Hujan kembali mengguyur Seoul siang itu.
Entah kenapa, musim gugur kali ini rasanya basah sekali. Lembab. Membuat paru-paru Jungkook terasa berat tiap kali ia menghirup nafas.
Dan sedikit banyak, ia ingin rasanya menggerutu. Berusaha mati-matian menahan hasrat untuk tidak melontarkan serapah yang menggelitik di ujung lidah. Karena sialnya, hujan membuatnya terjebak. Sekali lagi. Terkurung di dalam apartemen mewah milik Kim Taehyung.
"Cih."
"Kau sudah begitu selama tiga puluh menit, ssaem."
"Tetap saja," Jungkook melirik. Pandangannya menusuk, merajam jantung Kim Taehyung yang terduduk rapi pada sofa satunya. Berkutat dengan console video game yang berada di tangannya, "....Cih."
"Oh, ayolah." Pemuda itu menghela nafas lelah. Menaruh console game itu asal di atas meja kaca di tengah ruang. Gebrakannya nyaring, Jungkook nyaris tersentak, "Hujan ini kan bukan salahku, ssaem!"
"Memang bukan salahmu." Jeda, "Tapi karenamu lah aku jadi terjebak disini! Di apartemenmu!"
"Lalu? Masalahnya apa?"
"Aku tidak suka!"
"Ya Tuhan! Kenapa sih?" Taehyung menggeram, "Ssaem, bilang yang jelas. Kau mau apa, pasti kukabulkan, selama aku bisa!"
Jungkook mengatur nafas, buku jarinya terkepal erat, "Baiklah." Kemudian ia melirik, sekali lagi, menusuk pandangan Taehyung dengan miliknya, "Aku ingin pulang."
"Dan aku bukan Tuhan, ssaem. Aku tidak bisa membuat hujan ini reda begitu kau memintanya."
"Kau sendiri yang bilang akan mengabulkan apapun permintaanku."
"Keduanya berbeda, ssaem." Taehyung berujar final. Kedua lengan ia lipat di depan dada, berdiri tegak di hadapan Jungkook yang terduduk formal di atas sofa, "Aku menolak mengantarmu pulang saat hujan begini."
"Aku tidak akan sakit hanya karena hujan."
"Iya, tau."
"Nah, terus?"
"Aku tetap tidak akan mengantarmu, ssaem. Selain karena aku tidak suka ide soal kau pulang kebasahan," Taehyung kini duduk. Di sebelah Jungkook, merapatkan kedua tubuh mereka hingga kedua bahu bersinggungan secara manis,
"Aku jadi bisa memonopolimu disini. Sebentar saja. Boleh, kan?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Keduanya berakhir duduk begitu rapat. Dengan sebelah lengan merangkul Jungkook erat. Sebuah mug berisikan teh madu panas berada dalam genggaman. Kompensasi atas dinginnya suhu ruang.
Jungkook menghela nafas. Merapatkan tubuhnya sedikit lagi.
"Taehyung."
Sebuah gumaman. Pemuda itu membenarkan posisi duduknya sedikit lebih tegak. Merangkul tubuh Jungkook semakin mendekat. Mengusap punggung kaku itu perlahan, "Apa?"
"D-dingin."
"Apa?"
"D-dingin, Taehyung." Dan mendadak, Jungkook bisa merasakan jemarinya bergetar hebat. Seluruhnya terasa dingin. Dari ujung jemari tangan dan kaki, menjalar begitu perlahan, hingga bibirnya bergemeletak menyakitkan, "D-Dingin se-sekali, ungh."
Dan Kim Taehyung merasakan jantungnya seolah berhenti detik itu juga.
Menata pandangan, berusaha menenangkan nurani yang seketika bergejolak panik, ketika melihat bibir Jungkook yang membiru. Kelopak matanya mengatup begitu sayu, dan hembusan nafasnya putus-putus. Kulitnya berubah pucat, pun keringat dingin pada dahi, kini merembes ke seluruh tubuh ketika tubuh pria itu merosot begitu pasrah akan gravitasi.
"S-ssaem, hei!" Taehyung menepuk pipinya halus. Berusaha memertahankan kesadaran Jungkook yang semakin menipis. Rautnya panik, "J-Jungkook!"
Pria itu mengernyit. Pandangannya buram, seluruh dunia terasa berputar. Tubuhnya terasa lemas, tidak bisa menjangkau tubuh pemuda di hadapannya sekalipun ia ingin.
Ingin.
Ia butuh.
Kim Taehyung.
Ia mohon.
Mug berisi teh panas jatuh. Merembes membasahi karpet pelapis lantai. Taehyung tidak peduli; terlebih ketika getar dari tubuh pria itu menghilang, serta pandangannya yang mengatup.
Semesta Jungkook gelap. Namun samar, ia bisa merasakan aroma musk yang begitu nyaman, lekat sekali mendekap tubuhnya erat.
.
.
.***
Selamat pagi!
![](https://img.wattpad.com/cover/127968340-288-k53535.jpg)