Purpose

32K 4.5K 1K
                                    



Jungkook meyakini, bahwa cara ia mendorong Kim Taehyung tempo hari merupakan salah satu upaya yang ia yakini berhasil untuk membuat pemuda itu menjauh.



Kim Taehyung bahkan tidak mendatangi ruangannya hari ini. Atau kemarin. Sama sekali.

Tidak mengacuhkannya ketika mereka  berpapasan di koridor. Bahkan sengaja membuang muka ketika mereka berbagi kontak mata. Satu jam periode pertama kelas literatur, menjadi seperti neraka ketika ia merasa pantas untuk tidak menggubris tiap kedipan nakal yang dilemparkan pemuda itu ke arahnya.








Tapi kenapa, justru malam ini, ia mendapati Kim Taehyung berdiri tepat di depan pintu apartemen kecilnya?

Lengkap dengan dandanan yang......luar biasa sederhana untuk pemuda jumawa sekelas Kim Taehyung. Wajahnya diangkat dengan raut snobis. Surainya teracak halus oleh angin yang berhembus. Lengkap dengan satu kaus hitam polos berbalut kemeja flanel berwarna abu, serta sepotong skinny jeans hitam yang menutupi kakinya secara sempurna. Sekalipun Berker boots yang terlampau mahal itu masih setia melapisi telapaknya, tapi tetap saja.




Biasa.



Namun, sekali lagi, Jeon Jungkook harus kembali menampik seluruh kekagumannya akan sosok pemuda yang begitu segar malam itu. Berdalih dalam satu dehaman singkat, serta sorot mata yang memicing sembari melipat kedua lengan di depan dada, ketika Kim Taehyung tidak kunjung membuka mulut.


Justru memilih untuk menyodorkan satu bouquet bunga krisan berwarna putih sebanyak lima batang. Membuat Jungkook mengernyit dalam kebingungan, terlebih ketika pemuda itu justru melangkah semakin dekat; membuat Jungkook reflek mundur dua langkah sebagai kompensasi jaga jarak.



"Apaー"

"Selamat malam, ssaem." Pemuda itu akhirnya berkata. Uap putih merebak dari bilah ranumnya ketika berucap, "Tidak melihatmu dua hari ini, apa kabar, kekasihku sayang?"




Hah?


"Kau panggil aku apa?"

Kali ini, giliran pemuda itu yang mengernyit. Sebelah tangan masih terjulur kaku ke arah Jungkook. Masih dengan satu bouquet krisan dalam genggaman, "Kekasih. Kenapa, ssaem?"

Jungkook menggeleng, "Kekasih? Hah?" Ia mendengus, senyumnya tersungging begitu remeh, "Sepertinya aku tidak menunjukkan maksudku dengan jelas, ya? Kita sudah bukan kekasih lagi, Kim."

"Ya, dan aku adalah pemuda matang berusia dua puluh lima."

"Jangan berucap seolah meledekku!"

"Dan berhenti memutuskan semuanya secara sepihak, ssaem." Pemuda itu bersikukuh, "Ambil bunga ini, dan segera berganti pakaian. Sepuluh menit kutunggu." Jeda, ia menepuk kedua pipi Jungkook halus setelah bouquet itu berpindah tangan, "Ayo makan malam. Kita bicarakan semuanya dengan jelas."

Maka Jungkook memilih menolak. Masih bersikukuh untuk tidak beranjak.


"Tidak."

"Oh, ayolahー"

"Aku baru saja makan malam." Ia meneguk ludah, "Satu cup ramyeon instan."

"Dan aku menolak untuk ikut menganggap itu makan malam. Ayo," ia mendorong bahu Jungkook perlahan, "Ganti baju. Kau yang tentukan makan malam, okay? Melihat kondisi hatimu, ssaem. Berani taruhan, kau akan menolak kalau kau ku ajak makan malam di Apgujeong." Ia tersenyum kotak, polos sekali. Membuat Jungkook tercekat, ketika pemuda itu mengelus pucuk kepalanya sayang,




Latch ㅡvkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang