Ace of Spade

27.6K 3.7K 353
                                    





"Satu botol Champagne. Keluaran Armand de Brignac. Produksi dari keluarga Cattier." Taehyung berujar tenang, "Creamy. Kompleks, tapi begitu kaya rasa."

"Oh?"

"Dia seimbang, ssaem. Sebuah kelas yang begitu sempurna untuk satu botol anggur." Ia mengangkat gelasnya sedikit tinggi. Menggoyangkan cairan berwarna merah nyaris pekat itu di hadapan Jungkook main-main, "Bayangkan. Kau bahkan bisa merasakan Chardonnay, Pinot Noir, dan Pinot Meunier sekaligus dalam satu teguk. Tiga jenis wine yang berbeda dalam satu champagne!"


Celetukan bernada kelewat riang, sebelum Kim Taehyung meneguk sisa minumannya hingga tandas. Meninggalkan Jungkook yang mengerjap, serta alunan berbisik dari Of Monster and Men yang sengaja diputar dalam volume sayup.





Sebuah makan malam kecil; sederhana sesuai permintaan Jungkook. Hanya ada mereka berdua, di dalam apartemen milik Kim Taehyung.


Sederhana, seharusnya.



"Well," Jungkook menaruh memilin pastanya asal menggunakan garpu. Nafsu makannya hilang, "Aku tidak mengerti."

"Begitu juga aku, ssaem." Ujarnya lagi seraya menggoyangkan gelasnya sendiri dengan sunggingan senyum tipis, "Kau rumit."

"Apanya?"

"Semuanya."

"Aku tidak serumit itu, kok."

"Mudah kau bicara begitu, karena bukan kau yang di posisi mengejar." Kekehnya, "Tapi, aku serius. Dari semua hal yang membuatmu menarik, aku sangat menyukai kepribadianmu, ssaem. Prinsipmu. Begitu tajam, dan kukuh sekali."


Ketika Kim Taehyung mengamit jemarinya yang terkulai lemas di atas meja, Jungkook hanya terdiam. Menikmati bagaimana ibu jari pemuda itu mengelus punggung tangannya. Halus sekali.

Serta kedua netra yang memandangnya begitu lekat, hingga pipinya bersemu panas. Cahaya temaram sama sekali tidak membantu menyamarkan. Justru semakin memperjelas, ketika ia reflek menundukkan kepala.


Tatapan Kim Taehyung, selalu berhasil membuat jantungnya berdebar anomali; memburu denyut nadi.



"Ssaem, ingat kali pertama kita bertemu?"

"Uh.....musim semi, tahun pertamamu di ruang kuliah sebelas?"

Taehyung menggeleng, "Bukan, ssaem. Yang lebih pribadi."


Jungkook menimang sejenak, sebelum mengendikkan bahu.



"Hujan di  musim semi. Aneh memang. Saat itu aku alergi serbuk bunga. Parah sekali. Rencana membolos kelas terakhir ilmu filsafat. Dan kau saat itu," ia mendecih sekilas, "Baru akan pulang dengan Jimin."

"Masih cemburu?"

"Masih."

"Berhenti lah, Tae."

"Aku tipe pencemburu, memang." Ujarnya cuek seraya mengendikkan bahu, "Tidak tertolong. Sudah kronis. Nah, cukup intermezzonya, kita kembali lagi ke cerita." Ia mendeham pelan,


Dimana Jungkook menegakkan tubuh. Semakin terlihat tertarik. Berusaha menelisik kembali kilas balik memori yang seolah mengabur dalam ingatan.

Ia.....tidak setua itu, 'kan?



"Jadi waktu itu, aku berencana membolos, maafkan aku. Memang nakal, tapi saat itu aku juga tidak enak badan kok, hehe." Ujarnya dengan cengiran yang tampak begitu manis; berpendar dengan tarian bayang lilin yang menjadi pemisah keduanya, "Bodohnya, ban motorku kempes."

Latch ㅡvkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang