Tiga hari menjelang hari pernikahan.
Penghujung musim dingin; menjelang musim semi.
Dingin, juga hangat.
Cuaca terlampau acak. Tidak bisa ditebak.
Membuat Jungkook meringis, ketika mendapati Kim Taehyung pagi ini. Datang dengan senyuman cerah seperti matahari pagi awal tahun. Menghentakkan Barker bootsnya begitu tegas, menariknya ke dalam pelukan hangat begitu lugas.
Membiarkan ia menghirup aroma musknya kembali yang begitu kuat. Kedua lengan melingkar erat, dengan jemari Jungkook tidak berhenti meremat.
Ciuman hangat sambutan selamat datang. Membelit kedua lidah. Begitu dalam hingga tahap melumat. Enggan untuk melepas satu sama lain; terlalu terikat akan rasa. Menjadi egois untuk sejenak, menghapus rasa haus akan keberadaan satu sama lainnya.
Dan senyuman Jungkook tersenyum begitu tipis, ketika Kim Taehyung melepas pagutannya. Membiarkan satu jejas liur yang menjadi penghubung keduanya, tercecer di sudut bibir Jungkook. Ia menghapusnya halus dengan telunjuk, sebelum menggunakan kedua telapak untuk mencakup wajah yang lebih tua. Mengusakkan kedua ujung hidung mereka secara hati-hati; bahagia terpancar jelas dari ronanya.
"Selamat pagi, calon istri."
Satu kali lagi, ia membiarkan diri untuk menyambut ranum merah yang merekah menggoda gairah. Meraup dalam diam, mengecup sangat mendamba. Hingga Jungkook sedikit menepuk pada bagian pundak, dengan kedua pipi bersemu padam,
"Ini masih di luar, tuan muda."
"Lalu?"
"Ayo masuk. Aku tidak mau kita jadi pusat perhatian!"
"Tidak apa kan, ssaem? Jadi seluruh dunia kalau kau adalah milikku!"
"Bocah, memang!"
Dan suara tawa keduanya menggema sepanjang koridor. Sebelum Kim Taehyung mengalah. Membiarkan Jungkook menarik kerah flanel yang dikenakannya, dan dengan ujung Bootsnya yang menyapa lantai begitu tegas, menendang halus pintu apartemen 717 hingga menutup.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Suasana temaram; Kim Taehyung bersikukuh membiarkan seluruh gorden tertutup, menyisakkan satu lampu ruang tengah yang menyala redup sebagai satu-satunya sumber penerangan.
Bergelung malas berdua di atas sofa lusuh berwarna merah bergaya oldschool. Saling bersandar pada bahu satu sama lain, berbalut selimut hangat.
The Notebook terputar hanya menjadi latar. Keduanya lebih memilih 1975 sebagai teman siang hari.
"Ini tipikal kencan ideal yang kau usulkan kemarin malam?" Jungkook mendengus remeh di sela posisinya yang menempel pada dada bidang Taehyung. Mengendus aromanya, menyamankan posisi dengan ujung hidung yang mengusak manja di bawah rahang, "Cheesy."
"Akui saja, ssaem. Kau menikmatinya juga, 'kan?"
"Hm," gumamnya pelan. Kedua kelopak menutup, "Cocok untuk orang tua sepertiku. Bermalas-malasan, tanpa perlu membuang tenaga berlebih."
"Bercinta enak juga."
"Ya tidak, lah."
"Memangnya kenapa?"
