"Kalian terlambat!" Hal pertama yang keluar dari mulut Beam saat Kit dan Phana mendekatinya.
Kit kesal karena itu adalah kesalahan Beam kenapa ia bangun terlambat. Tapi dia tidak pernah bisa marah terlalu lama pada Beam atau Phana. Mereka berdua sahabatnya sejak mereka masih di sekolah. Meski terkadang mereka berdua suka menjengkelkan, namun persahabatan mereka tetap utuh dan sulit dipatahkan.
Begitu mereka duduk di samping Beam, Phana mulai menginterogasi Beam tentang mimpi itu. Dia berpikir bahwa mungkin mimpinya dipicu oleh seseorang yang pernah ditemui Beam, tapi Beam terus mengatakan bahwa dia belum pernah bertemu orang itu seumur hidupnya.
Entah Beam tidak mengakui atau dia benar-benar tidak pernah bertemu dengan orang itu, hanya dia yang mengetahuinya.
Namun percakapan mereka terputus karena Beam harus melakukan tugas keliling, memeriksa pasiennya. Dia buru-buru meninggalkan Kit dan Phana yang masih memikirkan mimpi aneh Beam.
"Apa kau pikir mungkin bagi seseorang untuk memimpikan orang lain yang belum pernah ia temui berulang kali?" Kit bertanya pada Phana yang mungkin sedang memikirkan hal yang sama.
"Aku meragukan itu." Phana menjawab. "Apa yang dialami Beam sama sekali tidak masuk akal, jika kau bertanya padaku."
"Bisa dikategorikan sebagai X-files." Kata Kit sambil tertawa kecil.
"Ya, itu benar." Phana ikut tertawa.
"Aku hanya berharap jika mimpinya tidak menyebabkan masalah dalam pekerjaannya atau kehidupan cintanya." Kit mengucapkan keprihatinannya.
"Aku juga berharap begitu. Mungkin kita harus menyarankan dia untuk bertemu psikiater untuk membicarakannya."
"Aku tidak berpikir Beam akan setuju. Tapi ayo kita mencobanya. Mungkin dia mendengarkan saran kita kali ini."
Phana mengangguk dan mengamati sekitar kantin.
"Jadi, apa yang kau inginkan untuk sarapan? Aku yang traktir."
"Phana yang sempurna ingin mentraktirku? Aku merasa begitu senang." Kit benar-benar terkejut.
"Yah, aku dalam suasana hati yang baik. Kau lebih baik mengatakan sesuatu sebelum aku berubah pikiran." Phana berkata sambil terus berpikir tentang apa yang harus dibeli untuk dirinya sendiri.
"Kalau begitu, belikan aku satu apel dan sebotol jus jeruk." Kit bergumam setelah mempertimbangkan kembali semua pilihan makanan yang dijual di kantin.
"Apel untuk sarapan? Serius, Kit? Apakah kau sedang diet?"
"Tidak, aku tidak. Aku hanya tidak lapar." Kit membantah tuduhan tiba-tiba Phana.
Phana duduk kembali di kursinya dan menatap Kit. "Jangan bohong padaku, Kit. Kau bisa sakit jika kau terus melakukan hal ini. Makan yang tidak teratur tidak baik untuk kesehatanmu. Aku memperhatikanmu dan kau makan tidak teratur akhir-akhir ini." Dia menatap Kit dengan cemas.
"Aku tidak tahu, Pha. Aku hanya tidak memiliki nafsu makan."
"Kau ingin membicarakan hal ini?"
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan sebenarnya. Mungkin aku tidak memiliki nafsu makan karena aku terlalu lelah."
"Itu bukan alasan, Kit. Tidak peduli kau sedang lelah atau tidak, kau harus makan dengan teratur. Kau bisa sakit jika tidak menjaga kesehatanmu."
"Jangan terlalu khawatir, Pha."
"Mungkin sudah waktunya bagimu untuk menemukan seseorang untuk mengurusmu."
"Kau menyuruhku? Bagaimana denganmu? Harusnya kau menemukan seseorang untuk dirimu sendiri?"
"Aku sedang mencari, tapi masih belum menemukan satu yang sempurna." Phana menghela napas berat. "Jangan membahas hal ini. Ini tidak penting. Yang penting sekarang adalah kesehatanmu. Aku akan membelikanmu sandwich. Dan kau harus memakannya di depanku. Kalau tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi.
"Ya, ayah." Kata Kit sambil menggoda.
"Berhenti memanggilku ayah." Phana memperingatkan temannya.
"Maaf ... dan Pha .., terima kasih untuk membelikanku sarapan."
"Tidak masalah." Phana tersenyum dan menepuk bahu Kit ringan sebelum ia pergi untuk membeli sarapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE 2 (MINGKIT FANFIC)
Fiksi PenggemarHanya perlu beberapa menit agar lift berhenti pada tombol yang telah dipilih Kit. Begitu pintu terbuka, Kit bergegas keluar dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan yang dilewatinya. "Maaf." Dia dengan cepat meminta maaf. "Tidak apa...