Hujan di bulan November, kini berganti menjadi kepingan salju di pertengahan Desember.
Menutupi jalanan kota Seoul dengan beludru putih yang manis. Menghembuskan angin dingin yang terlampau menusuk tulang. Membuat Jungkook semakin merapatkan pelukan di sekeliling tubuh, seraya bersandar pada jendela. Menatap kosong ke arah jalanan, mengabaikan eksistensi pemuda lain yang kini beralih memeluknya begitu erat.
"Dingin."
Gumaman dibalas dehuman. Kim Taehyung memeluknya semakin erat. Berupaya menyalurkan panas tubuh. Menenggelamkan wajah pada tengkuk.
Menghujani dengan ciuman lembut kupu-kupu. Membuat empunya bergidik akibat hembusan nafasnya yang dirasa menggelitik.
"Sudah lebih hangat, ssaem?"
Jungkook menggeleng, "Masih....dingin...."
Dan ia bisa merasakannya.
Dimana telapak tangan Kim Taehyung dengan lihai menyusup ke balik kaus. Mengelus permukaan perutnya hati-hati. Dengan gerakan memutar yang terlampau nyaman, serta bagian selatannya yang panas menggeseknya perlahan di belakang.
Kecupan beralih menjadi lumatan. Perlahan tapi pasti. Dimulai dari menyusuri leher, hingga tertahan pada perpotongan bahu. Menjilat pelan-pelan, menyesapnya begitu kuat. Mengecupnya di akhir, lembut sekali, ketika ruam merah-keunguan perlahan terbentuk pada kulit.
"Ungh, Taeー"
Taehyung membalik badannya. Menghimpitnya pada kaca jendela. Dengan wajah pemuda itu yang masih setia tersembunyi pada ceruk lehernya. Terus mencumbu, dengan tekun menandai. Hingga kanvas itu tidak lagi putih.
Serta kaca jendela yang kini berubah kabur akibat embun, serta uap panas akan gairah cinta yang membumbung dari tubuh.
Jungkook bisa merasakannya. Panas yang luar biasa ketika Kim Taehyung mempertemukan kedua bagian selatan mereka. Menggesekkannya perlahan, membuat Jungkook menenggelamkan raungan di balik telapaknya.
Terlalu banyak anomali.
"Ssaem, aku menyayangimu."
Tapi sekalipun begitu, Jungkook jelas tidak bisa menolak ketika Kim Taehyung menariknya ke dalam pelukan. Menenggelamkan dirinya begitu dalam. Menyesap aroma musk yang begitu kuat seolah merengkuhnya hingga nyaris terlelap.
"Aku mencintaimu. Kau percaya padaku, 'kan, ssaem?"
Dan ia mendapati dirinya kembali mengangguk. Menikmati debaran jantung milik Kim Taehyung yang seolah menggebrak rasanya.
Begitu kuat. Dengan deru nafas yang tidak teratur. Semakin lama, pelukan itu semakin mengerat. Dan ia bisa merasakan bagaimana pemuda itu gemetar dalam usahanya menopang tubuh Jungkook.
"Maafkan aku, ssaem."
Dan saat itu lah, untuk pertama kalinya, Jungkook merasakan rasa asin dan hangat, dari air mata Kim Taehyung yang menangis ketika menciumnya begitu dalam.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Hyung, maafkan aku."
Taehyung bergumam lirih. Memainkan pinggiran cangkirnya tak tertarik. Teh panas dibiarkan mendingin. Tak ada niat sama sekali untuk mengangkat wajah; masih betah menunduk begitu dalam.
Tidak kuasa untuk menatap sang kakak yang menatapnya begitu dalam di seberangnya. Bagaimana pria itu hanya menggumam pelan sembari menyesap kopinya perlahan. Tanpa sedikit pun menanggapi kekalutan yang jelas sekali membebani pundak tegap sang adik.
"Haneul bagaimana?"
"Dia baik." Taehyung menghela nafas, "Tapi tidak denganku."
"Dia menyukaimu."
"Aku tau."
"Tapi kau tidak menyukainya?"
Ia menggeleng.
"Dia pesakitan."
"Ia akan sembuh, hyung."
"Bagaimana kalau tidak?" Pria itu berdeham. Melipat sebelah kaki untuk bertumpu dengan yang lainnya. Pandangannya mengintimidasi, "Maka kau akan kehilangan sahabat kecilmu itu."
"Tuhan yang menentukan usia. Aku akan bersamanya selagi bisa, hyung." Jeda, "Tapi tidak untuk hatiku."
"Tidak mau mencoba?"
"Tidak akan bisa."
"Sudah ada orang yang kau suka?"
"Ya," Taehyung mengangguk. Pasti. "Aku sangat menyayanginya, hyung. Hingga rasanya mau mati."
Maka, pria itu hanya dapat menghela nafasnya sekali lagi. Terlebih, ketika ia mendapati bagaimana Kim Taehyung mengangkat kepala untuk bersitatap dengannya.
Gurat pria itu terlihat begitu pasti. Bukan lagi ekspresi inosen khas bocah yang terpancar. Melainkan tatapan yang berprinsip tegas.
Disitu, Kim Namjoon tahu, adiknya sudah berubah menjadi sosok pria yang matang.
"Oh ya, hyung. Aku lupa memberitahumu sesuatu hal yang krusial." Jeda, Kim Taehyung tersenyum miring, "Sebentar lagi, aku akan menjadi ayah."
.
.
.***
Yey!
Gue gatau ini termasuk drama atau bukan, konflik atau bukan NYAHAHA-//
Hari ini segini dulu ya, mau belajar heuheu
(((Mau ujian)))
(((Oh penderitaan)))
