Positif.
Sial.
Tidak peduli seberapapun ia berusaha mengelak, janin itu akan tetap berkembang di dalam tubuhnya. Perlahan menggerogoti hidupnya. Mengacaukan seluruh impiannya.
Sempat terpikir dalam benak Jungkook untuk mengenyahkan kehidupan kecil itu selama ia masih berupa gumpalan darah. Sebelum menjadi daging seutuhnya. Sebelum ia hidup.
Tapi, ada sepercik rasa sayang yang teramat ketika ia mengelus permukaan perutnya perlahan. Meresapi hangatnya. Mengenang pembentukannya kembali. Berulang kali. Mengingat bagaimana Kim Taehyung akan selalu merengkuh tubuhnya begitu erat tiap kali mereka bercinta. Menyalurkan hasrat keduanya. Memanjanya. Mencumbunya begitu hati-hati hingga kehidupan kecil ini terbentuk.
Dan Jungkook terlalu menurut akan rasa. Terlalu manusiawi. Ingin menjadi egois untuk sesaat saja. Ia menyayanginya.
Tapi, Kim Taehyung.
Pemuda ituーia masih memiliki masa depan untuk dijunjung. Kehidupan untuk dilakoni. Perasaan yang hanya sebatas percikan romansa masa muda, tentu tidak akan berlangsung seindah itu.
Terlalu muluk untuk berpikir bahwasanya, Kim Taehyung merupakan pria matang yang mengandalkan rasionalitas. Ia masih labil. Perasaannya masih menuruti insting; bukan akal. Bukan tidak mungkin baginya nanti untuk meninggalkan Jungkook, dan melabuhkan cintanya ke hati yang lain.
Seseorang yang pantas. Sederajat. Bukan pria kolot yang terlalu takut terikat dalam komitmen.
Kehidupan Jungkook berhenti sampai disini, tapi, jalan Kim Taehyung masih panjang.
Ia.....jelas tidak bisa merusaknya. Karena ia, menyayangi Kim Taehyung. Jauh melebihi dirinya sendiri. Jauh melambung, menyaingi harga diri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Maka Jungkook mendorongnya menjauh. Lebih dahulu.
Sebelum semuanya terjauh terlalu dalam, dan suasana menjadi lebih panas dari sebelumnya.
Dimana Jungkook kini terhimpit. Dikurung begitu terkunci di antara dinding dan tubuh pemuda itu di hadapannya. Tidak membiarkannya lari. Dengan wajah Kim Taehyung yang menelisik begitu dalam. Mencumbu begitu jauh.
Memeluk lehernya erat. Meremat bahunya kuat ketika wajah Kim Taehyung turun dan mengecupi lehernya. Membawa lidah untuk menelusuri seluruh lekuknya dan berasarang pada tulang selangka.
Menahan nafas begitu jemari Taehyung menyusup ke balik kemejanya. Menyentuh secara acak, bermain dengan permukaan dadanya yang membusung.
Menarik, memilin, hingga Jungkook reflek merengek di sela isakannya. Ketika panas kembali menjalari raganya. Kedua tungkai yang bergetar ketika milik Taehyung terselip di antaranya. Menggesek begitu intim, menyatukan hasrat keduanya begitu lekat.
"T-Taehyung akuー"
Dan Kim Taehyung menyesap lehernya kuat. Meninggalkan tanda ruam yang begitu pekat. Menodai tubuhnya lagi. Melecehkannya berulang kali. Menggelutnya dalam kenikmatan yang begitu memanjakan untuk yang kesekian kali.
Dan Jungkook nyaris tersedak ketika Taehyung menciumnya. Dalam sekali. Menggelitik seluruh rongga mulutnya dengan lingua yang saling membelit. Menukar liur, mengabsen deretan gigi. Membelai langit-langit yang membuat nafas Jungkook tercekat serta genggamannya yang melemah.
Membiarkan telapak pemuda itu turun dan menjelajah. Semakin memeta tubuhnya, menghimpitnya semakin dekat. Menggesekkan kedua sumbu gairah mereka yang memanas. Menenggelamkan seluruh gejolak dan desahan dalam ciuman yang semakin dalam dan menuntut.
Hingga Kim Taehyung menyentuhnya.
Membuat tubuh Jungkook mengejang, dan reflek menyentak tubuh pemuda itu menjauh ketika ujung jemari Kim Taehyung menyusuri lekuk perutnya. Mencoba menyasar, menghentikkan niat untuk membuka kaitan celananya.
Terengah, terisak.
Begitu berantakan.
Begitu kacau dalam satu lingkar kepayahan.
.
.
.***
Makan siang yuk makan siang :)
Konflik w kok payah ya,
Au ah yang penting berantem :*