BAB 50
Akhir Sebuah Kisah
"Yang menyakitkan dari jatuh cinta adalah jatuh pada tempat yang salah. Pada tempat yang tidak mengharapkanmu untuk jatuh. Sementara di tempat lain, mereka menunggu seseorang untuk jatuh dalam dekapnya."
SEJAK kecil, Mama selalu mengajarkan pada Hanna untuk terus membuka relasi yang menguntungkan. Bukan hanya soal give and take, tapi juga perjanjian di atas kontrak tak tertulis yang tentu saja akan merugikan pihak lain tanpa merugikan Hanna bila kontrak itu dilanggar.
Pemikiran itu membuat Hanna kecil selalu apatis pada teman-teman yang tidak satu level dengannya. Pertama, karena mereka tidak akan menguntungkan Hanna. Kedua, karena berteman hanya membuang-buang waktu.
Namun, Hanna tidak mengerti hubungan kuat antara Yudith dan Yara—sebulan setelah penangkapan Yudith, Yara dijaga dan dipenuhi kebutuhan finansialnya oleh Hanna demi menepati janjinya pada Yudith. Media tidak curiga karena selain Yara, Hanna juga memberi donasi yang sama pada sembilan anak lainnya, dengan dalih bahwa mereka berprestasi. Pernah satu kali Yara menangis pada Hanna karena merasakan kakaknya sedang menderita di lapas. Hubungan batin yang kuat itu mendorong Hanna untuk memastikan kebenarannya. Hanna menanyakan kabar Yudith di sana, dan Hanna terdiam mengetahui Yudith kemarin malam dihabisi gerombolan tahanan karena dianggap menghina. Yang ternyata, Yudith tidak mengucapkan 'Maaf,' ketika bahunya bertubruk ringan dengan salah satu anggota gerombolan mereka.
Hanna tidak pernah mengerti arti sebenarnya sebuah hubungan. Hubungan yang dibentuk berdasarkan rasa saling percaya dan menjaga. Hubungan yang semua pihak rela melakukan apa saja untuk saling melindungi. Hanna tidak pernah mengerti.
Yudith dipenjara selama 10 tahun karena kasus penculikan, penganiayaan dan percobaan pembunuhan secara operasi tangkap tangan. Yudith berada di rumah tahanan selama enam bulan sebelum akhirnya hakim mengetuk palu dengan masa tahanan yang sebelum banding adalah tujuh tahun berubah diperberat menjadi sepuluh tahun.
Sepuluh tahun. Waktu yang cukup—bahkan sangat—lama. Waktu itu kini tiba.
Yudith akan bebas dari lapas.
Hanna menyisir rambut Yara dan kemudian membuat kepang yang mengulur dari ujung telinga ke belakang, kemudian kedua ujungnya diikat menjadi satu bagian. Yara yang meminta—dan anak itu jarang meminta sesuatu pada Hanna, Hanna yang selalu memberi sebelum Yara meminta. Kata Yara, dulu, Yudith yang selalu mengepang rambutnya. Biar rapi, biar seperti orang yang sukses.
Bagi Hanna, memang Yara sudah mencapai kesuksesannya. Perempuan cerdas itu berhasil menyelesaikan studinya di luar negeri dengan beasiswa di umur 23. Kini, Yara sudah dinanti oleh sejumlah perusahaan ternama yang secara suka rela menerimanya tanpa wawancara. Dan semua itu Yara lakukan seorang diri, tanpa koneksi Hanna sekali pun.
Hanna berusaha biasa saja akan hal itu, tapi entah kenapa, Hanna merasa sangat terharu ketika mendengarnya. Seperti merasa..., bangga. Mungkin rasanya sama seperti ketika Ibu melihat Hanna akting untuk pertama kali, ketika Ibu menyeka air mata bahagia dan mengangguk ke arah Hanna, bangga dan terharu. Itu yang Hanna rasakan terhadap Yara. Meski Hanna mati-matian menutupi perasaan yang sesungguhnya.
"Cantik, gak?" tanya Yara ketika Hanna selesai dengan kepangannya.
Hanna mengamati Yara, memicingkan mata, kemudian tersenyum jahil. "Cantikan Kak Hanna, lah."
Yara lantas cemberut, membuat Hanna sontak tertawa.
"Cantik, kok, cantik," puji Hanna.
Ada keheningan sesaat, dan Hanna tahu, ada yang ingin Yara ungkapkan. Tanpa perlu menduga lebih jauh, Yara kini membalikkan badannya ke arah Hanna, kemudian tersenyum kecil. Yara menarik tangan Hanna dan menggenggamnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
S: Sadena, Sandra & Sandiwara
Teen FictionSUDAH DITERBITKAN TERSEDIA DI TOKO BUKU Part lengkap "Mungkin bagimu sandiwara, tapi bagiku ini nyata."