Jungkook menatap segalanya dengan pandangan nanar.
Guratan pena, angka bertinta merah, tulisan seperti cakaran ayam. Serta rangkai hierarki yang menjadi dasar sintaksis. Segala hal yang begitu familiar dalam netra, namun kini terasa asing.
Ia menyadarinya, dalam satu helaan nafas yang begitu frustasi, serta acakan jemari pada surai kelamnya yang kini terlihat begitu usang. Pun, dengan penglihatannya yang terasa buram, ketika bingkai kacamata itu jatuh hingga bertengger pada pertengahan tulang hidung. Ia tahu, dari balik nadinya yang berdenyut seolah palsu, hatinya kini terasa penuh.
Penuh sekali. Dan rasanya sesak.
Sudah seminggu semenjak kejadian itu.
Hari dimana cintanya kandas. Bukan yang pertama, tapi yang paling berkesan. Begitu didamba, begitu hangat dalam gelinyar hangat yang melingkupi raga.
Perasaannya dibuat seolah mati. Pun, ulasan senyum yang senantiasa menghiasi wajahnya itu terlihat begitu tipis. Begitu palsu. Menyembunyikan gejolak batin yang seolah mati, tiap kali ia berpapasan dengan cinta yang kini harus ia pandang sebagai masa lalu.
Cintanya untuk Park Jimin, kandas di pertengahan musim gugur.
Tapi, dari hari itu, ia menyadari perubahan yang teramat sangat dalam batinnya. Sebuah debaran yang mengganggu. Anomali meresahkan tiap kali ia tidak sengaja bertemu pandang akan sosoknya.
Kim Taehyung dan Kim Taehyung.
Selalu Kim Taehyung.
Ia ingin mengingat semuanya.
Lekuk parasnya.
Lingkup hangat pelukannya.
Aroma tubuhnya.
Serta ribuan kata manis yang terselip dari ranumnya tiap kali mereka bersama.
Dan seluruhnya membuat Jungkook gila.
Ia masih waras. Ia yakin itu.
Memupuk cinta pada remaja tanggung hanya akan berujung sakit hati tak berujung.Tapiーkenapa?
Kenapa kini, ketika pintu ruangan itu terbuka lebar, dengan sosok pemuda priyayi itu yang menghalangi pandang, dengan cengiran kotaknya yang terlampau khas; mampu membuat jantung Jungkook kembali berdetak seolah batinnya hidup?
.
.
.
.
.
.
.
.
."Kau terlihat sama hari ini, ssaem."
Jungkook mengernyit. Sama sekali tidak merasa memiliki kewajiban untuk menggubris perkataan pemuda di hadapannya.
Lebih memilih menyoret beberapa lembar kertas ujian dengan tinta merah. Berdecak sedikit keras untuk menutupi degup jantungnya. Diam-diam berharap, agar hening dalam ruang tidak membuatnya terlalu kentara.
"Oh ya?" Jungkook berdehum mengiyakan, tanpa mengalihkan pandang sedikit pun, ia membenahi kacamata, "Sama dalam artian?"
Disitu, Kim Taehyung mendengus geli. Menegakkan duduk, menyilangkan lengan di atas meja. Menyondongkan tubuh untuk sedikit menghapus jarak di antara keduanya yang dibatasi satu meja kayu mahoni.
![](https://img.wattpad.com/cover/127968340-288-k53535.jpg)