Ming mengusap air matanya dan menegakkan postur tubuhnya saat ia menatap orang tua Kit, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia merasa gelisah dan lemah, tapi ia menguatkan dirinya untuk menerima tamparan berikutnya yang akan ia dapatkan dari orang tua Kit.
"Masih memikirkan anak kami?" Tanya Ayah Kit pada pria muda di depan mereka yang terlihat benar-benar putus asa. Dia mengamati wajah muram Ming dan merasa tidak enak telah menyiksa pria muda itu terlalu berlebihan.
"Ya, Sir. Saya selalu memikirkan anak Anda." Ming menjawab dengan sedih. Matanya menatap tangga sebelum dia melanjutkan berbicara apa yang ada dalam pikirannya. "Saya benar-benar berharap bisa memutar waktu kembali. Jadi, Kit tidak akan pernah merasakan patah hati seperti ini. Saya benci diri saya yang telah membuat dia menangis. Kalau saja saya tahu dia akan patah hati, saya tidak akan pernah berani untuk mengejar cintanya. Saya .. saya tidak kuat ..melihat dia .. menangis. Itu menyakitkan bagi saya." Ming menunduk saat air matanya mulai turun lagi.
Ibu Kit menghela nafas dan perlahan bangun, duduk di samping Ming dan mengusap punggung Ming lembut. "Berhentilah menangis, Ming. Dengarkan dulu apa yang ingin dikatakan suamiku."
Ming mengangguk dan menyeka air matanya saat ia menatap ayah Kit.
"Katakan padaku, Ming, apa yang kau sukai dari Kit?"
Ming berhenti dan perlahan tersenyum sambil berpikir tentang Kit. "Semuanya, Sir. Saya mencintai semua tentangnya, bahkan sifat pemarahnya." Dia terkekeh.
Ayah Kit menghela nafas dan menggelengkan kepala sambil tertawa lembut. "Aku rasa Kit-ku telah sepenuhnya menyihirmu."
"Anda benar, Sir."
"Yah, aku minta maaf telah membuatmu tersiksa, memaksamu melalui kesulitan ini." Ayah Kit meminta maaf tiba-tiba.
"Ma..maaf, Sir." Ming menatap ayah Kit dalam kebingungan. Lalu ia berpaling kepada ibu Kit yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Kit adalah anak tunggal kami, Ming. Kami hanya menginginkan yang terbaik untuknya." Kata Ibu Kit lembut.
"Saya masih tidak memahaminya." Pikiran Ming masih sulit untuk memproses makna di balik kata-kata orang tua Kit.
"Baiklah, ketika kami tahu bahwa anak laki-laki kami satu-satunya jatuh cinta dengan seorang pria, kami berdua merasa terheran-heran dengan berita tersebut. Kami ingin tahu yang sebenarnya, jadi aku menyuruhnya pulang ke rumah untuk bertanya padanya secara pribadi. Kit mengaku kepada kami jika dia memang jatuh cinta padamu." Ayah Kit mengembuskan nafas panjang sebelum ia melanjutkan dengan ceritanya. "Tapi aku masih ingin menguji jika cintanya padamu benar-benar tulus, jadi aku bertanya padanya apa yang akan dia lakukan jika kami tidak setuju, tapi jawabannya benar-benar tak terduga. Dia memilih untuk mematuhi kami daripada melindungi cintanya."
Ming mengerutkan alisnya dan terus menatap ayah Kit yang melanjutkan ceritanya.
"Aku minta maaf jika aku menyakitimu dengan ucapan kasarku. Aku melakukan itu untuk memprovokasi Kit, agar dia berani melindungimu. Tapi kurasa cinta dan baktinya terhadap kami lebih penting baginya daripada kebahagiaannya sendiri."
Ming tak bisa tak bisa menahan senyumnya saat ia mendengar cerita ayah Kit. "Apakah ini berarti Anda menyetujui kami, Sir?"
"Kurasa begitu, tapi ..."
Nafas Ming terhenti saat ia mendengar kata 'tapi'. Dia membeku dan melihat ayah Kit meraih sebuah amplop besar lalu memberi isyarat Ming untuk mengambilnya.
"Aku ingin kau menyelesaikan ini dulu. Aku tidak ingin anakku Kit terluka saat bersamamu."
Ming enggan tapi perlahan dia bangkit dan mengambil amplop itu. Dia kemudian duduk kembali di sebelah ibu Kit dan melihat isi di dalam amplop itu. Begitu melihat foto dan surat dalam amplop itu, dia menjadi marah.
"Kau juga tahu siapa pengirimnya, kan? Kit mengatakan pada kami jika itu dari mantan tunanganmu." Tanya ibu Kit sambil mengambil surat itu untuk membacanya lagi.
"Itu memang dia (him), Sir. Tidak diragukan lagi."
"Dia? Mantan tunanganmu seorang pria?" Ibu Kit tampak bingung dengan jawaban Ming.
Ming mengangguk gugup.
"Itu berarti orang tuamu tidak keberatan kau jatuh cinta dengan seorang pria juga?"
"Tidak, Sir. Mereka tidak masalah, selama saya bahagia dengan pasangan saya."
"Kalau begitu, selesaikan masalah ini segera. Aku tidak ingin Kit terluka karena mantan tunanganmu. Aku akan memberimu ijin berkencan dengan anakku selama kau berjanji untuk tidak menyakitinya atau membiarkan dia terluka oleh apapun. Jika aku tau dia menangis karenamu, aku akan mencabut ijinku dan aku tidak akan membiarkanmu untuk bersamanya sama sekali."
"Saya berjanji tidak akan menyakitinya, Sir. Saya terlalu mencintai Kit, dan saya akan melakukan apapun untuk membuatnya bahagia."
"Kalau begitu, naiklah ke kamarnya dan hibur anak cengengku." Ibu Kit mendorong Ming untuk berdiri dan memberinya isyarat untuk pergi ke kamar Kit di lantai dua. "Oh .. dan mulai sekarang, panggil kami Ma dan Pa, oke."
"Terima kasih, Ma .. Pa." Ming menjawab penuh semangat, kemudian bergegas menaiki tangga untuk mendapatkan Kit nya.
*Ciyeeeee yang dapet restu ciyeeee :v
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE 2 (MINGKIT FANFIC)
FanfictionHanya perlu beberapa menit agar lift berhenti pada tombol yang telah dipilih Kit. Begitu pintu terbuka, Kit bergegas keluar dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan yang dilewatinya. "Maaf." Dia dengan cepat meminta maaf. "Tidak apa...