BAB 16

104K 12.2K 353
                                    

“You've been on my mind.”

================

SETELAH Sandra keluar ruangan, tidak ada yang menimbulkan suara. Bahkan suara pulpen jatuh saja mungkin akan bergema saking sunyinya. Sampai suara Seth mendorong kursi ke belakang membuat semua mata termasuk Sadena menoleh ke wajah piasnya.

"Cuma dia yang ganti skrip seenak gue ganti baju, cuma dia yang pake seragam," ucap Seth dengan mata berbinar. "Apa dia baru pulang sekolah? Izin sebentar, gitu? Eh, tapi nama sekolahnya sama kayak di novel, ya kan? Berarti...," kemudian Seth mengejutkan semua orang dengan tepuk tangannya. "Totalitas."

Produser mengangguk setuju, sesekali menulis sesuatu di kertas coret-coretannya. Sementara tim kreatif mengingat kembali nama peserta terakhir sekaligus latar belakang. Kemudian, salah satu tim kreatif berdiri dan menatap Seth sangsi.

"Tapi Sandra, peserta tadi, sepertinya belum memiliki nama yang cukup mendongkrak atau menjual film R. Maaf, bila saya salah."

Seth lantas menoleh ke arah Sadena. Kemudian menatap tim kreatif yang memberi poin negatif tadi. "Kita sudah punya Sadena," membuat produser hanya tertawa kecil dan geleng-geleng kepala. Seth pun melanjutkan. "Dan kita butuh wajah baru di industri ini. Wajah baru dengan akting semagis tadi."

Tim kreatif itu ingin membela diri, namun tak ada balasan yang setimpal untuk membenarkan argumentasinya. Akhirnya, dia kembali duduk setelah mengangguk paham.

Kali ini, Sadena yang berdiri. Senyum lebar terlukis di wajahnya. Senyum lebar itu, senyum yang jarang terlukis, dan sekalinya terbit, semua orang akan terkagum dan tidak mengalihkan pandangan. "Saya ingin memanggil Sandra untuk kembali ke sini."

Sebelum sempat semua orang merespon, Sadena berlari keluar ruangan. Menyusuri lorong dan sampai di pintu kaca, menuju ruangan para peserta. Semua orang terkejut melihat Sadena, namun mata Sadena tetap fokus mencari perempuan berseragam putih abu-abu dan berkucir kuda.

Tapi, Sandra tidak terlihat di mana pun.

"Kamu datang!"

Seruan nyaring dari arah belakang Sadena membuat senyum laki-laki itu kembali lebar. Dia berbalik, sedetik kemudian, senyumnya menghilang melihat perempuan yang dicarinya berada dalam dekapan laki-laki lain.

Sadena melihat itu tanpa berkedip, sampai akhirnya Sandra melepas pelukan, tak sengaja melihat Sadena. Sama seperti laki-laki itu, senyum Sandra pudar digantikan kernyit bingung di dahi.

"Kenapa, San?" tanya Yudith heran melihat ekspresi pacarnya berubah. Yudith melihat hal yang sama dan tentu saja laki-laki itu terperangah dengan alasan yang berbeda. Karena, baru kali ini Yudith melihat bintang film secara langsung, apalagi seperti Sadena. Mereka hanya berjarak lima langkah.

Sadena—seorang bintang yang hanya Yudith lihat lewat layar kaca.

Bernapas di ruangan yang sama dengan Yudith.

Namun Sadena mengartikan lain dari maksud tatapan laki-laki di samping Sandra. Seolah laki-laki itu menantangnya maju ke depan. Dan, itu yang Sadena lakukan. Dia menatap laki-laki berambut hitam legam kemudian berkata, "Boleh pinjem Sandra-nya sebentar?"

Sebelum sempat Yudith merespon, Sadena langsung menarik tangan Sandra, menimbulkan pekik kaget dari peserta lain yang melihat Sadena sejak cowok itu tiba-tiba datang ke ruangan peserta.

"K-Kenapa?" tanya Sandra linglung melihat tatapan iri dari peserta lain. Buru-buru dia menundukkan kepala ketika salah satu di antaranya merekam kejadian ini lewat ponsel.

Sadena tidak menjawab. Dia hanya menggenggam tangan Sandra lebih erat seiring senyum kecil penuh kemenangan terbit di bibir pucatnya.

S: Sadena, Sandra & SandiwaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang