"Kit, dimana kau?" Hal pertama yang ditanyakan Phana ketika Kit mengangkat teleponnya.
"Aku sedang dalam perjalanan, Pha. Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku." Kit menjawab sambil berjalan menuju lift. "Bisakah kau membelikan makan siang untukku lebih dulu?"
'Tentu. Kau ingin makan apa?"
"Pilihkan untukku." Jawab Kit karena dia tak bisa mengambil keputusan mendadak.
"Baiklah. Tapi kau harus makan apapun yang ku belikan untukmu."
"Terima kasih, Pha." Kit tersenyum sambil menutup telepon dan masuk lift.
Hanya perlu beberapa menit agar lift berhenti pada tombol yang telah dipilih Kit. Begitu pintu terbuka, Kit bergegas keluar dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan di depannya.
"Maaf." Dia dengan cepat meminta maaf.
"Tidak apa-apa." Pria itu berkata singkat dan segera pergi tanpa melihat Kit.
Kit menatap punggung pria itu. Orang itu tampak begitu familiar dan dia merasa pernah bertemu sebelumnya. Tapi dia tidak ingat waktu dan tempat pertemuan mereka. Dia melihat pria itu sampai menghilang dari pandangannya lalu bergegas ke kantin di mana dia bisa bertemu teman-temannya untuk membahas tentang Beam yang akhirnya bertemu dengan pria yang muncul dalam mimpinya.
"Nasi goreng, Pha? Kau tahu aku tidak bisa menghabiskannya. Ini terlalu banyak bagiku." Kit merengek dan melihat sandwich yang sedang Phana makan. "Kenapa kau tidak membeli nasi goreng untukmu juga?" Dia mendengus.
"Karena aku tahu kau tidak akan menghabiskan nasi gorengmu. Aku yang akan menghabiskannya." Phana menjawab dengan tenang.
Kit tersenyum senang. Setidaknya ia tahu sekarang, nasi goreng itu tak akan terbuang sia-sia.
"Tapi tetap saja, aku ingin melihatmu makan sebanyak yang kau bisa."
"Aye ..aye .. Dr. Pha." Kit tertawa dan mulai memakan makanannya. Dia hanya makan beberapa sendok nasi gorengnya, saat tiba-tiba Beam duduk di samping mereka dan mengambil sendok itu dari tangannya dan mulai memakan nasi gorengnya.
Beam tampak sangat lapar, jadi Kit membiarkan Beam memakan nasi gorengnya. Dia bahkan memberi izin kepada Beam untuk menghabiskannya. Phana menyadari apa yang Kit lakukan. Kit menggunakan alasan itu untuk tidak makan. Phana cepat memberikan setengah sandwich dan memberi isyarat Kit untuk makan. Kit ragu-ragu pada awalnya, tetapi ia tahu Phana bermaksud baik. Jadi, dia mengambilnya dan mulai makan sandwich dengan pelan.
Phana mulai menginterogasi Beam tentang pria yang ia temui dan ternyata orang itu adalah Forth, seorang pasien yang Kit tangani saat pertama kali dia dibawa ke rumah sakit itu. Tiba-tiba mengingatkan Kit. Orang yang dia tabrak tadi, adalah orang yang telah membawa Forth ke rumah sakit.
Beam mengatakan pada mereka bahwa Forth memiliki mimpi yang sama sepertinya. Itu benar-benar tidak masuk akal. Mereka mencoba mencari tahu penjelasan logis mengapa mimpi itu muncul. Bahkan melalui penjelasan ilmiah. Tapi satu hal terpikirkan oleh Kit yang mungkin menjadi penyebab munculnya mimpi itu.
"Mungkinkah itu karena kalian berdua adalah belahan jiwa?" Kit menyuarakan pendapatnya.
Tapi Beam dan Phana sulit untuk menerima pendapat Kit, karena terdengar begitu spiritual.
"Bagaimana jika aku benar? Bagaimana jika ini adalah takdir yang telah ditulis oleh Tuhan untuk kalian berdua? Mimpi yang kalian berdua alami, adalah satu-satunya cara untuk menjelaskan bahwa kalian berdua saling memiliki arti untuk satu sama lain di dunia nyata." Kit menambahkan untuk menunjukkan maksudnya.
"Hmmm, jika kau bertanya padaku, aku rasa temanmu mungkin benar. Itu jawaban terbaik yang aku dengar sejauh ini yang dapat menjelaskan mimpi-mimpi aneh itu." Seorang pria jangkung tiba-tiba muncul di depan mereka dan menyela pembicaraan mereka.
Kit tidak bisa berkata apa-apa. Pria itu. Orang yang baru saja ia tabrak tadi di dekat lift dan orang yang sama yang membawa Forth ke rumah sakit itu.
*Eaaaaa..si Kitty udah ketemu MingMing
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE 2 (MINGKIT FANFIC)
FanficHanya perlu beberapa menit agar lift berhenti pada tombol yang telah dipilih Kit. Begitu pintu terbuka, Kit bergegas keluar dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan yang dilewatinya. "Maaf." Dia dengan cepat meminta maaf. "Tidak apa...