Honey

34.5K 4.5K 890
                                    




Kali pertama Jungkook membiarkan Kim Taehyung untuk kembali menginvasi hidupnya, menjajah teritorinya, melompati batas garis hidupnya, adalah ketika hujan.




Serius. Kalau terus begini, Jungkook jadi semakin benci pada rinai hujan di pertengahan bulan Desember.

Bahkan, ia sudah menunggu kapan rinai air deras itu berganti menjadi kepingan kristal es yang membekukan jemari.





"Ini apartemenmu, ssaem?" Taehyung berceletuk polos. Jemari panjangnya menyasar, menyentuh deretan buku kamus bahasa tebal yang di tata rapi di atas meja, "Diluar dugaan, ternyata cukup sempit."

Dan satu decakan menjadi pengiring Jungkook yang reflek membanting teko itu lumayan keras. Suaranya menggema dari dapur menuju ruang tengah. Jemarinya dengan cekatan menyalakan kompor, membuka satu kantung tehーuntuk dua cangkirーseraya berkata dengan nada yang lumayan keras.



"Kalau masih mau menghina gaya hidupku, lebih baik keluar." Jeda, Jungkook menuang air panas itu hati-hati, "Tidak butuh komentar dari seorang bocah manja yang masih berlindung di bawah ketiak ibunya. Terima kasih."

Taehyung berdehum. Menaruh satu pajangan porselen berbentuk anak anjing itu hati-hati. Kemudian berbalik dan reflek tersenyum begitu lebar ketika melihat Jungkook dengan nampan,



"Aku seperti melihat gambaran pasangan hidup."

"Hooo."

"Serius, ssaem. Kau cantik kalau begitu, coba pakai apron." Ia menelisik, menunjuk nakal dengan telunjuk, seraya pandangannya memicing, "Lalu, hilangkan pakaian itu dari pandangan. Telanjang lebih baik."

"Oh ya Tuhan!"


Jungkook memijit pelipis. Setelah menaruh cangkir itu nyaris dengan gebrakan. Terlampau kaget dengan perkataan gamblang mencapai kurang ajar yang terselip dari bibir pemuda yang kini duduk lancang di atas sofa.



"Apa? Aku bicara jujur, ssaem. Kau harus tau itu," ia menegakkan tubuh. Dengan kedua lengan bertumpu pada lutut. Duduk dengan sedikit merunduk, menatap lurus pada Jungkook yang masih setia bersimpuh di lantai, dan tubuh yang bertopang pada pinggir meja kaca, "Tubuhmu indah ketika telanjang. Kencang sekali, sumpah. Tidak terlihat seperti orang berusia nyaris empat puluh. Sumpah."

"Berhenti."

"Okay." Taehyung mengangguk. Kemudian balik bersandar lagi. Kali ini, kedua kali tanpa sungkan diselonjorkan sepanjang sofa tanpa permisi. Membuar sudut mata Jungkook berkedut melihatnya.





Bocah kaya ini benar-benar.....





"Oh ya, kembali lagi ke masalah apartemenmu yang sempit, ssaem." Taehyung menoleh, menatap Jungkook yang balas melihatnya dengan pandangan bosan, "Pernah berpikir untuk pindah?"

"Tidak." Jungkook menyahut tegas.

"Kenapa?"

"Karena hanya ini yang mampu aku bayar." Jungkook menghela nafas, "Kalau tidak suka, silahkan angkat kaki begitu hujan reda."

"Tidak deh."

"Lalu apa? Memangnya kau tidak jijik padaku setelah melihat tempat tinggalku yang terlalu 'kecil' dan 'sempit' untuk ukuranmu?"

"Tidak tuh, justru aku malah suka, lho." Sahutnya dengan cengiran khas, yang luar biasa membuat Jungkook tersipu. Sekalipun tersembunyi di balik ekspresinya yang masih memancarkan gurat emosi sekeras batu, "Aku suka, karena apartemen ini penuh dengan aromamu, ssaem."

Latch ㅡvkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang