Kit mendesah saat mengangkat lengan kirinya ke atas kepala saat berbaring di tempat tidur sambil menatap kosong ke langit-langit. Ruangan gelap itu sedikit terang dengan sinar matahari yang menembus melalui celah-celah antara tirai beludru tebal yang menutupi jendela besar. Dia melihat jam dinding di kamarnya dan dia mulai merasa gugup saat menyadari jika itu sudah kurang 10 menit menuju jam 8. Dan itu berarti, Ming akan berada di sana dalam beberapa menit untuk bertemu orang tuanya untuk pertama kalinya.
Kit sudah bangun sejak pukul enam pagi. Dia sulit tidur karena terlalu khawatir dengan Ming. Bahkan saat sedang mandi, pikirannya dipenuhi dengan Ming. Dia terus bertanya-tanya bagaimana Ming akan menerima berita itu? Bagaimana Ming akan bereaksi setelah ia tahu jika ayah Kit tidak menyetujui hubungan mereka? Bagaimana buruknya Ming akan patah hati setelah mengetahui Kit yang bahkan tidak mencoba untuk melindungi cinta mereka tetapi memilih untuk mematuhi ayahnya?
Ming ... nama yang selalu dia gumamkan bahkan dalam tidurnya. Apa yang akan terjadi sekarang? Bagaimana hidupnya nanti tanpa kasih sayang Ming? Dapatkah dia bertahan hidup tanpa disentuh oleh Ming? Bisakah dia menghentikan keinginan untuk bercinta dengan Ming?
Setetes air mata mulai jatuh di pipi Kit. Kit cepat menyekanya dan mempersiapkan diri untuk menyambut Ming-nya yang mungkin bukan kekasihnya lagi di masa depan. Dia meninggalkan tempat tidur dan melihat bayangannya di cermin. Dia tampak mengerikan. Matanya bengkak. Wajahnya juga bengkak setelah menangis semalaman. Dia tidak tahu apa yang akan dikatakan Ming saat melihat wajahnya yang mengerikan.
Lima menit sebelum jam delapan. Kit sedikit merapikan dirinya dan setelah itu ia mengambil nafas dalam yang panjang. Dia meninggalkan kamarnya dengan gemetar dan berjalan turun dari kamarnya yang berada di lantai kedua menuju ruang tamu di mana ayahnya sudah ada di sana .... dengan Ming.
Kit membatu. Ming datang lebih awal. Dia ada di sana dengan sekeranjang buah, menyapa ayahnya secara formal dengan hormat.
"Jadi, kau Ming."
"Ya, Sir. Saya Ming, kekasih Kit." Ming membalas dengan berani dan memberikan keranjang buah itu pada ayahnya.
Ayah Kit mengambilnya dan meletakkannya di atas meja kopi sambil menyuruh Ming untuk duduk. Tapi Ming tetap berdiri dengan mata terpaku pada Kit yang sedang berdiri di dekat tangga. Ming tidak bisa melepas matanya dari kekasihya yang sudah menumpahkan air mata saat tatapan mereka bertabrakan.
Kit cepat-cepat menunduk sambil menyeka air matanya yang mengalir tanpa henti.Ming hancur saat ia menatap wajah kecewa Kit. Dia sangat ingin lari menghampiri dokter lesung pipi itu dan memeluknya. Tapi dia tidak bisa. Dia tak ingin membuat lebih banyak masalah untuk Kit.
Ming memperhatikan Kit, menangis dalam diam. Dia tidak tahan lagi. Dia menatap ayah Kit dan memutuskan untuk meminta ijin agar membiarkannya memeluk anaknya.
"Sir, saya tahu anda mungkin berpikir jika saya tidak sopan dan kurang ajar untuk meminta ini. Tapi bisakah anda mengijinkan saya memeluk anak anda sebentar?" Ming bertanya dengan berani sambil menatap Kit dengan khawatir yang terbaca di seluruh wajahnya.
Kit terpana oleh keberanian Ming. Sebanyak ia ingin dipeluk oleh Ming, ia takut bahwa ayahnya mungkin akan marah karena permintaan Ming.
"Kenapa kau ingin memeluknya?" Tanya ayah Kit tegas.
"Karena saya tidak tahan melihat dia menangis, Sir. Saya harus membuatnya berhenti menangis. Sungguh menyakitkan melihat dia seperti itu." Ming berkata dengan tatapannya masih terpaku pada Kit.
"Bagaimana jika aku tidak mengijinkanmu?"
Ming mendesah dan perlahan ia merosot, berlutut di depan ayah Kit dan memohon lagi. "Saya mohon, Sir, biarkan saya memeluk anak anda dan menghiburnya. Saya akan melakukan apa pun yang anda katakan, Sir, jika anda memberi saya kesempatan untuk memeluk Kit."
"Apa pun? Bahkan jika aku menyuruhmu meninggalkan Kit setelah ini?"
Ming tercengang. Dia menatap Kit dan kemudian menatap lantai marmer dengan telapak tangannya mengepal. Dia tidak bisa meninggalkan Kit, ia tak bisa melakukannya. Dia benar-benar dalam dilema.
"Kau tidak harus menghibur anakku. Aku akan melakukannya untukmu." Ibu Kit datang ke ruang tamu lalu dengan cepat memeluk putra satu-satunya dan membiarkan dia menangis di bahunya.
"Kau sudah dengar kata-kata istriku. Jadi, berdiri dan duduklah. Kita punya banyak hal untuk dibahas mengenai masalah ini. Aku harap kau siap sepenuhnya dengan hasil apa pun yang mungkin akan kau terima."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE 2 (MINGKIT FANFIC)
FanfictionHanya perlu beberapa menit agar lift berhenti pada tombol yang telah dipilih Kit. Begitu pintu terbuka, Kit bergegas keluar dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan yang dilewatinya. "Maaf." Dia dengan cepat meminta maaf. "Tidak apa...