Ming mengetuk pintu kamar Kit beberapa kali sebelum ia mencoba untuk membukanya. Dia beruntung karena pintunya tidak terkunci. Dia membukanya sepelan yang dia bisa agar tidak berderit. Dan setelah terbuka cukup lebar untuk tubuh Ming masuk, dia masuk ke kamar itu dalam diam, menutup pintu dan berjingkat-jingkat menuju tempat tidur.
Kit mungkin sudah tertidur setelah terlalu banyak menangis. Dia begitu lelap tidurnya, bahkan tak mendengar suara Ming masuk ke kamarnya.
Ming perlahan naik ke tempat tidur, berbaring dengan tenang di samping dokter itu dan menyelipkan tangannya di bawah tubuh Kit, membawa dokter lesung pipi itu tidur di dalam pelukannya. Dia menempatkan kepala Kit di dadanya dan memperhatikan Kit yang tidur dengan senyum di wajahnya. Dia menatap setiap jengkal dari wajah Kit sebelum ia menghilangkan jarak antara wajah mereka, mengangkat dagu Kit lalu mencium bibirnya.
"Bangun, my lovely kitten. Aku merindukanmu." Ming berbisik dan mencium Kit sekali lagi, menekan bibirnya lebih dalam.
Kit tersentak dan dia terbangun dari tidurnya dengan segera saat ciuman itu tertanam di bibirnya yang pecah-pecah. Ciuman itu bekerja seperti mantra untuk memecahkan kutukan, membuat Kit membalas ciuman itu tanpa sadar. Dan saat bibir itu ditarik dari bibir Kit, matanya terbuka langsung, melihat orang yang sekali lagi telah mendekat untuk ciuman yang lain.
"Ming ... apa aku bermimpi?" Kit bertanya begitu bibir mereka terpisah, bertanya-tanya apakah orang di depannya benar-benar Ming dan bukan hanya halusinasi.
"Tidak, Kit. Aku benar-benar di sini, untukmu."
Kit ragu-ragu meraih wajah Ming. Mengusap dengan lembut, membelai kulit halus itu, mencubit pipinya ringan hanya untuk memastikan bahwa orang itu benar-benar Ming. Nafasnya tiba-tiba menjadi tidak teratur. Jantungnya berdebar karena ia menyadari bahwa itu benar-benar Ming-nya. "Maafkan aku, Ming. Aku menyakitimu." Kit mulai menangis lagi. "Aku benar-benar minta maaf karena tidak berjuang untuk cinta kita."
"Tidak apa-apa, Kit." Ming menghibur kekasihnya, menghujaninya dengan ciuman lembut di seluruh wajahnya.
"Tidak, bukan seperti itu. Harusnya aku memperjuangkan cinta kita tapi aku terlalu pengecut. Dan aku juga takut kehilangan orang tuaku. Aku minta maaf, Ming. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus ku lakukan." Kit menangis dan membenamkan wajahnya di dada Ming.
Ming merasa sedih melihat Kit menangis lagi. Perlahan ia menepuk pelan pundak Kit untuk menenangkannya, bersenandung melodi tertentu untuk pria itu dan menyanyikan sebuah lagu, berharap Kit akan mendengarkan dan mengerti apa yang ingin dia sampaikan tentang perasaannya dari dasar hatinya.
"Benarkah itu? Hatimu masih milikku?"
Ming tersenyum, dia senang Kit mendengarkannya. "Ya, kitten. Hatiku masih milikmu."
"Tapi Ming, orang tuaku."
"Kit, apa kau pikir aku diizinkan untuk berada di sini jika orang tuamu tidak menyetujui hubungan kita?"
Kit berhenti sejenak dan matanya terbuka lebar saat dia menatap Ming. "Mereka telah menyetujui ?!"
"Ya, kitten. Jadi, jangan menangis lagi. Orang tuamu telah merestui hubungan kita."
"Bagaimana itu bisa terjadi? Apa yang kau lakukan terhadap orang tuaku? Apa kau mengancam mereka?!"
"Tidak, kitten. Kita berdua telah tertipu. Orang tuamu sedang menguji kita untuk melihat bagaimana kuatnya cinta kita. Dan mereka mengatakan padaku jika mereka sangat kecewa padamu."
"Kenapa? Karena aku jatuh cinta dengan seorang pria?" Kit khawatir.
"Tidak, tapi karena kau tidak memperjuangkan seseorang setampan aku." Kata Ming dengan sombong.
"Pembohong!!"
"Kau tidak percaya padaku? Tanya saja pada mereka." Ming menantang Kit sambil menyisir rambut Kit lalu mencium pucuk kepala dokter itu.
"Katakan yang sebenarnya, Ming. Kenapa mereka kecewa?"
"Itu karena kau lebih memilik mengorbankan kebahagiaanmu hanya untuk mereka. Mereka tidak menyetujui apa yang kau lakukan. Ayahmu bahkan memprovokasimu untuk membuatmu membelaku. Tapi cintamu untuk orang tuamu terlalu besar yang membuat mereka merasa bersalah padaku dan meminta maaf karena sudah menyakitiku."
"Mereka meminta maaf?"
Ming tertawa dan mengecup ujung hidung Kit ringan. "Aku sangat bahagia telah mendapat restu dari orang tuamu untuk berkencan denganmu. Tapi tetap, aku masih memiliki urusan yang harus ku selesaikan sebelum aku bisa mendapatkan persetujuan penuh orang tuamu."
"Apa itu ada hubungannya dengan Zo?"
Ming mengangguk. "Kurasa, sekarang aku harus menjadi mimpi buruk baginya untuk mencegahnya mengganggu hidup kita."
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Biarkan aku yang memikirkan tentang itu, bayi cengengku."
"Aku tidak cengeng."
"Kau cengeng, kitten. Dan kau sangat imut, menjadi menggemaskan saat kau cengeng."
"Berhenti menggodaku, Ming. Atau aku akan memberitahu Pa."
"Silakan. Aku tahu Pa tidak akan keberatan jika aku menggoda anaknya yang menawan."
"K..kau memanggilnya Pa?"
"Ya, kitten. Aku hanya mengikuti perintah mereka." Ming menjawab dengan senyum lebar.
"Aku tidak percaya ini." Kit cemberut dan mendesah panjang.
"Percayalah, Kit. Karena mulai saat ini, seperti yang telah aku janjikan kepada orang tuamu, aku akan mencintaimu dan menjadikanmu orang yang paling bahagia yang pernah ada. Aku tidak akan pernah membiarkanmu menangis lagi karenaku." Ming menangkup dagu Kit dan mendaratkan kecupan lembut di bibir Kit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE 2 (MINGKIT FANFIC)
FanfictionHanya perlu beberapa menit agar lift berhenti pada tombol yang telah dipilih Kit. Begitu pintu terbuka, Kit bergegas keluar dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan yang dilewatinya. "Maaf." Dia dengan cepat meminta maaf. "Tidak apa...