BAB 20

115K 13.2K 1K
                                    

“Rindu itu ada untuk membuat pertemuan selanjutnya bermakna.”*

===============

*: makanya sadenanya disimpen dulu, biar makin kangen.

SELEPAS mandi setelah pulang sekolah, Sandra mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas tempat tidur. Ini kali pertama Sandra membukanya sejak Olip memberitahu bahwa video dirinya digiring Sadena menjadi viral. Katanya, banyak lemparan kalimat benci, tapi ada juga yang mendukung karena tidak menyukai Sadena bersama Hana, lawan mainnya di film terbaru. Bagi Sandra sendiri, dia tidak ingin memusingkan hal itu. Sekarang dia bersama Yudith, terlepas perasaan lama yang membekas pada Sadena, dan selamanya seperti itu.

Sandra menghempaskan dirinya di kasur, kemudian menyalakan ponselnya. Sandra menunggu lama sampai notif datang bermunculan. Banyak chat dari teman semasa SD, SMP, dan bahkan teman sekolahnya saat ini. Bila dirangkum, pertanyaan mereka mencakup 5W1H (what, who, when, where, why, dan how) terkait video viral itu.

Sandra memilih tidak menjawab atau mengklarifikasi apapun. Toh, hal seperti ini akau surut seiring waktu. Karena, Sandra sudah belajar dari aktor-aktris papan atas. Bila ada gosip miring, diam saja, jangan memunculkan muka dan menjelaskan, karena akan timbul pertanyaan-pertanyaan lain yang semakin berat untuk dijawab.

Sandra hendak membalas chat Olip ketika satu notif kembali muncul dari sosial media Instagram.

Sadena Purnama follows you.

Mata Sandra mengerjap. Jantung yang seharusnya berdetak normal, kini bertambah ritmenya karena sebuah kalimat kecil tidak bermakna. Sandra merapal doa dalam hati untuk menganggap hal ini biasa saja, dan memang biasa saja, astaga!

Sebelum sempat Sandra menenangkan jiwanya, satu notif muncul, dan baru kali ini dalam sejarah kehidupan gadis biasa berumur tujuh belas tahun itu, Sandra bisa merasakan mau tapi tidak mau melihat notif.

Sadena Purnama leave a comments on your post: 'beautiful.'

Postingan Sandra hanya satu di Instagram. Sebuah foto dirinya sedang memegang balon berwarna senada dengan baju kodoknya, kuning. Mulutnya mengenyot 'mpeng bergambar animasi tikus dari film kesukaannya. Sepatu botnya berwarna putih menyala. Mata bulat Sandra menatap kamera, mungkin ketika itu, Ayah memanggil namanya dan Sandra menengok seiring Ayah mengambil gambarnya.

Hanya itu.

Apakah itu 'beautifuuuul'?

Notif lain bermunculan. Kali ini, dari komentar netizen yang sigap membalas komentar Sadena. Sandra berdebar membacanya.

'omgggg so luckyyy :('

'dia siapa siiih bang sadena, hati dedek potek'

'tapi kok gua setuju ya kalo dena kita sama dia. iykwim'

'bener tuuuh! gasuka banget gue kalo dena sama cewek uler'

'#thisshiphasjustsailed.'

Sandra melempar ponselnya.

Mengambil bantal.

Dan berteriak sekencang mungkin.

***

MAKAN malam selalu menjadi momen terfavorit Sandra bersama keluarga karena mereka bisa saling bercerita kegiatan hari ini. Sandra bisa bebas bercerita apa saja dan selalu mendapatkan nasihat-nasihat bila tindakannya kurang tepat. Tentu saja, Sandra menceritakan tentang Zanna, dan kedua orangtuanya geleng-geleng kepala sambil saling tatap paham.

"Dulu waktu SMA, Papa juga pernah, kan?" tanya Mama-nya, memastikan.

Papa mengangguk, mengulum senyum. "Kalo diinget, Papa suka mau ketawa, Ma."

Papa dan Mama adalah teman semasa SMA dan menjalin kasih ketika duduk di bangku kuliah. Jadi, kadang, Sandra tidak mengerti arah pembicaraan. Mama dan Papa punya sebuah obrolan yang hanya dimengerti mereka. Salah satunya ini, membuat Sandra memasang wajah bingung yang kentara.

Mama tertawa kecil, kemudian melihat ke arah Sandra. "Manfaatin balik aja, San. Kelebihan dia apa? Duitnya, ya?"

Sandra bengong mendengar pernyataan paling menyimpang yang pernah Mama berikan pada Sandra. Sungguh, sepertinya jiwa muda dan berani Mama tidak pernah padam dimakan usia. Bahkan, Sandra kadang merasa lebih tua pemikirannya.

Papa langsung menyenggol kaki Mama dari balik meja, membuat Mama meringis dan tersenyum dipaksakan.

"Tapi bohong," kata Mama akhirnya.

Sandra memainkan makanannya dengan garpu, jadi tidak selera makan. Mengetahui suasana hati Sandra, Papa langsung berdeham, membuat mata bulat anak perempuannya menatap ke arah Papa.

"San," panggil Papa. "Kalo ada yang jahat sama kamu, balas dengan kebaikan. Selalu balas dengan kebaikan."

"Tapi, Pa," sela Mama, melihat Papa melotot memperingati, Mama akhirnya cemberut. "Iya, iya, enggak."

Sandra menahan tawa geli melihat kelakuan Mama, kemudian dia mengangguk. "Iya, Pa. Sandra berusaha sebisa mungkin. Tapi, kalo udah keterlaluan, Sandra harus ambil sikap. Orang kayak dia, gak bakal berhenti kalo urusan dia belum selesai."

Papa mengangguk. "Papa doa'in."

Tiba-tiba, ponsel Sandra berdenting, membuat Mama dan Papa menatapnya lekat. Ada peraturan di meja makan. Yang utama dan pertama adalah meninggalkan ponsel dalam keadaan silent. Sandra nyengir merasa bersalah tapi tetap melihat notifikasi. Ternyata satu e-mail dari....

Dari production house yang menaungi film R.

Sandra membaca cepat e-mail tersebut. Perubahan raut wajahnya membuat Papa dan Mama berhenti makan dan menatap lebih penasaran ke arah Sandra. Tiba-tiba, Sandra mendongak dengan bibir bergetar dan seluruh sendinya lemas.

"Sayang?" tanya Mama cemas. "Kamu baru dapet duren nomplok?"

Papa menyenggol kaki Mama lagi.

"Eh, iya," Mama mengulang perkataannya. "Kamu kenapa, Sayang?"

"Besok...," Sandra menarik napas, "Besok Sandra diminta datang untuk syuting trial, Ma, Pa."

Ada hening sesaat sebelum Papa dan Mama keluar dari kursi mereka dan memeluk anak sematawayangnya. Tangis Sandra pecah, haru membuncah dalam dadanya, setelah sekian lama penantian, hari ini datang juga. Sandra bersyukur pada do'a-do'a yang selalu dipanjatkan oleh orangtuanya, dan kepada asa dalam jiwanya yang tidak pernah padam meski seringkali terjatuh.

Sandra akan ingat hari ini. Akan ingat betapa bahagianya. Akan ingat betapa bersyukurnya. Dan akan ingat, betapa manisnya sebuah perjuangan.

S: Sadena, Sandra & SandiwaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang