31

2.6K 269 45
                                    




Kit melepas sepatunya dan masuk ke rumah orang tuanya dalam diam. Jantungnya berdegup kencang saat melihat ayahnya menunggunya di dekat pintu.

"Pa .." Dia menyapa ayahnya dan memeluknya,tapi ia merasa aneh ketika ayahnya tidak balas memeluknya.

"Kau sudah makan makan malam?" Ayah Kit bertanya dengan suara keras.

Kit menggeleng dan bergidik ketika ayahnya mendengus dan memberi isyarat padanya untuk mengikutinya masuk.

"Ma .." Kit menyapa ibunya yang datang dan memeluknya saat memasuki ruang makan dengan ayahnya.

"Duduk." Perintah ayah Kit sebelum ia mengambil tempat duduk di seberang anaknya. "Makanlah sambil kita bicara."

"Ya, Pa." Kit menjawab dengan patuh.

Ibu Kit mengusap rambut anaknya dan duduk di sampingnya sambil memberi isyarat kepada anak satu-satunya untuk makan makanan yang telah dia siapkan untuknya. "Bagaimana kabarmu, Kit?" Dia bertanya sambil mengusap sayang punggung anak berulang kali.

"Aku baik-baik saja, Ma." Kit tersenyum dan perlahan memakan makan malamnya. Dia merinding karena tatapan mengintimidasi ayahnya. Dia gemetar saat mata mereka bertemu ketika ia melirik wajah keras ayahnya.

"Bagaimana pekerjaanmu? Apa kau makan makanan yang tepat dan teratur?" Tanya ibu Kit, mengkhawatirkan anaknya yang jarang pulang untuk mengunjungi karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Aku masih beradaptasi."

"Apa kau bahagia dengan hidupmu?" Ayah Kit memotong pembicaraan antara istri dan anaknya.

"Ya, Pa."

"Bagaimana dengan kehidupan cintamu? Apa kau sedang menjalin hubungan dengan seseorang?" Ayah Kit menyela. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan meletakkan kedua tangannya di atas meja sambil menyipitkan matanya pada Kit yang telah berhenti makan.

"Ya, Pa." Kit menjawab sambil meletakkan sendoknya. Dia bersandar dan memberanikan diri untuk menatap ayahnya.

"Tolong beritahu kami tentang orang itu."

Kit membisu. Dia tak bisa membuka mulutnya untuk berbicara. Dia takut orang tuanya akan terkejut dengan pengakuannya.

"Kenapa kau tidak bisa mengatakan apa-apa tentang kekasihmu?" Tanya ayah Kit. "Kenapa, Kit? Karena kekasihmu adalah seorang pria? Apa itu sebabnya kau tidak bisa memberitahu kami tentang dia?"

Kit terperangah oleh pernyataan ayahnya. Ia berpaling ke ibunya dan ia baru menyadari bahwa ibunya juga tahu tentang masalah ini. "Ba.. bagaimana kalian tahu?"

Ayah Kit berdiri dan pergi ke ruang tamu kemudian kembali dengan sebuah amplop di tangannya. Dia duduk dan menyerahkan amplop besar itu pada Kit.

Kit mengeluarkan isinya ragu-ragu, dan ia tertegun saat melihat foto-fotonya bersama Ming dan sebuah surat yang mengatakan bahwa ia telah merebut tunangan seseorang yang berada di dalam amplop itu. Dia benar-benar marah karena ia tahu persis siapa pengirimnya.

"Kami menerima ini kemarin. Apa kau tahu siapa yang mengirim surat ini?"

Kit mengangguk beberapa kali sambil ia mengembalikan semuanya ke dalam amplop itu. "Ini dari mantan tunangan Ming."

"Apa kau benar-benar merebut tunangannya?"

"Aku tidak, Pa. Percayalah, aku tidak merebutnya." Kit meyakinkan orang tuanya.

"Bagaimana ini bisa terjadi, Kit? Bagaimana kau bisa jatuh cinta dengan seorang pria?" Ibu Kit bertanya lembut sambil memegang tangan anaknya dan mengusapnya lembut.

"Aku tidak tahu, Ma. Itu terjadi begitu saja. Aku tidak berencana untuk mencintai seorang pria, tapi aku tidak bisa mengelak. Dia membuat hidupku bahagia dan memiliki arti." Kit menjelaskan dengan pelan namun tetap cukup terdengar oleh orangtuanya.

"Bagaimana jika kami tidak menyetujui hubungan ini?" Ayah Kit mempertanyakan anak satu-satunya.

Nafas Kit berhenti saat mendengar pertanyaan itu. Matanya mulai berkaca-kaca dan dia gemetar hebat saat pemikiran putus dengan Ming memenuhi pikirannya.

"Jawab aku, Kit."

"Seberapa besar aku mencintainya..." Kit berhenti sejenak untuk menyeka air matanya yang mulai terjatuh. " Aku tidak akan membantah kalian, Pa, Ma. Aku mungkin terluka karena keputusanku, dan aku tahu jika aku juga akan menyakiti Ming. Tapi aku rasa aku tidak pantas mendapat kebahagiaan jika kalian berdua tidak bahagia. Bagaimana aku bisa bahagia jika kalian tidak bahagia?" Dia menambahkan dengan sedih.

"Apa cuma itu yang bisa kau katakan? Tidakkah kau ingin melindungi cinta kalian?"

Kit tidak menjawab. Dia menunduk dan menggeleng pelan.

"Apa kau benar-benar mencintai pria itu, Kit? Aku rasa kau tidak."

Kit berpaling kepada ibunya dan memegang tangannya erat. "Aku mencintai Ming, Ma. Sungguh. Tapi jika aku harus memilih antara orang tua dan kekasih, aku akan memilih orang tuaku. Aku tidak bisa kehilangan kalian berdua. Kalian adalah keluargaku."

Ibu Kit memeluk anaknya dan dia tidak bisa menahan air matanya lagi.

"Beri aku ponselmu, Kit."

Kit enggan tapi perlahan dia memberikan ponselnya pada ayahnya yang segera mengambilnya dan menelepon Ming.

'Halo, kitten? Bagaimana semuanya? Apa kau baik-baik saja? Aku khawatir, Kit. Aku tidak bisa tidur memikirkanmu.'

"Ini bukan Kit, ini ayahnya."

'Err .. Halo, Sir. Maaf atas ketidak sopanan saya tadi. Saya tidak tahu jika sedang berbicara dengan Anda. Apa kabar, Sir? Saya Ming, teman anak Anda.'

"Hanya teman? Jadi, kau bukan kekasihnya?" Ayah Kit melirik anaknya yang masih menangis. "Kalau begitu percuma anakku menangis karena orang yang dia sebut sebagai kekasihnya tidak mengakui bahwa ia adalah kekasihnya."

'Err .. Sir. Saya .. saya kekasihnya. Saya tidak bisa mengakui karena saya tidak yakin apakah Kit telah memberitahu Anda tentang saya. T..tapi Sir, mengapa Kit menangis? Apakah dia baik-baik saja, Sir?'

"Jika kau ingin tahu, datang ke sini besok jam 08:00 tepat. Aku akan mengirimkan alamatnya padamu. Jangan mencoba untuk menelponnya karena aku akan menyita ponselnya sampai kau datang besok. Jadi, pastikan kau akan di sini tepat waktu. " Ayah Kit menutup telepon dan mengirim pesan berisi alamat untuk Ming.

"Pa ... Kenapa mengundang Ming kemari?" Kit benar-benar khawatir.

"Kau akan tahu besok." Ayah Kit menjawab sambil berdiri. "Tidur dan istirahatlah dengan baik, Kit. Kita akan bicara lagi besok saat Ming ada di sini." Katanya lalu meninggalkan Kit sendirian bersama ibunya.

"Ma .."

"Dengarkan ayahmu, pergilah tidur dan istirahatlah." Ibu Kit mengusap air mata yang tersisa pada wajah anaknya, sebelum dia mengikuti suaminya masuk ke kamar tidur mereka.



*jeng jeng jeeengggggg :v

SOULMATE 2 (MINGKIT FANFIC) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang