk syuting. Seth dan produser segera mengatur segalanya. Hari selanjutnya, syuting dilaksanakan. Sadena hanya bisa melihat Sandra dari jauh. Sandra memeluk tim kru, penata rias, bahkan Thama. Tapi Sandra sama sekali tidak melihat Sadena. Seolah Sadena bukan apa-apa untuknya dan Sadena berusaha menerima itu apa adanya.

Ketika Sandra satu take dengannya, perempuan itu benar-benar totalitas dalam berakting. Tidak ada tatapan dingin, membuang muka, dan hembusan napas berat yang Sandra lakukan ketika Sadena berada di sekitarnya.

Karena sekarang semua take selalu melibatkan Sandra, Sadena takut Sandra kelelahan. Tapi ternyata tidak. Perempuan itu sangat kuat dan telaten dalam melaksanakan kewajibannya.

Sampai pada akhirnya, mereka harus terbang ke Venesia untuk syuting adegan terakhir. Sandra mulai tidak enak badan. Mereka transit di bandara Amsterdam dan Sadena melihat wajah Sandra pucat. Sadena mengikutinya ketika Sandra berkata pada kru untuk untuk izin ke belakang setelah meyakinkan mereka bahwa Sandra bisa pergi seorang diri.

Setelah lima belas menit, Sandra akhirnya keluar. Sadena mengembuskan napas lega, sementara Sandra mematung di tempat, membuat antrian di belakang yang baru ia sadari ketika orang-orang mulai meminta permisi.

"Aku cuma mau mastiin kamu baik-baik aja," ucap Sadena cepat dan kikuk.

Mengapa tiap kali mereka bertemu, harus di koridor toilet tempatnya?

Sandra mengangguk. Bibirnya tipis dan mengatup rapat sebelum mengatakan, "Iya, gak apa-apa," dengan suara kecil.

Sandra akan berjalan pergi ketika Sadena menahan lengan Sandra dengan tangannya, "Aku seneng kamu baik-baik aja."

Sandra menoleh. Bibirnya melengkungkan senyum tipis. "Iya. Makasih."

Sandra melepas tangan Sadena dari lengannya, lalu berjalan menjauh dengan dada yang sesak. Tanpa Sadena tahu, Sandra sudah tahu bahwa tiket menuju keselamatannya sekarang karena Sadena membuat perjanjian dengan Hanna Syafira.

S: Sadena, Sandra & SandiwaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang