15

3.4K 318 29
                                    



Ming menghentikan mobilnya dan berlari ke tepi sungai. Dia berteriak mengeluarkan isi hatinya sebelum dia merosot di tanah dan menangis tanpa henti. Tubuhnya gemetar hebat saat ia ingat adegan Zo disetubuhi di depannya.

"Ming .." Wayo duduk di samping Ming dan memeluk sahabatnya untuk menenangkannya. "Tolong berhenti menangis .."

"Aku seorang pecundang, Wayo." Gumam Ming sambil memeluk lututnya. "Sekarang, Dr. Kit juga akan berpikir bahwa aku seorang pecundang." Gumamnya pelan sebelum ia membenamkan wajah di lututnya dan membiarkan air matanya jatuh tanpa henti.

"Kau bukan, Ming. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai seorang pecundang. Aku rasa Dr. Kit juga tidak akan menganggapmu seperti itu." Kata Wayo lalu dia mendongak karena ia merasa seseorang sedang menepuk bahunya.

Kit cepat menempelkan jari ke bibirnya, sehingga Wayo tidak mengatakan apapun ketika mereka bertukar tempat. Kit mengganti posisi Wayo dan duduk di sebelah Ming, sementara Wayo pergi ke Phana yang sedang menunggu dengan sabar dengan senyum lega.

"Aku benar-benar seorang pecundang."

"Tidak. Kau bukan, Mr. Ming. Zo lah yang seorang pecundang, karena melepaskan seseorang yang menawan sepertimu." Kit berbisik pelan ke telenga Ming sambil mengusap lembut rambut Ming.

Ming cepat mengangkat kepalanya dan ia tak percaya Kit duduk di sampingnya.

"Aku minta maaf, Ming .." Kit menghilangkan keformalan diantara mereka. "Aku minta maaf karena membuatmu menangis." Dia menambahkan sambil menyeka air mata Ming.

"Dr. Kit ... Kau di sini ..." Ming cepat memeluk Kit dan menangis di bahunya.

Dengan lembut Kit mengusap punggung Ming berulang kali untuk menenangkan pria itu dan meminta maaf sekali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan lembut Kit mengusap punggung Ming berulang kali untuk menenangkan pria itu dan meminta maaf sekali lagi. Dia tidak menyadari jika ia juga menangis.

Ming menarik diri dari pelukan dan ia melihat air mata di wajah Kit.

"Kenapa kau menangis, Dr. Kit?" Tanya Ming serak sambil menyeka air mata Kit.

"Karena aku merasa buruk telah membuatmu sedih. Aku tidak ingin ini. Aku lebih suka kau menggangguku dengan godaanmu daripada melihatmu menangis. Aku benar-benar minta maaf sudah memaksamu untuk memberitahuku tentang masa lalumu." Kata Kit dan mencium pipi Ming lembut. Tapi cepat-cepat mundur dengan senyum malu. Kit malu.

"Kau menciumku." Ming berbisik sambil menangkup wajah Kit dan menariknya lebih dekat padanya. "Boleh aku mencium bibirmu?" Tanya Ming dan menunggu Kit marah. Dia tahu tidak seharusnya dia mengambil kesempatan dari keadaan, tapi bibir Kit begitu menggoda.

"Kau boleh, Ming." Kit menjawab dengan suara parau dan menutup matanya ketika ia merasa bibir Ming menempel di bibirnya.

Kit terkejut. Dia tidak pernah mencium seorang pria sebelumnya dan dia berpikir bahwa ciuman antara pria itu akan kasar, tapi ternyata dia salah. Ming telah memberinya ciuman paling lembut dan manis yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, bahkan ketika ia mencium gadis-gadis yang dikencaninya dulu. Kit mengikuti gerakan Ming. Apa yang Ming berikan padanya, dia mengembalikannya. Dia membalas ciuman itu dan benar-benar membiarkan perasaan menguasai semuanya.

"Kit ..." Kata Ming setelah bibir mereka terpisah. "Kau tidak keberatan jika aku memanggilmu dengan nama itu?"

"Tidak ..." Kit menjawab. "Bagaimana denganmu? Kau tidak keberatan jika aku hanya memanggilmu Ming?"

"Tidak sama sekali, aku menyukainya." Ming terkekeh sambil menyelimuti tubuh kecil itu dengan lengannya. "Kit, ini berarti ..."

"Ki..kita jalani pelan-pelan. Kita belajar mengenal satu sama lain dulu. Aku tidak ingin terburu-buru. Kau masih perlu meyakinkan aku jika apa yang kau rasakan padaku bukan hanya percobaan. Buktikan padaku, Ming. Jadi aku tidak akan pernah ragu untuk menerimamu."

Ming tersenyum dan mundur. "Kalau begitu, ayo kita pergi kencan setelah acara besok."

"Aku suka itu. Tapi kau harus berjanji untuk berhenti menggodaku besok atau aku akan marah dan membatalkan kencan kita." Kata Kit tegas.

"Aku janji, Kit." Ming mengangguk. "Terima kasih, Kit. Sudah membuka hatimu untukku."

Kit tersenyum malu. "Ayo kita pulang, Ming. Sudah larut. Kita harus tidur yang cukup untuk acara besok."

"Ya, meskipun aku merasa tidak ingin pulang, tapi aku akan pulang. Demi kau."

"Err .. Tunggu! Sebelum aku lupa. Beri aku ponselmu." Pinta Kit lalu mengambil ponsel yang diberikan Ming kepadanya. Dia memasukkan nomornya dan dengan cepat menyerahkan kembali kepada pemiliknya. "Lain kali, aku ingin mendengarmu bernyanyi langsung untukku." Dia berbisik pada pria itu.

Ming tertawa sambil menyelipkan kembali ponselnya ke saku celana dan membantu Kit berdiri. Dia menggenggam tangan Kit dan mengaitkan jari-jari mereka, lalu kembali ke teman-teman mereka yang telah menunggu mereka dengan sabar.

SOULMATE 2 (MINGKIT FANFIC) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang