Love, Love, Love,

42.6K 5.2K 907
                                    




Hujan.



Deras sekali.




Mengguyur kota Seoul di pertengahan musim gugur. Aroma tanah yang basah memasuki penghidu. Menciptakan suasana tenang yang nyaman; mengabaikan tubuh basahnya yang menggigil kedinginan. Terguyur dari ujung kepala hingga kaki di pertengahan jalan menuju halte tempatnya bernaung.



Sedikit banyak merutuki kecerobohannya sendiri, karena dengan bodoh meninggalkab mantel juga payung yang dipinjamkan Jimin di atas meja.

Ah, sial. Bodoh sekali rasanya.


Dan disini ia sekarang. Duduk menyepi menunggu hujan reda supaya bisa berjalan pulang. Membeli makan malam murah di pinggir jalan dengan uangnya yang tergolong pas-pasan lusuh di saku celana.



Sepi, dingin dan sendiri.

Ingin rasanya mengasihani diri sendiri, karena terlihat luar biasa menyedihkan di usianya yang nyaris menginjak kepala empat.



Termenung tanpa kekasih. Menatap sendu pada pantulan diri. Genangan air yang beriak, suara percikan rinai, serta hembusan angin yang menyapu malu-malu. Jungkook suka; sekalipun pelukannya menjadi semakin erat, ujung jemari yang menjadi gemetar, serta pipi yang kehilangan rona merah mudanya.


Pun, tautan bibir yang kini berubah pucat. Dingin dan mengering. Nafasnya sesak, pandangannya buram.






Sampai satu suara dalam dan serak yang kelewat familiar, mampu membuatnya kembali tersadar;







"Selamat sore. Sendirian, cantik?"





Oh, ya Tuhan!















.
.
.
.
.
.
.
.
.



Ini karena keadaan.


Iya, keadaan.



Bukan berarti Jungkook melunak. Hanya saja, akan luar biasa bodoh sekali kalau harus menolak demi gengsi, dan ngotot untuk berlari menembus hujan demi menjaga harga diri.



Maka, disini lah Jungkook tengah berada.


Di apartemen si bocah priyayi biadab yang sumpah mati ingin ia kuliti. Namun begitu murah hati untuk memberinya tempat berteduh, satu lapis pakaian yang hangat, serta satu mug berisi teh panas bercampur madu.

Duduk nyaman di atas sofa merah yang semuanya berbau hangat seperti ginger ale. Dengan lantunan lagu indie folk yang terputar sayup mengisi hening, serta derai hujan yang tak kunjung reda.

Memberi suasana hangat yang terlampau nyaman. Ia nyaris sekali terlelap. Menyamankan diri dalam pelukan hangat hoodie abu pemberian Taehyung sebagai pelindung tubuhnya yang nyaris telanjang. Kalau bukan aroma musk kuat milik Kim Taehyung yang membuatnya membuka mata nyalang, memasang mode defensif seraya terduduk tegap.





"Biasa saja, mau kuapakan memangnya?"


Jungkook mengerutkan kening. Genggamannya pada mug biru milik Taehyung mengerat. Rona merah pipinya kembali bersemu alami. Tanpa menyadari gelagat yang lebih muda yang mengepalkan tangannya erat; berusaha setengah mati menahan rasa gemas.



"Apa saja, Kim. Siapa yang tau?" Jungkook mendecih, "Kau mengambil keuntungan saat aku mabuk. Apa bedanya dengan sekarang?"

Disitu, Taehyung memutar matanya malas. Menyamankan posisi duduknya di atas sofa, sembari menyesap susu cokelat panasnya pelan,



Latch ㅡvkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang