Per Usual? Nope.

30.7K 4.1K 806
                                    



Seperti biasa.


Jungkook akan membiarkan dirinya tersenyum begitu manis, seraya menggunakan sebelah tangan untuk mengelus perutnya sayang. Membelai permukaannya begitu hati-hati. Berupaya untuk menerka-nerka akan keajaiban kecil macam apakah yang sebenarnya menanti?




Laki-laki?


Atau


Perempuan?




Berusaha sedikit saja mencari sebuah tanda. Kapan gerangan ia bisa merasakan pergerakannya. Tanda kehidupannya. Sebuah tendangan kecil sebagai penanda detaknya.

Ingin menimang kehidupan kecil itu begitu hati-hati. Menciumnya penuh sayang. Menenggelamkannya dalam lingkup kasih.




Dan yah, mungkin karena terlampau biasa,


Hingga Jungkook sore ini mengambil dua cangkir dari kabinet. Memanaskan air panas hingga mendidih. Menyeduh satu kantung teh cammomile untuk ukuran dua orang.
Cangkir satu dengan dua sendok gula, dan kosong untuk yang lainnya.

Mengeluarkan beberapa potong rusk dari dalam oven. Menatanya hati-hati di atas piring. Bersamaan dengan beberapa potong buah arbei.



Dan kembali, seperti biasa.


Tepat pada pukul tiga sore, pintu apartemennya akan terbuka. Diiringi suara ketukan dari Barker boots yang begitu tegas. Tanpa sapaan salam; begitu lancang dan tak beradab. Tapi Jungkook jelas terlalu hafal akan derap langkah yang begitu tergesa, ketika Kim Taehyung mempetlihatkan diri di ambang pintu dapur.

Dengan senyum kotaknya yang hangat; cengiran polos khas anak muda yang baru akan beranjak dewasa. Disertai aroma musk yang tidak terlalu kentara, terbalut matahari musim dingin serta lelehan salju tipis pada luaran coat hitam yang dikenakannya.


Dan memang adalah sesuatu yang biasa bagi Jeon Jungkook, untuk mendapati Kim Taehyung  yang datang menghampiri. Menariknya dalam pelukan hangat, membubuhi kecupan pada dahi, sebelum terun mengecup halus permukaan perutnya yang tertutup sweater hangat, seraya berbisik begitu sayang,




"Halo, anak papa."



Yah, mungkin Jungkook memang terlampau terbiasa.














.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Namun jelas bukan hal yang biasa, ketika alih-alih menariknya untuk berpelukan hangat di atas ranjang dalam kamar,

Kim Taehyung justru menariknya untuk duduk nyaman di atas sofa. Merangkulnya begitu erat. Masih dalam posisi dimana pemuda itu mengelus permukaan perutnya yang kian membesar dalam hitungan satu bulan.




Dua cangkir teh cammomile dibiarkan mendingin di atas meja. Bersebelahan dengan piring berisi ceceran remah sugar rusk dan dua potong arbei yang terbengkalai. Menjadi saksi bisu akan hangatnya ciuman hangat yang mereka bagikan dengan hati-hati.


Dimulai dari mengecup dahi. Menyusuri pelipis. Hingga bibir Kim Taehyung menyasar rahang menuju dagu. Berakhir melumat bibir bawahnya sembari menaril jahil. Menghasilkan cubitan main-main pada lengan yang kini ia balas dengan menyesap kedua bibirnya bergantian.



Manis dan basah.

Begitu lembut dan merekah.

Merah yang membuatnya kian bergairah.



Latch ㅡvkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang