"Halー"
"Selamat pagi, nyonya Kim!"
Suara sapaan kelewat girang di seberang sana membuat Jungkook mengernyit, "Kau panggil aku apa?"
"Hmm, nyonya Kim?"
"Dan sejak kapan namaku jadi begitu?"
"Aku sudah niat memanggilmu begitu sejak lama, ssaem." Kekehnya, "Lagipula besok kita akan menikah, kan?"
"Besok, Tae. Tolong ditekankan disitu." Jungkook memutar mata malas. Dari posisinya; ia mengalihkan handphone untuk disangga antara dagu serta lekuk bahu. Berjinjit sedikit untuk meraih satu buah mug dalam rak, "Sampai besok pagi, margaku masih Jeon."
"Cuma beda satu hari."
"Benar sekali, tuan muda."
Kim Taehyung mendecih. Membuat Jungkook tertawa kecil. Perlahan, ia mengambil satu kantung teh rosè; bersamaan dengan itu mengoleskan mentega di atas pinggiran roti pada piring lainnya.
"Tae,"
"Ya, ssaem?"
Sebuah kernyitan, ketika ia mendapati suara pemuda di seberangnya itu sedikit menggema, "Kau dimana sekarang?" Ia melirik ke arah jam yang terpasang di sisi lain dapur; tepat di samping kulkas, "Ini masih pukul sepuluh. Bukannya kau masih ada kelas?"
Jeda sekian lama, ia bisa mendengar pemuda itu menggumam agak lama. Berani taruhan, Kim Taehyung pasti sedang meringis.
Kedapatan berlaku nakal, lagi. Jeon Jungkook terlalu hafal hingga ia menghela nafas,
"Apalagi alasanmu, hm?"
"Izin buang air selama lima belas menitー?" Pemuda itu menyahut ragu, "Oh, ayolah, ssaem. Tidak sepenuhnya bohong, kok! Aku memang sedang buang air tadi!"
"Dan memakan cukup lama, ya. Hebat."
"Jarak antara ruang kelas dan toilet lumayan jauh, ssaem."
"Di lantai empat ada toilet di koridor kanan, Tae. Tepat dua ruang dari timur kelasmu." Jungkook menggeleng, "Aku bekerja disana sebagai dosen nyaris dua belas tahun, jangan coba-coba membohongiku, bocah."
"Bocah ini calon suamimu, lho."
"Aku masih ada kesempatan untuk berkata tidak bersedia, kan?"
"Jangan!"
Dan sekali lagi, Jungkook tertawa. Kali ini ia tidak menahan, hingga menghasilkan dengusan malas dari mahasiswa di ujung lainnya.
"Jangan tertawa." ーoh, Jungkook berani bertaruh; bocah itu pasti sedang merajuk disini.
"Habis kau lucu."
"Ya, dan aku merindukanmu, ssaem." Dengusnya lagi, "Kampus tidak sama kalau kau tidak ada disini."
"Oh ya?" Ia merajuk nakal, "Berbeda dalam artian?"
"Tidak ada pemandangan indah untuk dilihat."
Jungkook mendengus geli, "Pemandangan semacam apa?"
"Kau, ssaem." Taehyung berujar, lembut sekali.
Sesaat, suaranya yang terdengar dalam juga sedikit serak mampu membuat Jungkook tersipu.
