Rain?

31.7K 4.4K 485
                                    



Jungkook tidak mengingat bagimana asal mula, maupun pemicu yang menjadikan ia kembali terjebak di dalam apartemen Kim Taehyung sore itu.




Ah, iya.


Hujan.



Awal bulan Desember. Dan salju belum mulai menutupi kota Seoul. Hingga Jungkook menyalahkannya kembali ke arah situasi dan kondisi, serta rinai yang mengguyur; menutupi raungnya yang semakin menjadi.










"Ki-Kimーh," Jungkook tersentak. Masih dalam posisinya yang terlampau lekat. Bertumpu pada bahu milik pemuda Kim yang bersandar santai di kepala ranjang, "D-Dalam ungh, t-terlalu dalam."



Sekali lagi, membiarkan nalarnya yang mengambil kuasa diri. Terlonjak begitu bebas. Mempertontonkan tubuhnya yang telanjang, elok  berbasuh peluh.


Dan Kim Taehyung merekam semuanya. Menikmati pemandangan akan sosok pria dari Jeon Jungkook yang terlampau sempurna. Bergairah hanya untuknya. Meracaukan namanya. Memanaskan ranjang dengan lonjakannya yang begitu bertenaga. Menenggelamkan seluruh kelaki-lakiannya begitu dalam untuk mengklaim raganya.



















.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jeon Jungkook memerhatikannya dalam diam. Ketika Kim Taehyung dengan tenang menarik selimut, menutupi tubuhnya yang telanjang tengah terkapar lemas di atas ranjang. Bercak darah bercampur mani tercecer mengotori seprai.



Lagi, Jungkook meringis.


Dari halusnya serat kain yang menyapu kulit, ia tahu, ini jenis kain cashmere. Ia pernah merasakan teksturnya ketika suatu malam ia pernah tidak sengaja tertidur di apartemen Jimin akibat lembur mengoreksi paper. Dan sialnya, pria itu berkata bahwa cashmere itu jenis kain terbaik, yang memerlukan shampoo khusus untuk membersihkan, kala Jungkook ngotot ingin membersihkannya malam itu.



Beribu sial. Kini, ironisnya, ia mengotori kain itu dengan cairannya. Gairah seksual yang ia tumpahkan begitu leluasa ketika Kim Taehyung berhasil menghajar titik nikmatnya begitu tepat. Menghancurkan isi tubuhnya, menggesek seluruh dinding rektumnya yang berkedut minta perhatian. Dijamah begitu leluasa, terkoyak begitu terbuka.





"Apa yang kau pikirkan, ssaem?"


Dari posisinya, yang kali ini mengungkung Jungkook dengan bertumpu pada siku; ditambah lengan kanan yang mengelus surai kelamnya hati-hati, ditambah tatapan begitu tulus yang terlampau teduh, Kim Taehyung bertanya. 

Kemudian perlahan, menurunkan wajah. Menyusuri lekukan indah Jungkook dengan ujung hidungnya yang tajam. Dimulai dari pelipis, menuruni pahatan tulang pipi. Menyusuri hati-hati pada rahang, hingga tenggelam pada ceruk lehernya yang berkilat basah.


Menghirup dalam-dalam aroma gairah Jungkook yang begitu memabukkan. Menghujaninya dengan kecupan sekali lagi. Mengabaikan pergerakkan gelisah empunya yang kini menggeliat begitu frustasi. Menghasilkan friksi yang begitu intim di antara tubuh keduanya yang masih telanjang. Bertautan begitu lekat di bawah sana.



Masih dengan raga Kim Taehyung yang tertanam begitu rapi. Begitu dekat. Dan masih terasa panas. Menampik rasa tidak nyaman akibat basah dan lengket yang melapisi antara kulit keduanya.



Bergelung begitu nyaman; hingga Jungkook melupakan seluruh kekhawatirannya.


Persetan dengan kain cashmere mahal yang jelas akan membuatnya bangkrut apabila ia bawa ke binatu. Pelukan Kim Taehyung seolah membuat egonya kembali meraung untuk dimanjakan.




Dan berakhir dengan Jungkook, masih dalam diam, mengalungkan kedua lengannya pada leher milik pemuda Kim yang masih menyibukkan diri pada lehernya. Kali ini sudah beralih menandai permukaan dada. Memenuhi kanvasnya dengan puluhan tanda cinta yang begitu pekat. Menandainya habis, seolah ingin meneriakkan pada raga Jungkook akan siapa pemiliknya yang sah.





"Aku suka ssaem." Taehyung berbisik, memberi kecupan terakhir pada dada Jungkook di sebelah kiri; tepat di atas debaran Jungkook yang begitu menjadi, sebelum bersitatap dengannya, mengunci, "Suka sekali. Ssaem tau? Merasa dicintai olehku?"

Dan satu kekehan malas, sebelum Jungkook menariknya mendekat. Mendesis sekilas ketika sisi kulit privasi Taehyung menggesek pinggiran liangnya yang lecet juga panas,



"Aku terkapar di ranjangmu, Kim. Kepayahan. Hancur, lemas, tidak berdaya." Ia berbisik, matanya memicing, "Aku korban hormonmu."

Dan Kim Taehyung terkekeh. Manis sekali. Seraya mengecup pucuk hidungnya halus, kemudian menggesekkan dengan miliknya perlahan,


"Tidak bisa dibantah, ssaem. Aku meliar tiap kali melihatmu." Jeda, ia mengelus permukaan bibir Jungkook yang berkilat menggoda, "Aromamu, tubuhmu, pesonamu. Semuanya membuatku gila, ssaem. Dan menangkap fakta bahwa seluruh keindahanmu sekarang adalah milikku, membuatkuーah, aku tidak tahan!"

"Salahmu. Masih remaja, tapi kenapa mau bercinta dengan orang tua sepertiku?"

"Salahmu, kenapa masih bisa begitu mempesona?"

"Kau itu masih bocah."

"Dan kau sendiri juga sudah pantas menjadi ayah, ssaem."

"Daun muda."

"Perjaka tua."

"Bocah."

"Aduh, aku tidak punya balasan, maaf." Taehyung terkekeh, dan kembali mencuri kecupan dari bibir Jungkook yang mengatup lemas, "I love you."









.
.
.

***

A quickie,

Karena tiba-tiba pengen bikin mereka cuddling lucu sebelum aku bikin konflik dan cerita ini tamat :>








Latch ㅡvkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang