The First Spark

24.6K 3.3K 249
                                    




Hujan mulai mengguyur kota Seoul dimulai pada bulan September. 
Di hari Selasa, minggu kedua; tepatnya pukul satu.

Dan Kim Taehyung mendecak dengan raut terlukis luar biasa jengkel siang itu. Dengan kesal menendang roda motornya dengan sebelah kaki. Menyumpah serapah di balik hembusan nafasnya yang melebur sebagai asap putih di tengah rinai. Dengan penampilan luar biasa berantakan lebih memilih berdiam diri; hingga sekujur tubuh kebasahan hingga bawah kaki.




Namun bersamaan dengan itu juga, ia bertemu dengannya.



Jeon Jungkook.


Yang berlari menerjang hujan, setelah membanting pintu mobil milik Park Jimin yang terdiam di seberang jalan.

Tergopoh menghampiri. Tidak peduli akan derasnya hujan yang mengguyur diri. Berdiri dengan nafas terengah di hadapannya, dengan tatapan teracak luar biasa.






"Kim Taehyung? Apa yang kau lakukan di tengah hujan seperti ini?"



Sebuah pertanyaan yang lucu, namun sarat akan nada merajuk khawatir. Taehyung ingin mengutarakan hal yang sama, namun seluruhnya tertahan di balik tenggorokan, ketika pria itu justru berjongkok di sisinya.


"Ban motormu kempes?"

Sebuah anggukan, membuat pria itu balas mendengus remeh,

"Anak orang kaya sepertimu? Kenapa bisa?"

Hingga ia mendecak sebal, "Mana aku tau."

"Kau tidak bisa memperbaikinya?"

"Aku tidak punya cadangannya."

"Handphonemu?"

"Mati."


Lalu, pria itu berdiri. Menepuk celananya di bagian lutut. Celana coulotte lusuh berwarna hitam nyaris pudar. Keseluruhan penampilannya sederhana dan terlampau murahan.

Sudut mata Kim Taehyung berkedut melihatnya. Terutama ketika pria itu hanya tersenyum tipis sekali. Sudut matanya terlihat keriput ketika ia menyunggingkan senyum. Sialnya, ia jelas tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa gestur itu terlihat luar biasa manis.



Manis.


Cantik sekali.



Ah, yang benar saja? Jeon Jungkook itu kan dosen tua yangーsejauh ia tahu, berdasarkan penuturan Park Jiminーterlampau kolot untuk usianya.





"Kita ke bengkel, ayo?"

"Hah?" Taehyung mengernyit.

"Iya," dibalas anggukan, bersamaan dengan itu, Jungkook mulai menuntun motornya, "Di dekat sini kalau tidak salah ada."

"Tidak perlu repot, ssaem. Aku bisa meninggalkan motorku disini. Suruhan ayahku bisa menjemputー"

"Tidak, Kim. Jangan begitu. Bagaimana kalau motor ini dicuri?"

"Tidak masalah bagiku."

"Aku menolak." Gelengnya, "Ayo!"

"Kalau begitu biar aku sendiri, ssaem. Kau tidak perlu repot, serius. Jimin menungguー"

"Aku tidak bisa membiarkan muridku luntang-lantung di tengah hujan begini, Kim. Itu bukan prinsipku. Aku tidak bisa."






Pada awalnya, Kim Taehyung jelas mengira bahwa Jeon Jungkook hanya sekedar kasihan; atau paling muluk bahwa pria itu menyimpan rasa yang tidak lazim padanya. Mengingat bagaimana pria itu begitu bersikukuh untuk menemaninya, pun tidak sedikit kali memberinya senyuman yang terlihat luar biasa cantik dan mempesona.

Setidaknya, biarkan ia berkata demikian. Terlebih ketika satu kaleng kopi panas terjulur ke arahnya yang tengah duduk termenung menatapi gerimis hujan.


Duduk saling bersisian. Dengan bahu yang berimpit. Tubuh pria itu sedikit bergetar, juga bibirnya terlihat luar biasa pucat. Jemarinya terlihat lentik ketika meremat kaleng kopi. Yang dimana Taehyung merasa ragu untuk menyesap isinya. Menolak mengalihkan pandangan, dari gurat raut wajah Jeon Jungkook yang terlihat lelah.



"Ssaem."

"Hm?"

"Kenapa kau repotーmaksudku," Ia berdeham, "Kenapa kau begitu peduli? Kau meninggalkan Park Jimin tadi."

"Panggil dia Park ssaem, Kim." Kekehnya, "Jangan karena kau adalah murit kesayangannya dan merupakan orang kaya, kau bisa memanggilnya seenak itu."

"Maaf."

Jungkook mengangguk, "Boleh aku bersandar di bahumu sebentar? Kepalaku pusing."


Dimana Kim Taehyung mengangguk. Dalam diam membiarkan sang guru membenahi duduk. Sebelum akhirnya menyandarkan kepala pada sebelah bahunya. Membiarkan hangat nafas berbau vanilla itu menyapu ceruk lehernya dengan sensasi menggelitik yang terasa nyaman.

Dan disaat yang bersamaan, ia membiarkan dirinya sedikit lancang untuk memeluk raga yang kian menggigil di kala hujan. Mengelusnya perlahan. Meresapi sengatan yang terpercik ketika tubuh mereka saling bersentuhan.



"Alasan aku tidak bisa meninggalkanmu, Kim. Sebenarnya mudah."



Maka Kim Taehyung kembali merasakannya.

Debaran menyenangkan seperti kali pertama ia merasakan sensasi cinta pertama semenjak terakhir kali di tahun pertama sekolah menengah.

Disaat yang bersamaan ketika Jeon Jungkook, dengan nada tegas tanpa getar, serta sorot mata hangat yang berpendar polos di bawah temaramnya pencahayaan minim lampu bengkel yang berpendar redup, berucap halus.





"Kau, tanggung jawabku."














Cinta itu, memang aneh.


Dan Kim Taehyung mendengus, ketika menyadari bahwa dirinya lah yang akan berjuang nantinya.



.
.
.

***

POV Taehyung dulu yaa!

((Mungkin 2-3 chapter ke depan, including flashback gimana jungkook bisa end-up having sex sama tae di chapter pertama HAHAHA))

Btw, sedang hujan :3

Latch ㅡvkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang